3 research outputs found

    PEMBUATAN AUDIOVISUAL PADA PROSES PEMOTONGAN ANTE DAN POST MORTEM PADA HEWAN POTONG SEBAGAI PENUNJANG MATA KULIAH KESMAVET I

    Get PDF
    Mata kuliah Kesmavet I adalah mata kuliah semester V, sementara ini diberikan dengan cara ceramah dan diskusi. Pada mata kuliah kesmavet I mencakup pemeriksaan daging sapi, babi, dan ayam yang meliputi pemeriksaan ante mortem dan post mortem. Untuk idealnya mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini diajak ke lapangan untuk melihat secara langsung bagaimana cara pemeriksaan ante dan post mortem juga proses pemotongan pada sapi, babi, dan ayam baik dengan cara tradisional atau modern Alat bantu belajar berfungsi memungkinkan terjadinya proses belajar yang lengkap, menarik, beragam, dan memberikan ilustrasi. Ilustrasi dipergunakan untuk memperjelas pesan atau informasi yang disampaikan, sehingga proses belajar mengajar bervariasi dan memotivasi komunikasi, dan lebih memudahkan mahasiswa untuk memahami pesan. Ilustrasi juga dapat memudahkan mahasiswa untuk mengingat konsep atau materi yang diberikan. Alat bantu yang dimaksud adalah berupa audiovisual tentang proses pemotongan dan pemeriksaan ante dan post mortem pada hewan potong sapi, babi, kambing, dan ayam. Adanya penambahan alat bantu berupa audiovisual tersebut akan meningkatkan semangat kuliah mahasiswa pada mata kuliah Kesmavet I dan akan meningkatkan IP pada mata kuliah Meningkatkan pemahaman materi kuliah Kesmavet I khususnya pada materi ante dan post mortem pada hewan potong, mahasiswa tidak perlu datang langsung ke lapangan untuk melihat proses pemotongan di RPH, dan mahasiswa lebih bersemangat untuk ikut kuliah dan adanya variasi didalam pemberian materi pada kuliah mi. Hasil nilai dari 194 mahasiswa setelah dirangkum antara hasil dua kali kuis dan satu kali UAS, nilai rata rata 60,57 ± 9,9 (daftar nilai terlampir). Berdasarkan hasil nilai akhir tersebut di atas menunjukkan rata-rata kelas yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil nilai rata-rata kelas yang tinggi diatas 55, maka sistem penilaian untuk mata kuliah ini menggunakan sistem Penilaian Acuan Patokan (PAP), sehingga dapat menggambarkan bahwa mahasiswa mampu mengadopsi materi-materi yang disampaikan. Jadi bisa dimbil kesimpulan sementara bahwa penggunakan sistem belajar mengajar dengan paenggunaan audiovisual dapat meningkatkan gairah belajar mengajar antara mahasiswa dan dosen

    Potensi Kombinasi Bakteri Dan Jamur Selulolitik Pada Fermentasi Bekatul Terhadap Kandungan Serat Kasar Dan Protein Kasar

    Get PDF
    Aim of the research was to investigate the crude fibre and crude protein contents of rice bran which fermented using Acidothermus cellulolyticus and Aspergillus terreus. This study was design using Completely Randomized Design with ten treatments and three replications in each replicate. The ten treatment groups were 250 g rice bran + 3% molasses (P0); 250 g rice bran + 3% molasses + 10% bacteria(B) + 10% fungi (F) (P1); 250 g rice bran + 3% molasses + 20% B + 10% F (P2); 250 g rice bran + 3% molasses + 30% B + 10% F (P3); 250 g rice bran + 3% molasses + 10% B + 20% F (P4); 250 g rice bran + 3% molasses + 20% B + 20% F (P5); 250 g rice bran + 3% molasses + 30% B + 20% F (P6); 250 g rice bran + 3% molasses + 10% B + 30% F (P7); 250 g rice bran + 3% molasses + 20% B + 30% F (P8); 250 g rice bran + 3% molasses + 30% B + 30% F (P9). Proximate analysis were performed after rice bran fermented for seven days. The data were analyzed with Analysis of Variance followed by Duncan’s Multiple Range Test. The result showed that the effect of Acidothermus cellulolyticus and Aspergillus terreus could decrease crude fibre of rice bran, P2 (28.96%), P3 (29.34%), P8 (29.53%), P4 (29.65%), P7 (30.23%), P6(30.37%), P9 (30.58%) but were significantly higher (P<0.05) than P5 (31.10%), P1 (31.98%), P0 (34.11%), could increase crude protein of rice brand, P2 (13.97%), P5 (12.87%), P3 (12.84%), P8 (12.74%) but were significantly higher (P<0.05) than P7 (12.71%), P6 (12.44%), P4 (12.36%), P9 (12.27%), P1 (12.25%), P0(10.9%). Key words: Acidothermus cellulolyticus, Aspergillus terreus, Crude fibre, Crude protein, Fermented, Rice bra

    PETA RESISTENSI ANTIBIOTIKA KUMAN PENYEBAB MASTITIS PADA SAPI PERAH DI WILAYAH KERJA KUD DADI JAYA PURWODADI KABUPATEN PASURUAN PROPINSI JAWA TIMUR

    Get PDF
    Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi mastitis klinis dan sub klinis, jenis kuman penyebab mastitis, mengetahui antibiotika yang efektif yang dapat digunakan dalam pengobatan dan pengendalian mastitis secara tepat, serta untuk membuat peta kejadian mastitis dan resistensi kuman penyebabnya pada sapi perah di wilayah kerja Koperasi Unit Desa (KUD) Dadi Jaya, Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Penelitian menggunakan sample susu dari 301 kwartir ambing yang berasal dari 76 ekor sapi perah, di 10 desa wilayah kerja KUD Dadi Jaya. Penentuan kasus mastitis sub klinis berdasarkan Californian Mastitis Test (CMT) dan mastitis klinis berdasarkan gejala klinis yang tampak. Penilaian kondisi hygiene dan sanitasi pemeliharaan sapi perah dilakukan dengan pengumpulan data kuestioner dengan cara pengamatan lapangan dan wawancara langsung dengan peternak sapi perah. Hasil penelitian disajikan secara deskriptif. Prevalensi mastitis klinis yang teramati 2,6 % dan mastitis sub klinis 42,11 % dari 76 ekor sapi perah yang diuji dengan California Mastitis Test. Sebanyak 28,24 % (85 sample) dari 301 sample susu kwartir menunjukkan basil uji CMT positif. Hasil isolasi dan identifikasi penyebab mastitis pada sapi perah adalah Staphylococcus spp. sebesar 13,3 %, Streptococcus spp. sebesar 5,3 %, E. coli 5,3 Hasil uji resistensi dari 23 isolat kuman penyebab mastitis terhadap 5 macam antibiotika menunjukkan Oxytetracyclin sangat efektif untuk Streptococcus spp. (100 %) dan E. coli Coliform (100 %), Cloxacillin dan Erythromycin mencapai efektifitas 90 % untuk Staphylococcus spp., serta Amphycillin, Cloxacillin dan Oxytetracyclin masing-masing hanya mencapai 50 % untuk E.coli. Berdasarkan hasil wawancara dengan peternak dan pengamatan langsung di kandang menunjukkan hampir secara keseluruhan peternak belum melakukan cara pengelolaan petemakan sapi perah yang memenuhi standar hygiene dan sanitasi yang minimal
    corecore