26 research outputs found

    Perkembangan Larva Brugia Pahangi Pada Beberapa Species Nyamuk di Laboratorium

    Get PDF
    ABSTRACT: The development of larvae of Brugia pahangi in several species ofinosquito in the laboratory Many species of mosquito were made to bite cat which contain microfilaria of Brugia pahangi in infective stage. Microfilaria will develop to infective stage (L3) in non-cibarial armature mosquitoes and will not in mosquitoes which have cibarial armature. This period depends on the species of mosquitoes. In Armigeres subalbatus we found first, second and third stage larvae on the fourth, sixth and seventh day. Key Words: Brugia pahangi cibarial armature mosquitoes - Armigeres - Mansonia - Anophele

    Penentuan Vektor Malaria di Flores

    Full text link
    A field study on entomology has been conducted in 6 villages which were located in coastal and in-land areas of Sikka Regency of Central Flores since April 1990 - October 1991. The results of this study showed that the suspected malaria vectors in those areas were An. sundaicus, An. subpictus, An. barbirostris, An. aconitus and An. maculatus. Only 3 species were confirmed as vector using ELISA test, i.e. An. sundaicus, An. barbirostris and An. subpictus with sporosoite rates of 4.2%, 2.1% and 0.1% respectively. An. aconitus, a potential malaria vector in Java and in some onther places was not confirmed as vector in Flores yet. The 3 confirmed vectors were also found positive with sporozoites in West Flores and also found predominant in East Flores

    Intestinal Parasites and Malaria in Sukomenanti Pasaman Regency, West Sumatra

    Full text link
    Survey parasit darah dan usus telah diselenggarakan di Kecamatan Sukomenanti, Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat. Bahan pemeriksaan berasal dari 168 penduduk lakidaki dan 196 wanita umur antara 2-87 tahun. Di Sumatra Barat cacing yang umumnya terdapat ialah pertama Ascaris lumbricoides, kedua cacing tambang dan ketiga Trichuris trichiura. Survey didaerah Boyolali dan Kresek, Jawa, menemukan lebih banyak T. trichiura daripada cacing tambang. Di daerah Yogyakarta T. trichiura menduduki tempat yang pertama. Angka infeksi yang rendah untuk desa Pasir Tampang (11 percent) dan Tongar (3 percent) adalah tidak umum untuk Indonesia, tetapi keadaan demikian juga dilaporkan di lembah Lindu dan Napu, Sulawesi Tengah. Enterobius vermicularis terdapat hanya pada 2 per cent diantara penduduk yang diperiksa, sesuai dengan keadaan di daerah2 lain di Indonesia. Species dari cacing tambang pada survey ini belum dapat ditentukan. Infeksi Ascaris lumbricoides terdapat lebih banyak pada penduduk golongan muda, sesuai dengan hasil autopsi oleh Liedan Tan di Jakarta. Di Jawa Tengah dan Jawa Barat infeksi A. lumbricoides tampak merata pada semua umur. Entamoeba coli selalu terdapat pada survey di desa2 di pulau Jawa. Tetapi, infeksi E. histolytica (24 percent) adalah berlainan dengan keadaan di Kresek, Boyolali dan Yogyakarta yang menunjukkan ■ infeksi 12 per cent atau kurang. Infeksi malaria di Sukomenanti adalah sangat rendah sebagaimana terdapat di Kresek dan Yogya­karta. Keadaan demikian sangat berlainan dengan daerah Margolimbo di Sulawesi Selatan dimana angka dnfeksi malarianya tinggi

    Gambaran Igg4 dan Ige terhadap Protein Mikrofilaria pada Sera Penduduk Endemis Filariasis di Kecamatan Pasir Penyu, Riau

    Full text link
    Western blot test to detect specific IgG4 and IgE was performed to 12 microfilaraemic and 13 amicrofilaraemic individuals from malayan filariasis endemic area, Pasir Penyu, Riau. No differences in binding patterns of IgG4 and IgE antibodies to microfUarial protein components was shown. There was a parallel protein components recognition by IgG4 and IgE of molecular weight ranging from 158 kd to 14 kd. Protein component of 125 kd was only recognized by IgG4 and of 112 kd only by IgE. These findings suggest that in filarial infection IgG4 antibodies play a role as a blocking antibodies to inhibit the spesific reaction of IgE that is usually expressed as an allergic reaction

    Ecology And Infection Rates Of Natural Vectors Of Filariasis In Tanah Intan, South Kalimantan (Borneo), Indonesia

    Full text link
    Data ekologi nyamuk vektor dan tingkat infeksi filarĂ­a secara alami dan secara buatan telah diperoleh dari perkebunan karet di Kalimantan Selatan, Indonesia. Berbagai macam cara penangkapan dalam kondisi ekologi yang berbeda telah dipakai dalam pengumpulan 51 jenis nyamuk (N = 95.735). Pembedahan nyamuk, infeksi buatan dan identifikasi larva filarĂ­a mengikuti prosedur dan kunci yang sudah baku. Infeksi filarĂ­a Brugia, Breinlia dan CardiofĂ­laria secara alami ditemukan pada nyamuk Coquillettidia crassipes. Dari penelitian ini dapat dijelaskan hasil infeksi buatan, kepadatan populasi nyamuk secara musiman dan perbandingan cara penangkapan nyamuk

    PAHLAWAN ARU

    No full text
    36 hlm ; illus;14,5 x 21 c
    corecore