6 research outputs found

    PERBURUAN KASUARI (Casuarius spp.) SECARA TRADISIONAL OLEH MASYARAKAT SUKU NDUGA DI DISTRIK SAWAERMA KABUPATEN ASMAT (The traditional hunting of Kasuari (Casuarius sp.) by Nduga tribe in Sawaerma District, Asmat Regency)

    Get PDF
    ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mengkaji kegiatan perburuan kasuari secara tradisonal oleh masyarakat suku Nduga di Distrik Sawaerma, Kabupaten Asmat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perburuan kasuari oleh masyarakat suku Nduga di Distrik Sawaerma bertujuan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dan pendapatan ekonomi keluarga. Aktivitas berburu kasuari oleh masyarakat suku Nduga masih dilakukan secara tradisional dengan menggunakan alat-alat tradisional seperti parang, kapak dan busur, anak panah. Selain itu cara penangkapan kasuari dilakukan dengan jerat leher dan jerat kaki maupun bantuan anjing berburu. Kegiatan berburu kasuari dilakukan secara secara perorangan maupun kelompok sesuai dengan hak adat (dusun). Kegiatan berburu lebih banyak dilakukan pada pagi dan malam hari, terutama saat musim hujan. Jenis kasuari yang terdapat pada areal hutan di sekitar Distrik Sawaerma adalah Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius-casuarius), Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unppendiculatus), dan Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti). Rata-rata jumlah hasil buruan kasuari yang mengunakan jerat kaki atau leher sebanyak 2-3 ekor/hari, sedangkan menggunakan anjing berburu 1-2 ekor/hari. ABSTRACTThe research was aimed to discribe how the Nduga tribe in Sawaerma district, Asmat Regency is hunting kasuari traditionally. Descriptive method with case study was employed in this research. The resultshave shown that the main purposes of hunting kasusari by Nduga tribe were to fulfill their own need of protein as well as family income. The Nduga tribe have hunted kasuari traditionally by using traditional tools including cleavers, axe, and arrow. In addition, this tribe also hunts kasuari using neck and feet trapsas well as hunting dogs.The result also showed that Nduga tribe hunted kasuari alone or in group, and they did it based on their land customary. The most hunting time were in the morning and evening especially during rainy seasons. Single wattle (Casuarius unppendiculatus),double wattle (Casuarius-casuarius),and dwarf (Casuarius bennetti) cassowaries were foundin the area. Average number of kasuari hunted using neck and feet trap was 2 – 3 individu per day, while using hunting dogs was 1 – 2 individu per day.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mengkaji kegiatan perburuan kasuari secara tradisonal oleh masyarakat suku Nduga di Distrik Sawaerma, Kabupaten Asmat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perburuan kasuari oleh masyarakat suku Nduga di Distrik Sawaerma bertujuan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dan pendapatan ekonomi keluarga. Aktivitas berburu kasuari oleh masyarakat suku Nduga masih dilakukan secara tradisional dengan menggunakan alat-alat tradisional seperti parang, kapak dan busur, anak panah. Selain itu cara penangkapan kasuari dilakukan dengan jerat leher dan jerat kaki maupun bantuan anjing berburu. Kegiatan berburu kasuari dilakukan secara secara perorangan maupun kelompok sesuai dengan hak adat (dusun). Kegiatan berburu lebih banyak dilakukan pada pagi dan malam hari, terutama saat musim hujan. Jenis kasuari yang terdapat pada areal hutan di sekitar Distrik Sawaerma adalah Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius-casuarius), Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unppendiculatus), dan Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti). Rata-rata jumlah hasil buruan kasuari yang mengunakan jerat kaki atau leher sebanyak 2-3 ekor/hari, sedangkan menggunakan anjing berburu 1-2 ekor/hari. ABSTRACTThe research was aimed to discribe how the Nduga tribe in Sawaerma district, Asmat Regency is hunting kasuari traditionally. Descriptive method with case study was employed in this research. The resultshave shown that the main purposes of hunting kasusari by Nduga tribe were to fulfill their own need of protein as well as family income. The Nduga tribe have hunted kasuari traditionally by using traditional tools including cleavers, axe, and arrow. In addition, this tribe also hunts kasuari using neck and feet trapsas well as hunting dogs.The result also showed that Nduga tribe hunted kasuari alone or in group, and they did it based on their land customary. The most hunting time were in the morning and evening especially during rainy seasons. Single wattle (Casuarius unppendiculatus),double wattle (Casuarius-casuarius),and dwarf (Casuarius bennetti) cassowaries were foundin the area. Average number of kasuari hunted using neck and feet trap was 2 – 3 individu per day, while using hunting dogs was 1 – 2 individu per day

    Jenis-jenis Marsupialia Pada Areal Rencana Perkebunan Pala Kabupaten Teluk Wondama Dan Teluk Bintuni

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan mamalia berkantung pada kawasan rencana pengembangan kopermas perkebunan Kami Nassey di Kabupaten Teluk Wondama dan Teluk Bintuni. Pengumpulan data di lapangan dilakukan selama 7 hari dengan luasan kawasan mencapai 8.000 ha meliputi Kampung Werianggi, Kampung Werabur dan Kampung Idor. Adapun status kawasan berupa areal penggunaan lain (APL) dalam bentuk hutan primer kering, hutan sekunder kering, dan semak belukar yang mana termasuk tipe ekosistem hutan dataran rendah, dan sebagian merupakan daerah bukit kapur, dan ekosistem rawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan ini memiliki tingkat keragaman jenis hewan mamalia berkantung yang tinggi, baik dari famili maupun jenisnya. Dari hasil survei, ditemukan 14 spesies dan 12 diantaranya merupakan jenis endemik Papua (New Guinea) dan 5 jenis masuk dalam jenis yang dilindungi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta 5 spesies lainnya termasuk dalam kategori daftar merah IUCN serta 2 spesies termasuk ke dalam daftar CITES Appendix II

    Keragaman Jenis Kadal Sub-ordo Sauria (Famili Scincidae) di Hutan Taman Wisata Alam Gunung Meja

    Full text link
    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis kadal dan keragamannya pada Hutan Taman Wisata Alam Gunung Meja. Studi ini menggunakan teknik observasi dan teknik pengambilan data secara langsung melalui penjelajahan dengan parameter utama meliputi jenis, jumlah individu kadal sedangkan variabel pendukung meliputi kondisi umum lokasi penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat six jenis kadal yakni: Sphenomophus sp., Sphenomorphus variegatus (Peters, 1867), Carlia fusca (Dumeril &Bibron, 1836), Laprolepis smaragdina (Lesson, 1830) Emoia sp dan Emoia caeruleocouda (Des, 1892) dengan jumlah total individu 133. Tingkat keanekaragaman jenis kadal sebesar 1,76 (kriteria sedang) yang menunjukkan kemantapan populasi kadal yang cukup baik dan tingkat kemerataan jenis tinggi (0,98) yang menunjukkan adanya distribusi individu yang merata. Jenis-jenis kadal tersebut ada yang bersifat arboreal, teresterial dan dibawah tanah  dan umumnya beradaptasi pada tumpukan serasah, pohon-pohon tumbang dan daerah terbuka serta memiliki jenis pakan berupa jenis serangga dan beberapa jenis organism berukura kecil

    Skema Pembagian Manfaat Dan Stakeholders Terhadap Pengelolaan Hutan Damar (Agathis Labilardieri Warb.) Distrik Biak Timur Kabupaten Biak Numfor

    Full text link
    Tujuan penelitian ini ialah mengkaji skema pembagian manfaat sumberdaya hutan dan mendukung peran masyarakat adat di distrik Biak Timur. Metode yang digunakan yaitu deskriptif dan observasi dengan teknik studi kasus, wawancara semi struktural dengan subjek berupa masyarakat pemilik hak ulayat, serta stakeholder yang terkait. Hasil penelitian menunjukkan terdapat dua skema pembagian manfaat yaitu skema berbasis uang melalui proses pembayaran uang kepada masyarakat pemilik hak ulayat sesuai produk kayu yang dibeli dan berbasis dampak yaitu melaui uang yang diterima pemilik hak ulayat terkait dengan kegiatan-kegiatan pemeliharaan dan pelestarian kawasan hutan yang rusak. Terdapat kegiatan rehabilitasi dan pemulihan kawasan hutan dan meningkatkan peran dan keterlibatan masyarakat dalam merehabilitasi hutan dan lahan. Dengan adanya keterlibatan stakeholder memberikan manfaat bagi keberlanjutan manfaat dan pengeolaan hutan Damar
    corecore