12 research outputs found

    Imunoekspresi EphB4 Pada Karsinoma Endometrium

    Full text link
    Karsinoma endometrium merupakan keganasan invasif pada traktus genitalia wanita yang paling sering terjadi. Ketidakseimbangan hormonal yang salah satu penyebabnya adalah paparan estrogen yang berlebihan, dapat menyebabkan hiperplasia endometrium yang berisiko untuk menjadi karsinoma. Reseptor EphB4 merupakan salah satu subtipe dari reseptor Eph yang termasuk dalam reseptor tirosin kinase. Aktivasi reseptor EphB4 oleh ligannya, ephrin-B2, memegang peranan penting dalam embriogenesis dan morfogenesis berbagai organ dewasa termasuk endometrium, serta pada karsinogenesis berbagai jaringan. Penelitian imunohistokimia dilakukan dengan menggunakan antibodi EphB4 terhadap 30 sampel karsinoma endometrium. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui distribusi dan intensitas imunoekspresi reseptor EphB4 pada karsinoma endometrium diferensiasi baik, sedang, dan buruk, serta hubungan imunoekspresi EphB4 dengan gradasi histopatologis karsinoma endometrium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa imunoekspresi EphB4 tampak pada permukaan lumen, membran, dan sitoplasma sel epitel kelenjar endometrium. Distribusi imunoekspresi reseptor EphB4 pada karsinoma endometrium diferensiasi baik, sedang, dan buruk berbeda tidak bermakna, sedangkan intensitas imunoekspresi EphB4 tampak paling kuat pada karsinoma endometrium diferensiasi baik dan paling lemah pada karsinoma endometrium diferensiasi buruk (p<0,01). Intensitas imunoekspresi EphB4 berhubungan terbalik yang bermakna (p<0,01) dengan gradasi histopatologis karsinoma endometrium, semakin lemah intensitasnya, semakin tinggi gradasinya. Simpulan penelitian ini adalah intensitas imunoekspresi EphB4 dapat digunakan sebagai indikator keganasan dan memungkinkan untuk diagnosis dini karsinoma endometrium

    Efek Infusa Daun Pepaya (Carica Papaya L.) Terhadap Larva Nyamuk Culex SP.

    Full text link
    Insidence of filariasis in Indonesia is still increasing and this disease may cause many disabilities. In order to decrease the incidence rate, we can interfere with the life cycle of Culex, the filariasis vector, by using  larvicides.    Most  larvicides  sold  in  the  market  contain  chemical  substances,  such  as  temephos. Therefore, it is necessary to find out more friendly natural larvicides, which are effective but safe; one of them is Papaya Leaves Infusion (PLI). The aim of this research is to find out the effectiveness of PLI as a larvicide  of  Culex  sp.  and  compare  it  with  temephos  powder.  This  research  is  a  real  comparative experimental laboratory study using complete randomized design. 720 Culex’ larvae were divided into 6 treatment  groups,  each  group  was  given  Papaya’s  Leaves  Infusion  1%,  1.5%,  2%,  2.5%,  aquadest (negative  control),  and  temephos  1%  (positive  control).  The  observed  data  were  the  numbers  of  killed larvae within 24 hours. The data were analyzed using one way ANOVA which was continued by  Tukey HSD ( = 0,05). The result showed that PLI 1%, 1.5%, 2%, and 2.5% had very significantly different effects compared to the negative control (p=0.000), but there was no significantly different effect between PLI 2 % and temephos 1%. It is concluded that PLI  2% has a larvicide effect as strong as temephos does. &nbsp

    Efek Pajanan Timbal Terhadap Infertilitas Pria

    Full text link
    Industrial and technological advances have brought a great benefit in human life, but these also bring negative effects to human and environment. Several toxic agents often influence human health, one of them is lead which give toxic effect on male reproductive  system. Lead can cause male infertility through two main mechanisms. First, lead reduces the mannose receptors so that the sperms are unable to conduct the acrosome recation, or cause premature acrosome reaction. Secondly, lead competes with zinc in binding protamine, as the result, it will interfere the chromatin stability of the sperms which are closely related to  male fertility.  &nbsp

    Efek Gelombang Elektromagnetik Telepon Seluler Terhadap Spermatozoa Mencit Galur BALB/C

    Full text link
    Nowadays, cellular phones are widely used, but most people seem do not aware of the effect of radio frequency electromagnetic radiation (RFEMR) on human body, especially the male reproduction system.   The objective of this study is to  investigate the biological effects of RFEMR of cellular phone  on sperm  motility and sperm count. Sixteen mice of BALB/c strain were divided into four groups: mice in the control group were not exposed to RFEMR, mice in the the first group were exposed to 20 times/day intensity, the second group to 40 times/day, and the third group to 80 times/day.  Mice were exposed to 1900MHz at specific absorption rate of 96 mW/kg for 7 days. Sperm motility and sperm count  were analyzed by means of Oneway ANOVA using SPSS 13.0. There were highly significant differences of sperm  motility between the exposed mice groups and the control group (p<0.01), but no significant differences among the three exposed groups (p>0.05). There were also highly significant differences of sperm count between the exposed groups and the control group (p<0.01), and the differences among the three exposed group were significant too (p<0.05). It can be concluded that exposure to cellular phone electromagnetic radiation may reduces mice sperm motility and sperm count

    Akurasi Deteksi Mycobacterium Tuberculosis Dengan Teknik PCR Menggunakan “Primer X” Dibandingkan Dengan Pemeriksaan Mikroskopik (BTA) Dan Kultur Sputum Penderita Dengan Gejala Tuberkulosis Paru

    Full text link
    Akhir-akhir ini, terjadi peningkatan jumlah penderita tuberkulosis. Guna pembe-rantasan penyakit TBC, diagnosis dan deteksi Mycobacterium tuberculosis menjadi amat penting. Deteksi tersebut dapat dilakukan dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR), pemeriksaan mikroskopik, dan kultur bakteri. Tujuan penelitian ini adalah menilai sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi deteksi Mycobacterium tuberculosis dalam sputum penderita TBC paru dengan teknik PCR dibandingkan pemeriksaan secara mikroskopik (Bakteri Tahan Asam/BTA) dan kultur bakteri TBC dalam sputum.Penelitian ini merupakan suatu uji diagnostik yang dirancang secara cross sectional. Penelitian dilakukan terhadap penderita TB paru di BP4 Jl Cibadak Bandung, mulai April 2004 sampai dengan Agustus 2004.Pemeriksaan sputum penderita dilakukan dengan tiga teknik pemeriksaan, yaitu dengan teknik PCR, pemeriksaan BTA secara mikroskopik, dan kultur bakteri.Dibandingkan dengan pemeriksaan Bakteri Tahan Asam secara mikroskospik, deteksi Mycobacterium tuberculosis dengan teknik PCR memiliki sensitivitas 30%, spesifisitas 80%, dan akurasi 47%. Uji kemaknaan dengan Mc Nemar memberikan hasil adanya perbedaan yang bermakna. (p < 0,01).Dibandingkan dengan metode kultur bakteri TBC, deteksi Mycobacterium tuberculosis dengan teknik PCR memiliki sensitivitas 65%, spesifisitas 40%, dan akurasi 57%. Uji kemaknaan dengan Mc Nemar memberikan hasil tidak adanya perbedaan yang bermakna. (p = 1,0). Dibandingkan dengan pemeriksaan Bakteri Tahan Asam secara mikroskospik, deteksi Mycobacterium tuberculosis dengan metode kultur bakteri TBC memiliki sensitivitas 31,6%, spesifisitas 81,8%, dan akurasi 50%. Uji kemaknaan dengan Mc Nemar memberikan hasil adanya perbedaan yang bermakna. (p < 0,01).Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa deteksi Mycobacterium tuberculosis dengan teknik PCR sama baiknya dengan kultur bakteri TBC, namun waktu pemeriksaan dengan teknik PCR lebih singkat dibandingkan dengan kultur bakteri TBC. Mycobacterium tuberculosis banyak tidak terdeteksi dengan pemeriksaan mikroskopik (BTA

    PENGUJIAN AKTIVITAS INHIBITOR LIPASE EKSTRAK ETANOL DAN HASIL FRAKSIONASI DARI KEDELAI DETAM 1 DAN DAUN JATI BELANDA

    Get PDF
    Salah satu pilihan pengelolaan obesitas adalah memperlambat absorbsi asam lemak dengan cara menginhibisi enzim lipase dalam saluran pencernaan. Inhibitor lipase pankreas dilaporkan telah berhasil dalam pengelolaan terapi obesitas. Senyawa aktif dalam Jati Belanda dan kedelai dapat berfungsi sebagai inhibitor lipase. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui aktifitas lipase dari ekstrak etanol kedelai Detam 1 (EEKD), daun Jati Belanda (EEJB), kombinasi serta hasil fraksionasinya menggunakan metode standar dan modifikasi. Uji aktifitas lipase terhadap EEKD, EEJB, kombinasinya serta fraksi etil asetat, air dan n-heksana menggunakan kit Lipase Liquicolor (HUMAN®) dengan prinsip kolorimetri, menggunakan spektrofotometer 580 nm. Metode modifikasi menggunakan 96 well plate, microplate reader 630 nm. Penelitian ini menyimpulkan bahwa aktifitas inhibitor lipase tertinggi didapatkan pada sampel kombinasi EEKD:EEJB perbandingan 1:2, baik menggunakan metode standar maupun metode modifikasi; fraksi yang mengandung aktifitas inhibitor lipase paling tinggi adalah fraksi air kedelai Detam 1 (KD-1) dan air Jati Belanda (JB) pada 100 ppm, serta aktifitas lipase dalam fraksi air JB lebih tinggi dari fraksi air KD-1

    Ekstrak Kedelai Detam 1, Daun Jati Belanda Serta Kombinasinya Terhadap Berat Badan Dan Histopatologis Hepar Tikus Wistar

    Full text link
    Latar Belakang Biji kedelai Detam 1 dan daun jati Belanda berefek menghambat kenaikan berat badan, akan tetapi dikhawatirkan mempengaruhi organ hepar. Tujuan penelitian Tujuan penelitian untuk mengetahui efek ekstrak etanol biji kedelai Detam 1 (EEKD), ekstrak etanol daun jati Belanda (EEJB) dan kombinasinya terhadap penghambatan kenaikan berat badan dan gambaran histopatologis hepar pada tikus Wistar yang diberi pakan tinggi lemak (PTL). Metode penelitian Penelitian merupakan eksperimental laboratorium dengan rancangan acak lengkap bersifat komparatif. Sebanyak 40 ekor tikus Wistar jantan dibagi secara acak menjadi 8 kelompok perlakuan, masing masing terdiri dari 5 ekor. Selanjutnya diberi perlakuan selama 28 hari, semua kelompok kecuali kelompok kontrol negatif (KN), tetap diberi PTL. Pada hari ke-29, seluruh tikus dikorbankan dan semua hepar tikus, kecuali kelompok Orlistat (K6), dibuat sediaan histopatologis dengan pewarnaan Haematoxylin Eosin (HE). Hasil Penghambatan kenaikan berat badan terjadi pada semua kelompok perlakuan, kelompok K3 (EEKD 10 mg : EEJB 20 mg) menunjukkan penghambatan kenaikan berat badan yang paling baik dan potensinya setara dengan kontrol positip (KP) atau Orlistat. Pada semua kelompok perlakuan (K1, K2, K3, K4 dan K5) terjadi Perubahan struktur arsitektur dan inflamasi di daerah portal namun tidak menyebabkan bengkak keruh dan degenerasi lemak. Kesimpulan: Pemberian kombinasi EEKD 10 mg : EEJB 20 mg menunjukkan penghambatan kenaikan berat badan yang paling baik. EEJB sediaan tunggal menyebabkan Perubahan gambaran histopatologis hepar paling buruk pada tikus Wistar jantan yang diinduksi pakan tinggi lemak
    corecore