37 research outputs found

    SITUS-SITUS MEGALITIK DI DESA PADANGRATU KABUPATEN OKU SELATAN (GAMBARAN ADAPTASI LINGKUNGAN)

    Get PDF
    The purpose of this study was to determine the environmental adaptation in Padangratu Village with the target of megalithic sites and their relationship with the physical environment in Padangratu Village. The method used is a qualitative method and a semi-macro space study. which examines the relationship between megalithic and environemental in Padangratu Village. The results show that the megalithic sites in Padangratu Village were Jurun, Langkat, Putor, Bumijawa and Tanjung sites located at an altitude of 400-1032 meters/asl. The community supporting the megalithic tradition in the village of Padangratu had adapted to the environment by establishing megalithic buildings near water sources (springs and siring) and on soils containing volcanic weather and choosed locations that provide sources of megalithic building materials. The occupational periods of megalithic sites in the village Padangratu was the 10th century AD, this was based on the relative date of the ceramic findings from these sites. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui adaptasi lingkungan di Desa Padangratu dengan sasaran situs-situs megalitik dan hubungannya dengan lingkungan fisik di Desa Padangratu. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan studi ruang semi makro. yang mana menguji hubungan antara megalitik dan environemental reliks di Desa Padangratu. Hasilnya menunjukkan bahwa situs-situs megalitik di Desa Padangratu adalah situs Jurun, Langkat, Putor, Bumijawa dan Tanjung terletak di pada ketinggian 400 – 1032 meter/dpl. Masyarakat pendukung tradisi megalitik di Desa Padangratu sudah berdaptasi dengan lingkungan dengan mendirikan bangunan megalitik di dekat sumber air (mata air dan siring) dan pada tanah mengandung lapukan vulkanik dan memilih lokasi yang menyediakan sumber material bangunan megalitik.. Periode okupasi situs-situs megalitik di Desa Padangratu pada abad ke-10 M, hal ini berdasarkan pertanggalan relatif dari temuan keramik dari situs-situs tersebut

    Tanah Tua Di Percandian Muarajambi

    Get PDF
    Abstrak: Kawasan percandian Muarajambi merupakan kompleks percandian Buddha yang berasal dari abad ke-10 Masehi. Kawasan percandian berada pada bentang lahan fluvial dan diatas permukaan tanah yang datar dan kering. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui a) stratifigafi formasi batuan, b) jenis-jenis tanah dan c) hubungan tanah candi dengan kitab agama Manarasilpasastra. Metode yang dipakai adalah metode kualitatif terdiri dari  pengumpulan, pengolahan dan interpretasi data. Pengumpulan data melalui observasi literatur dan lapangan dengan dokumentasi foto, pengumpulan 22 sampel tanah. Selanjutnya dilakukan pengolahan data untuk pembuatan peta stratifigrafi formasi batuan, pengiriman 22 sampel tanah untuk dianalisis terkstur ke labortorium dan ke laboratorium untuk mengetahui tekstur tanah dan analisis hubungan jenis tanah di kawasan percandian Muarajambi dengan kitab agama. Hasil penelitian menunjukkan kawasan percandian Muarajambi berada stratifigrafi formasi batuan Muara Enim. Percandian tidak berdiri diatas permukaan tanah sedimen sungai namun berupa lapukan batuan lempung. Maka tapak candi terlihat keras/stabil , Jenis tanah ultisol dan mengacu ke tanah Ksatria dalam kitab agama Manasarasilpasastra.Kata Kunci: Tanah, Candi, Kawasan, Muarajambi.Old Land in Muarajambi TempleAbstract: The Muarajambi temple area is a Buddhist temple complex dating from the 10th century AD. This area is located in a fluvial landscape and on a flat and dry land surface. This study aims to determine a) the stratification of rock formations, b) the types of soil and c) the relationship between the temple soil and religious scriptures in the construction of the temple. The method used is the method of explaining theory through data, with data collection, processing and interpretation. Collecting data through literature and field observations with photo documentation, collecting 22 soil samples. Furthermore, data processing was carried out for making stratigraphic maps of rock formations, sending 22 soil samples for texture analysis to laboratories and laboratories to determine soil texture and analyzing the relationship between soil types in Muarajambi enshrinement area with religious books. The results showed that Muarajambi temple area was in the stratigraphy of the Muara Enim rock formation, with clay content so that the footprint could be seen as hard/stable, the soil type was ultisol and referred to the Ksatria soil in the Manasarasilpasastra religious book.Keywords: Soil, Temple, Region, Muarajambi

    Bengkulu riwayatmu dulu: menyingkap tabir masa lalu mengenali jatidiri

    Get PDF
    Berisi mengenai beberapa artikel baik dari segi arkeologi maupun sejarah Bengkulu. Dimulai dari tradisi megalitik yang ada di Bengkulu, Kerajaan anak sungai Mukomuko berdasarkan data sejarah dan arkeologi, Benteng Ana: faktor penyebab kerusakannya, hingga Kota Bengkulu dalam lintas perdagangan maritim di pantai Barat Sumatera, dan terakhir Menelusuri jejak-jejak budaya di Pulau Enggano

    Jurnal Arkeologi Siddhayatra Vol.20 No.1 Tahun 2015

    Get PDF
    Jurnal terbitan bulan Mei ini terdiri dari enam tulisan, yang berdasarkan kronologi data yang digunakan beraal dari masa prasejarah sampai masa kolonial. Adapun topik yang ditulis juga menampilkan variasi yang berbeda, yaitu berkaitan dengan seni, geologi, naskah, maritim dan teknologi

    Asia Tenggara dalam perspektif arkeologi: kajian arkeologi di Sumatera bagian Selatan

    Get PDF
    Hubungan arkeologi dengan Asia Tenggara dapat berupa hubungan budaya, ekonomi dan juga politik. Di sinilah peran arkeologi yakni menemukan bukti-bukti bendawi atas hubungan itu pada masa lalu, melakukan analisis sesuai kaidah-kaidah keilmuan, menarik kesimpulan dan kemudian menyajikannya kepada publik. Berkaitan dengan beberapa hal tersebut di atas para peneliti di Balai Arkeologi Palembangdipimpin Drs. Nurhadi Rangkuti menyajikan hasil-hasil penelitian arkeologis di wlayah kerja mereka. Kristantina Indriastuti dalam tulisannya "Jejak Peradaban Austronesia di Dataran Tinggi Pasemah, Provinsi SumateraSelatan" membuktikan pendapat Von Heine Geldern dan Soejono bahwa migrasi dari Asia Tenggara daratan ke wilayah Kepulauan terjadi dalam dua tahap. Selain itu temuan-temuan di Pasemah juga menggambarkan ehidupan masyarakat pendukungnya termasuk alam kepercayaan mereka. Tri Marhaeni SB menulis "Megalit dan Kubur Tempayan Dataran Tinggi Jambi: Situs Lolo Gedang Kerinci" mengungkapkan bahwa kubur tempayan dan pemukiman di Situs Lolo Gedang Jambi berasal dari satu komunitas dan menunjukkan kesamaan dengan beberapa situs lain baik Indonesia maupun Asia Tenggara Daratan. Berikutnya "Perahu Tradisi Asia Tenggara di Sumatera Bagian Selatan: Bukti Keberadaan Perahu Sriwijaya?" buah karua Budi Wiyana menggambarkan keberadaan jejak-jejak perahu kuno yang ditemukan di sejumlah situs di sekitar pantai timur Pulau Sumatera dan di Pantai selat Bangka

    Jurnal Arkeologi Siddhayatra Vol.10 No.2 Tahun 2005

    Get PDF
    Jurnal Arkeologi Siddhayatra Vol.10 No.2 Tahun 2005 menerbitkan lima artikel yang pernah disajikan dalam Pertemuan Ilmiah Arkeologi X Tahun 2005 di Yogyakarta. Artikel pertama oleh Aryandini Novita lebih menyoroti fenomena pemanfaatan sumberdaya arkeologi yang belum sesuai dengan prinsip-prinsip arkeologi dalam kasus pemanfaatan kawasan Benteng Kuto Besak. Artikel kedua membicarakan tinggalan manusia prasejarah di Goa Putri Kab Ogan Komering Ulu oleh Kristantina Indriastuti. Retno Purwanti mengulas kedudukan Karangberahi dalam struktur perekonomian Sriwijaya, sedangkan Sondang M Siregar mengulas keterlibatan Bumiayu dalam perdagangan internasional berdasarkan atas dasar temuan keramik asing. Artikel Budi Wiyana bertopik arkeologi lingkungan yang menunjukkan bukti bahwa bahan nisan makam bangsawan Melayu di Mentok, Pulau Bangka diambil dari lingkungan terdekatnya

    Jurnal Arkeologi Siddhayatra Vol.19 No.1 Tahun 2014

    Get PDF
    Jurnal terbitan bulan Mei tahun 2014 ini terdiri dari enam tulisan, yang berdasarkan kronologi data yang digunakan beraal dari masa prasejarah sampai masa kolonial. Adapun topik yang ditulis juga menampilkan variasi yang berbeda, yaitu berkaitan dengan simbol, permukiman dan teknologi pembuatan alat batu. Tulisan pertama diawali dengan judul tulisan “Bata Bertanda Candi 1 Bumiayu” hasil karya Retno Purwanti dan kedua oleh Tri Marhaeni S.B. berjudul “Situs Siulak Tenang, Kerinci: Cara Penguburan dan Kaitannya Dengan Kehidupan Komunitas Pendukungnya”. Tulisan pertama mengulas tentang makna yang tersirat pada bata bertanda yang dikaitkan dengan proses pembangunan Candi 1 dan masa pendiriannya. Tulisan kedua membahas tentang cara penguburan yang diduga berkaitan dengan status sosial yang dikuburkan. Dua tulisan tentang tradisi megalitik dengan tema permukiman ditulis oleh Sondang M. Siregar dengan judul “Jejak-Jejak Perkambpungan Masa Megalitik di Situs Padangratu, Kawasan Danau Ranau, Kabupaten Ogaan Komering Ulu, dan tulisan berjudul “Pemukiman Situs-Situs Megalitik di Kecamatan Dempo Selatan, Kota Pagaralam dan Kecamatan Pagargunung, Kecamatan Tanjungtebat, Kecamatan Mulakulu, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Tulisan selanjutnya ditulis oleh Aryandini Novita yang mengulas tentang pertumbuhan kota Tanjungpandan berdasarkan situs-situs yang ada di perairan Belitung. Adapun judul artikel tersebut adalaah “Situs-Situs Bawah air di Perairan Belitung Barat: Hubungannya dengan Pertumbuhan Kota Tanjungpandan Pada Masa Lalu”.Tulisan terakhir adalah hasil pikiran M. Rully Fauzi dengan judul “Bilah dan Bilah Kecil (Blade dan Bladlet) : Konsep dasar serta strategi identifikasinya berdasarkan eksperimen penyempitan”. Tulisan ini secara ringkas dan jelas memaparkan tentang cara mengidentikasi alat litik memalui ekperimen, yang untuk di Indonesia masih termasuk langka

    Jurnal Arkeologi Siddhayatra Vol.9 No.2 Tahun 2004

    Get PDF
    Dalam edisi kali ini menampilkan empat buah artikel pertama oleh Tony Djubiantono dari Asdep Arkenas di Jakarta dengan melakukan penelitian di kawasan situs Keratuan Balaw Bandar Lampung yang pada akhir kesimpulannya bahwa di situs Keratuan Balaw merupakan pemukiman pada masa lalu dan ada kemungkinan mengaeah kepada periodesasi yang lebih tua karena adanya temuan serpihan rijang dan obsidian. Selanjutnya Sondang M Siregar menulis dengan judul "Fondasi Bangunan Candi Tuo Sumay" yang menginformasikan bahwa agama Buddha telah masuk dan berkembang di Desa Tuo Sumay yang dalam pendirian angunan tersebut senantiasa menerapkan konsel dalam agama Budha. Kristantina dan Siswanto membahas tentang situs Goa Puteri antara legenda yang berkembang di masyarakat dan dari kecamatan arkeologi sebagai salah satu Goa hunian masa lalu yang sarat mengandung data kepurbakalaan. Artikel terakhir ditulis Triwurjani dari Asdep Arkenas yang mengangkat topik "Tata Letak Hunian Megalitik DAS Sekampung di Propinsi Lampung" yang menyatakan bahwa bentuk pemukiman DAS Sekampung memperlihatkan 2 macam bentuk, yakni ada bentuk pemukiman dengan gundukan tanah dan parit dan ada yang tidak

    Jurnal Arkeologi Siddhayatra Vol.13 No.2 Tahun 2008

    Get PDF
    Dalam terbitan kali ini Aryandini Novita mengungkapkan Potensi Tinggalan arkeologi bawah air di Kepulauan Bangka Belitung. Sedangkan Wahyu Rizky Andhifani membahas tentang ajaran agama Buddha di Kerajaan Sriwijaya berdasarkan Prasasti Talang Tuo. Sejarah Palembang pasca Sriwijaya: Kesinambungan dan permasalahannya dikemukakan oleh Retno Purwanti. Kristantina Indriastuti membahas kajian pemukiman situs masa Hindu Buddha di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi analisis Sumberdaya Lahan. Terakhir, Arca-arca penjaga dari kompleks percandian Bumiayu dibahas oleh Sondang M Sirega
    corecore