25 research outputs found

    PORTOFOLIO DAN KINERJA BISNIS PERIKANAN DI PERUM PERIKANAN INDONESIA

    Get PDF
    Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan dan pengembangan sistem bisnis perikanan menjadi tantangan bagi Perum Perikanan Indonesia sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor perikanan. Guna menangkap peluang tersebut diperlukan pemetaan portofolio bisnis untuk mempertimbangkan prioritas alokasi sumberdaya finansial dan evaluasi kinerja perusahaan untuk menilai efektifitas dan efisiensi operasional sebagai bahan pengambilan keputusan oleh manajemen. Pengalaman masa lalu bahwa 4 perusahaan BUMN sektor perikanan memiliki kinerja keuangan yang buruk dan kesulitan memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya sehingga dilakukan penggabungan pada tahun 1998 (Tenny et al 2007). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi porfotolio tiga bisnis utama Perum Perikanan Indonesia (perikanan tangkap, perikanan budidaya dan jasa pelabuhan perikanan) dan mengevaluasi kinerja keuangan tahun 2013 sampai dengan 2017. Analisis portofolio menggunakan Matriks Boston Consulting Group (BCG) untuk menentukan posisi setiap unit bisnis dalam sebuah diagram berdasarkan pangsa pasar relatif dan pertumbuhan pasar. Analisis rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kinerja keuangan dari aspek likuiditas, profitabilitas dan solvabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Usaha perikanan tangkap berada pada kuadran tanda tanya atau perlu alokasi sumberdaya finansial tambahan untuk meningkatkan pangsa pasar agar mampu menempati kuadran bintang, usaha jasa pelabuhan perikanan berada pada kuadran sapi perah atau menjadi penghasil kas untuk mendanai bisnis lainnya, sedangkan usaha perikanan budidaya berada pada kuadran anjing atau posisi lemah sehingga disarankan untuk mengurangi alokasi sumberdaya finansial pada bisnis tersebut. 2) Rasio profitabilitas cenderung menurun menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dan upaya efisiensi melemah, rasio solvabilitas meningkat tajam pada tahun 2017 menunjukkan peningkatan beban utang atau kewajiban perusahaan kepada pihak lain, dan rasio likuiditas cenderung menurun menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi utang atau kewajiban jangka pendek melemah.Kata kunci: Bisnis Perikanan, Portofolio Bisnis, Kinerja Keuangan, BUMN

    PENENTUAN ALAT TANGKAP UNGGULAN UNTUK IKAN PELAGIS KECIL DI PALABUHANRATU SUKABUMI

    Get PDF
    Pantai Palabuhanratu terletak pada titik koordinat 70- 70 12’ lintang selatan dan 1060 21’ - 1060 31’ bujur timur. Perairan teluk ini berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, sehingga kondisi perairan dan ikan yang terdapat di perairan teluk banyak dipengaruhi oleh perairan Samudera Hindia (PPN Palabuhanratu 2007). Permasalahan yang menyangkut keberlanjutan perikanan tangkap adalah perilaku nelayan, produktivitas penangkapan, tingkat pendapatan, ketersediaan sumberdaya ikan dan kegiatan pengelolaan (manajemen) perikanan tangkap ikan pelagis kecil itu sendiri. Untuk mengoptimalkan perikanan pelagis kecil secara berkelanjutan maka dibutuhkan analisis dengan menggunakan skoring untuk menentukan alat tangkap unggulan untuk perikanan pelagis kecil. Usaha penangkapan ikan pancing ulur memiliki nilai tertinggi berdasarkan aspek lingkungan sedangkan bagan apung adalah alat tangkap yang memiliki nilai tertinggi berdasarkan aspek teknik,sosial dan ekonomi. Secara keseluruhan alat tangkap bagan apung merupakan alat tangkap yang unggul untuk perikanan pelagis kecil. Kesimpulan dari penelitian ini adalah alat tangkap unggulan untuk perikanan pelagis kecil di perairan Pelabuhanratu berdasarkan aspek teknik, ekonomi, sosial dan lingkungan yaitu bagan apung.Kata kunci: keberlanjutan, skoring, pengelolaan, unggulan

    PENGARUH ASPEK LAPANGAN PENUMPUKAN TERHADAP DWELLING TIME DI TPK KOJA

    Get PDF
    Terminal peti kemas Koja (TPK Koja) merupakan suatu entitas bisnis yang berada di Pelabuhan Tanjung Priok yang berfungsi sebagai simpul logistik perdagangan baik untuk ekspor maupun impor. Kegiatan impor di Pelabuhan Tanjung Priok menjadi permasalahan tersendiri terkait dengan lamanya waktu peti kemas mengendap di lapangan penumpukan lini 1. Kebijakan pemerintah tentang dwelling time kepelabuhanan merupakan solusi dan tantangan bagi TPK Koja, karena seluruh kegiatan yang berhubungan dengan bongkar muat peti kemas berpotensi sebagai penyumbang tingginya dwelling time, faktor utama yang menjadi penentu terkait dengan dwellling time di terminal peti kemas adalah lapangan penumpukan. Dari hasil penelitian yang dilakukan di TPK Koja, pada tahun 2016 kondisi luas lapangan penumpukan yang digunakan sebesar 6,90 ha dengan waktu dwelling time selama 3,8 hari dan kapasitas YOR 58,47%. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, berdasarkan hasil analisis data berupa perhitungan kapasitas lapangan penumpukan. Hasil menunjukkan bahwa tingkat dwelling time di TPK Koja saat ini masih cukup tinggi, untuk menunjang kelancaran arus peti kemas TPK Koja perlu melakukan perbaikan terhadap indikator penentu dwelling time dan mengacu pada waktu dwellling time sesuai dengan kebijakan pemerintah yang berlaku saat ini.Kata kunci: Dwelling Time Kepelabuhanan, Impor, Kebijakan Pemerintah, TPK Koja

    ANALISIS TEKNO-EKONOMI LAMINASI KAPAL PSP 01 DI PALABUHAN RATU, JAWA BARAT

    Get PDF
    Laminasi kapal adalah proses pelapisan kapal kayu dengan menggunakan FRP, yang bertujuan untuk memperbaiki, memperkuat, mencegah kebocoran, dan menambah umur teknis kapal. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan teknik laminasi kapal PSP 01, membuat formulasi untuk menghitung kebutuhan bahan laminasi kapal, dan menghitung biaya proses laminasi kapal PSP 01. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses laminasi kapal terdiri atas 3 tahapan utama yakni pendempulan, pelapisan FRP, dan pengecatan. Berdasarkan hasil perhitungan dan pengolahan data hasil laminasi, didapatkan formula untuk menghitung kebutuhan lembar fiberglass non overlay  (Tln) = Luas badan kapal/1,2 meter, formula untuk menghitung lembar fiberglass overlay (Tloverlay) = ( (Tln – 1) x 0,44 m ) / 1,2 m. Rumus yang digunakan untuk menghitung total kebutuhan lembar fiberglass (Tlfix) = Tln + Tloverlay. Berdasarkan hasil perhitungan jumlah resin, didapatkan rata-rata resin dipakai (NSKB) sebesar 1099,27cm3 perlembar fiberglass, sehingga dapat diaplikasikan untuk menghitung jumlah kebutuhan resin total (TBresin) resin dengan rumus = (NSKB resin x Tlfix). Total kebutuhan katalis dapat dihitung dengan mengalikan total kebutuhan resin dengan nilai standar 2%. Total biaya yang dipakai untuk laminasi kapal PSP 01 adalah Rp 11.851.000.Kata kunci : fiberglass, kapal, laminasi, PSP 01

    PENGARUH FASE BULAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN LOBSTER (Panulirus homarus) di TELUK PELABUHANRATU KABUPATEN SUKABUMI

    Get PDF
    Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu daerah potensial penghasil  lobster di Indonesia, khususnya di wilayah Teluk Palabuhanratu,  lobster yang banyak tertangkap di daerahh ini adalah jenis lobster panulirus homarus dikenal dengan nama lobster Hijau pasir dalam bahasa Indonesia,  banyak penelitian yang di lakukan ditempat lain menyatakan bahwa fase bulan memberikan pengaruh dan tidak pengaruh terhadap hasil tangkapan lobster. Maka  penelitian  ini mengamati pengaruh fase bulan terhadap hasil tangkapan lobster dan  pengaruh fase bulan terhadap ukuran, yang berada di wilayah teluk Palabuhanratu. Data yang di kumpulkan merupakan data dari hasil tangkapan yang di kumpulkan pada pengumpul lobster dari mulai bulan Agustus sampai bulan Desember 2015. Fase bulan di bagi kedalam 4 kwadran, fase bulan semi terang (Kwadran I), fase bulan purnama (Kwadran II), fase bulan semi gelap (Kwadran III) dan fase bulan gelap (Kwadran IV) data fase bulan di ambil dari daftar almanak  nautika.  Ukran lobster yang tertangkap di bagi kedalam 3 ukuran  yaitu KK (0.30-0.99 gram/ekor), SPK (100-200 gram/ekor) dan SPB ( 200-up gram/ekor). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hasil tangkapan lobster P. homarus di teluk Palabuhanratu tidak memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap fase bulan, ini  berdasarkan  hasil  uji  statistik dimana nilai  P = 0.8917 (P > 0.05).  Lobster tertangkap di semua fase bulan dan terbanyak di fase  bulan semi terang (kwadran I) sebesar 41.90±11.7 (SE) kg. dimana lobster tersebut banyak tertangkap pada ukuran KK (0.30-0.99 gram/ekor) dan SPK (100-200 gram/ekor), berdasarkan trand hasil tangkapan selama setahun  menggambarkan  terjadi peningkatan produksi hasil tangkapan lobster pada bulan September sampai bulan Desember, hal ini  bersamaan pula dengan di mulainya musim penghujan/musim barat.Sukabumi distric is one of the potensial areas lobster producer in Indonesia, particulary in the gulf region Palabuhanratu, one species of lobster is Panulirus homarus usually called in bahasa Indonesia is Lobster Hijau Pasir. So many research on the another places is the moon phases give influence to catch of lobster. This study is want to observe, the influence of the moon phase to the lobster catches especially for P. homarus species in the Pelabuhanratu district. And also the influence the moon phase to the size of P. homarus lobster. Data is collected from the collecting lobster catches from August to December 2015. The moon phase are divides in 4 phases, as the semi-bright moon phase (phase 1), full moon (phase 2), semi dark (phase 3), and full dark (phase 4), the phases of moon is take from List of Nautical Almanac. The size of lobster is divided in to 3 sizes, as KK (0.30-0.99 grs/pc), SPK (100-200 grs/pc), and SPB (200 grs Up/pc). The results of this study is showed the catch of Panulirus homarus lobster in Pelabuhanratu district, the moon phase was not give different influence significantly, it’s shown from calculations of the statistic P= 0.8917 (P>0.05). The Lobster caught in all the phases of the moon, and the biggest one in the semi-bright moon phase (phase 1) as big as 41.90±11.7 (SE) kilograms. If base on the sizes, that many Lobster caught in KK (0.30-0.99 grs/pc) and SPK (100-200 grs/pc). If the accordance of calculation of catch trend, has started an increase of catches in September. This conditions is in conjunction with the start of the rainy season/west season. The conclusions of this study, that the moon phase is not give influence to the total catches of lobster P. homarus, but it is predicted there are other factors is influence it is a local environmental factors that have a major influence on the total catches of lobster P. homarus

    PENGEMBANGAN PERUSAHAAN JASA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PT MUTIARA MUTU KATIGA DI DEPOK, JAWA BARAT

    Get PDF
    PT Mutiara Mutu Katiga merupakan Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam bidang pembinaan K3. PT Mutiara Mutu Katiga membantu pemerintah dengan membuat program yang belum pernah ada sebelumnya yaitu program 6 in 1 Certification. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran K3 di industri yang memiliki risiko tinggi seperti pelabuhan. Kegiatan transportasi dan bongkar muat di pelabuhan maupun kegiatan berisiko tinggi lainnya membutuhkan petugas K3 kompeten yang mampu menerapkan prinsip K3 di tempat kerja. Saat ini salah satu kendala terbesar yang dihadapi oleh perusahaan adalah belum mampunya untuk memenuhi tingginya permintaan sertifikasi diiringi dengan meningkatkan kesadaran K3 di tempat kerja. Penelitian ini mengunankan data primer dan sekunder melalui observasi, wawancara, kuesioner dan studi dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah Model Bisnis Kanvas dan Analisis SWOT. Pada pemetaan BMC terlihat bahwa model bisnis yang dijalankan saat ini masih perlu ditingkatkan di beberapa unsur seperti value propositions, key activities dan key partnership. Berdasarkan hasil analisis SWOT seluruh faktor internal dan eksternal memiliki kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dapat digunakan dalam pengembangan perusahaan.Kata kunci: Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Model Bisnis Kanvas, 6 in 1 Certificatio

    PENGARUH FASE BULAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN GLASS EEL DI MUARA SUNGAI CIBUNI TEUGAL BULEUD, KABUPATEN SUKABUMI

    Get PDF
    Muara Sungai Cibuni, Tegal Buleud, Sukabumi terletak di perairan pantai selatan Pulau Jawa yang memiliki potensi besar dalam penyediaan glass eel (benih sidat) akan tetapi belum dilakukan penelitian. Penangkapan glass eel dilakukan pada malam hari ketika air pasang sehingga fase bulan akan mempengaruhi operasi penangkapan glass eel , oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fase bulan menangkap glass eel.Data yang dikumpulkan dari data hasil tangkapan glass eel harian nelayan dikumpulkan selama 12 bulan pada tahun 2015 dan kemudian data dianalisis dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan mengelompokkan menjadi 4 fase bulan (semi terang, terang bulan, bulan gelap dan semi gelap). Dari hasil analisis menunjukkan bahwa hasil tangkapan pada fase bulan terang berbeda nyata terhadap fase bulan gelap dengan rata-rata hasil tangkapan glass eel di fase bulan terang 6.2 kg dan fase gelap 18.3 kg dan hasil tangkapan pada fase bulan semi terang tidak berbeda nyata dengan  fase bulan terang, sedangkan fase semi terang berbeda nyata terhadap fase bulan gelap

    PERAMALAN INDEKS TARIF ANGKUTAN PELAYARAN CURAH KERING

    Get PDF
    Volatilitas dan risiko tinggi merupakan ciri khas dari pasar tarif pelayaran curah kering. Ditenggarai hal ini dikarenakan banyaknya ketidakpastian yang mempengaruhinya, mulai dari kondisi ekonomi dunia, guncangan politik, kemajuan teknologi, hingga sensitivitas terhadap sentimen pasar. Banyak akademisi yang memberikan perhatian dan berusaha untuk memahami fenomena ini. Beberapa kajian telah ditulis dan salah satunya adalah mengenai hubungan peramalan sebagai alat yang bisa mengurangi risiko ketidakpastian. Oleh karena itu makalah ini mencoba untuk meramalkan indeks tarif angkutan pelayaran curah kering (BDI) dengan menggunakan pendekatan ekonometrik berdasarkan data pada pasar tarif angkutan curah kering selama periode 1991 sampai 2016.  Penelitian ini diawali dengan menjelaskan karakteristik dan gambaran umum dari pasar tarif curah kering dan faktor penentu yang mempengaruhi permintaan dan penawaran pasar juga diidentifikasi dan dianalisa. Variabel yang signifikan diperoleh melalui tinjauan literatur, dan juga beberapa model ekonomi dari penelitian terdahulu juga dipelajari, sehingga berdasarkan pada hal-hal tersebut pondasi dari permodelan dapat dilakukan. Indikator ekonomi yang ditunjukkan oleh GDP dunia digunakan untuk memprediksi volume perdagangan curah kering melalui laut, bersama rerata jarak, kedua variabel tersebut terpilih sebagai faktor penentu dari dari sisi permintaan. Sementara armada kapal curah kering dan harga bahan bakar dijadikan faktor penentu dari sisi penawaran. Regresi Linier dipergunakan untuk membuat model ekonometrik guna meramalkan tingkat harga di pasar tarif ke depannya. Dari peramalan menunjukkan jika pertumbuhan armada kapal tetap mengikuti tren yang ada, maka indeks tarif angkutan curah kering akan sulit naik dan kembali ke titik normalnya.Kata kunci: Baltic Dry Index (BDI), Model Ekonometrik, Pasar Tarif Angkutan Curah Kering, Peramalan tarif angkutan pelayaran, dan Permintaan Penawaran Pelayaran

    PENATAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI AWAK KAPAL PENANGKAP IKAN DI INDONESIA

    Get PDF
    Kompetensi awak kapal penangkap ikan merupakan salah satu faktor utama penunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan. Penguasaan kompetensi awak kapal dibuktikan dengan sertifikat kompetensi yang didapatkan melalui pendidikan dan latihan serta uji sertifikasi awak kapal penangkap ikan oleh badan berwenang. Standar kompetensi awak kapal penangkap ikan harus sesuai dengan ukuran kapal (panjang kapal dan gross tonage) dan wilayah operasi penangkapan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kesenjangan yang terjadi antara sertifikat kompetensi awak kapal penangkap ikan dengan ketentuan perundangan yang berlaku di Indonesia beserta faktor penyebabnya. Penelitian telah dilakukan pada kapal ukuran lebih dari 30 GT di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu dan Pelabuhan Perikanan Samudra Nijam Zachman Muara Baru Jakarta.  Data primer diperoleh dari  bukti dokumen awak kapal (BST, buku pelaut, Ankapin, Atkapin, SKK) yang berada diatas kapal. Data sekunder diperoleh dari Sijil Awak Kapal, SPB, ukuran kapal (panjang dan GT), wilayah operasi penangkapan serta peraturan perundangan tentang pengawakan kapal penangkap ikan yang berlaku di Indonesia. Pengolahan data dilakukan menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas awak kapal penangkap ikan Indonesia belum memiliki sertifikat kompetensi sesuai peraturan yang berlaku.  Hal ini disebabkan oleh dispensasi penerbitan SPB dan keterbatasan waktu pelaksanaan uji sertifikasi.  Pihak berwenang harus tegas menentukan batas waktu dispensasi penerbitan SPB serta  memperbanyak  waktu dan tempat uji sertifikasi yang mudah diakses oleh awak kapal.</p
    corecore