7 research outputs found

    Hierarchy of clinical decision-making by physicians based on medical and ethical decision making

    Get PDF
    From 2011 to 2014, there were six cases of suspected medical malpractice in the Central Java Region; four clinical cases were resolved by an ethics board and two by a public court, so that it serves as a reference for clinical decision-making for physicians, as many ethical problems in addition to legal problems exist in medicine. Doctors, as Indonesian citizens, are obligated to implement the norms and laws that apply in Indonesia. However, as professionals, they are also obligated to implement the norms that apply in medical professional organisations (Indonesian Doctors Association/IDI), including the Indonesian Doctors Association (IDI), the Code of Medical Ethics (KODEKI), and interprofessional ethics. So that the actions of physicians can be accounted for from both a legal and an ethical standpoint of the medical profession. Every clinical case a physician encounters has inextricable ethical and medical dimensions, necessitating a prudent method for making clinical decisions. The challenge is to comprehend the value hierarchy, beginning with norms, morals, principles, standards, and rules. Therefore, when making clinical decisions, physicians are truly guided by the order of applicable values, one of which is Jonsen-4-box Siegler’s method. The culture of the Indonesian people includes a 4-box method as an alternative. Schematics can be made for the order of values and ways of making clinical decisions based on wise ethical decisions in resolving ethical dilemmas and medical disputes

    Hierarchy of clinical decision-making by physicians based on medical and ethical decision making

    Get PDF
    From 2011 to 2014, there were six cases of suspected medical malpractice in the Central Java Region; four clinical cases were resolved by an ethics board and two by a public court, so that it serves as a reference for clinical decision-making for physicians, as many ethical problems in addition to legal problems exist in medicine. Doctors, as Indonesian citizens, are obligated to implement the norms and laws that apply in Indonesia. However, as professionals, they are also obligated to implement the norms that apply in medical professional organisations (Indonesian Doctors Association/IDI), including the Indonesian Doctors Association (IDI), the Code of Medical Ethics (KODEKI), and interprofessional ethics. So that the actions of physicians can be accounted for from both a legal and an ethical standpoint of the medical profession. Every clinical case a physician encounters has inextricable ethical and medical dimensions, necessitating a prudent method for making clinical decisions. The challenge is to comprehend the value hierarchy, beginning with norms, morals, principles, standards, and rules. Therefore, when making clinical decisions, physicians are truly guided by the order of applicable values, one of which is Jonsen-4-box Siegler’s method. The culture of the Indonesian people includes a 4-box method as an alternative. Schematics can be made for the order of values and ways of making clinical decisions based on wise ethical decisions in resolving ethical dilemmas and medical disputes

    KORELASI KUALITAS TIDUR DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA Studi Observasional Analitik di Panti Wredha Pucang Gading Semarang

    Get PDF
    Latar Belakang : Lansia sering mengalami perubahan pola tidur yang disebabkan oleh beberapa faktor. Hal nantinya akan mempengaruhi kualitas tidur pada lansia yang berdampak pada penurunan fungsi kognitif. Hal ini dapat menurunkan kualitas hidup lansia yang berdampak pada kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Masalah-masalah ini bisa menjadi penyebab masalah kesehatan pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi kualitas tidur dengan fungsi kognitif pada lansia di Panti Jompo Pucang Gading Semarang. Metode : Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling berjumlah 33 lansia. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan 2 angket, yaitu PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index) dan MMSE (Mini Mental State Examination). Dianalisis atau tidaknya korelasi antara kedua variabel tersebut dengan menggunakan uji Somers. Hasil : Hasil penelitian diperoleh nilai p = 0,000 (

    Hubungan Lingkar Pinggang Dengan Derajat Stenosis Berdasarkan Jumlah Vessels Disease

    Get PDF
    AbstrakPenyakit jantung koroner (PJK) penyebab mortalitas tertinggi di pada penyakitkardiovaskular. 1VD (Vessel Disease), 2VD, 3VD, non-signifikan merupakanpenilaian derajat stenosis. Obesitas sentral dapat diukur menggunakan lingkarpinggang kerena lebih sensitif untuk menilai distribusi lemak tubuh terutama padadinding perut. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkar pinggangdengan derajat stenosis berdasarkan jumlah vessel disease pada pasienPJK.Penelitian observasional dengan desain cross sectional dari data sekunder diRumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang pada periode Januari 2018-Agustus2020. Lingkar pinggang diklasifikasikan menjadi berlebih dan normal. 1 VD jikastenosis ≥50% pada satu pembuluh darah, 2 VD jika stenosis ≥50% pada duapembuluh darah, 3 VD jika stenosis ≥50% pada tiga pembuluh darah, dan nonsignifikan jika stenosis <50%. Lingkar pinggang berlebih mengakibatkanpeningkatan adiposa, menyebabkan peningkatan sitokin proinflamasi terjadiperadangan lokal dan melekat pada pembuluh darah menjadi sel busa tertumpukdapat menyebabkan lesi aterosklerotik. Faktor risiko PJK lainnya yang teliti yaituusia, jenis kelamin, hipertensi, kadar kolesterol total, DM, dan merokok. Lingkarpinggang berlebih ditemukan stenosis 1 VD 22,2%, 2 VD 20,2%, 3 VD 25,6%, dannon-signifikan 33,1%. Uji chi square pada hubungan lingkar pinggang denganderajat stenosis diperoleh nilai p=0,019. Hasil analisis multivariat, faktor risikopaling dominan terhadap keparahan stenosis PJK adalah usia (p=0,025;OR=4,545; 95% CI=1,206-17,127). Terdapat hubungan yang signifikan antaralingkar pinggang dengan derajat stenosis berdasarkan jumlah VD pada pasien PJK,namun lingkar pinggang bukan merupakan faktor yang paling dominan akan tetapiusia yang paling berpengaruh..Kata Kunci: Lingkar pinggang, Penyakit Jantung Koroner, Derajat Stenosis, vesselsdiseas

    Perbedaan Angka Kesembuhan Teknik Masase Sakus dengan Sakus Duktus pada Dakriostenosis Kongenital

    Get PDF
    AbstrakDakriostenosis kongenital atau obstruksi pada duktus nasolakrimal merupakan kelainan sistem lakrimasi yang paling sering terjadi pada anak-anak. Dakriostenosis kongenital terjadi 6% - 20% pada bayi baru lahir. Dakriostenosis kongenital dapat menyebabkan infeksi seperti dakriosistitis, selulitis orbita, dan konjungtivitis bakterial. Terapi utama untuk dakriostenosis kongenital menjadi perdebatan karena resolusi spontan yang masih bisa terjadi hingga usia satu tahun kehidupan. Terdapat dua teknik masase yaitu masase sakus dan masase sakus duktus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan angka kesembuhan teknikmasase sakus dengan sakus duktus pada dakriostenosis kongenital di SEC RSI Sultan Agung Semarang. Penelitian observasional dengan rancangan cross sectional mengggunakan 73 mata yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu teknik masase sakus 36 mata dengan teknik masase sakus duktus 37 mata. Kedua kelompok melakukan kontrol setiap minggu selama 12 minggu untuk mengetahui kesembuhan. Kesembuhan dakriostenosis kongenital dilihat dari pemeriksaan fisik dengan melihat tanda klinis yaitu sekret dan epifora. Pasien dinyatakan sembuh apabila tidak didapatkan sekret dan epifora. Hasil uji statistik menggunakan uji fisher exactdidapatkan nilai p= 0,203 (p>0,05). Didapatkan hasil dari 36 mata dengan terapi masase sakus angka kesembuhan pada penderita dakriostenosis kongenital sebanyak (86,1%). Pada 37 mata yang diberikan terapi masase sakus duktus angka kesembuhan pada penderita dakriostenosis kongenital sebanyak (94,6%). Hasil dari penelitian ini secara statistik tidak terdapat perbedaan angka kesembuhan antara teknik masase sakus dengan sakus duktus pada dakriostenosis kongenital. Namun,secara klinis angka kesembuhan dakriostenosis kongenital menggunakan masase sakus duktus lebih tinggi dibandingkan masase sakus.Kata Kunci: Dakriostenosis Kongenital, Masase Sakus, Masase Sakus Duktu

    Hubungan Lingkar Pinggang Dengan Derajat Stenosis Berdasarkan Skor Signifikan Dan Non Signifikan

    Get PDF
    AbstrakPulpa Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang disebabkan oleh sumbatan atau plak pada arteri Koroner. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab utama kematian didunia. Salah satu metode untuk menilai keparahan PJK adalah dengan skor signifikan dan non signifikan stenosis. Keparahan penyakit jantung koroner dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan lingkar pinggang dengan derajat stenosisberdasarkan skor signifikan dan non signifikan pada pasien PJK. Penelitianobservasional dengan desain cross sectional dari data sekunder di RSI Sultan Agung Semarang periode Januari 2018–Oktober 2020. Lingkar pinggang dikelompokkan menjadi berlebih jika laki-laki ≥ 90 cm, perempuan ≥ 80 cm dan normal jika lakilaki <90 cm, perempuan <80 cm. Faktor risiko PJK lainnya yang teliti adalah usia, jenis kelamin, DM, hipertensi, merokok, dan kadar kolesterol total. Derajat stenosisdinilai dari pemeriksaan angiografi kemudian dikelompokkan menjadi stenosis signifikan jika penyempitan pembuluh darah ≥50% dan non signifikan jika <50%. Pada lingkar pinggang berlebih ditemukan stenosis signifikan 66,6% dan non signifikan 33,4%, pada lingkar pinggang normal ditemukan stenosis signifikan 78,5% dan non signifikan 21,5%. Hasil analisis hubungan lingkar pinggang dengan derajat stenosis menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,011. Pada analisismultivariat, faktor risiko paling dominan terhadap keparahan stenosis PJK adalah variable jenis kelamin (p=0,0000; OR=5,586; 95%CI=3,614-8,634). Terdapat hubungan yang signifikan antara lingkar pinggang dengan derajat stenosis berdasarkan skor signifikan dan non signifikan pada pasien PJK, namun lingkar pinggang bukan merupakan faktor yang paling dominan. Faktor yang paling dominan terhadap keparahan PJK adalah jenis kelamin.Kata Kunci: Lingkar pinggang, Penyakit Jantung Koroner, Derajat Stenosis,Stenosis Signifika

    Hubungan Lingkar Pinggang Dengan Derajat Stenosis Berdasarkan Gensini Score

    Get PDF
    AbstrakPenyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia. Lingkar pinggang menunjukkan obesitas sentral yang merupakan salah satu faktor risiko penyebab PJK. Tingkat keparahan PJK dapat dinilai dengan Gensini score. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan lingkar pinggang dengan derajat stenosis berdasarkan Gensini score pada pasien PJK di RSI Sultan Agung Semarang. Penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional dengan data sekunder di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang periode Januari 2018–Agustus 2020. Populasi pada penelitian merupakan pasien PJK yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data dianalisis menggunakan uji chi-square dan analisis multivariat regresi logistik berganda untuk faktor risiko yang dominan. Subjek penelitian berjumlah 467 pasien, didapatkan lingkar pinggang berlebih pada derajat stenosis ringan – sedang berdasarkan Gensini score sebanyak 223 pasien (67,2 %), dan derajat stenosis berat sebanyak 109 pasien (32,8 %), pada lingkar pinggang normal dengan derajat stenosis ringan – sedang sebanyak 84 pasien(62,2 %) dan stenosis derajat berat sebanyak 51 pasien (37,8 %). Uji chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lingkar pinggang dan derajat stenosis berdasarkan Gensini score (p= 0,308). Analisis multivariat regresi logistik berganda diperoleh umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, dan diabetes mellitus. Faktor risiko yang paling dominan adalah umur dengan p= 0,003;OR=3,343;95 % C.I=1,491 – 7,496. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lingkar pinggang dengan derajat stenosis berdasarkan Gensini score pada pasien PJK. Faktor risiko paling dominan terhadap keparahan PJK adalah umur.Kata Kunci: Lingkar pinggang, Penyakit Jantung Koroner, Derajat Stenosis,Gensini scor
    corecore