2 research outputs found

    Analisis Pertumbuhan Tanaman Kayu Putih (Melaleuca Cajuputi Sub SP. Cajuputi) pada Kawasan Hutan Lindung Dusun Malimbu dan Dusun Badung Resort Malimbu Kphl Rinjani Barat

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor karakteristik lahan yang mempengaruhi perbedaan pertumbuhan Kayu Putih di Malimbu dan Badung dan menentukan Kelas kesesuaian lahan Kayu Putih di Malimbu dan Badung. Penelitian ini dilakukan di kawasan hutan lindung Dusun Malimbu dan Badung Resort Malimbu KPHL Rinjani Barat. Parameter yang diukur adalah pertumbuhan Kayu Putih meliputi diameter, tinggi dan volume, serta faktor lingkungan meliputi ketinggian tempat, suhu udara, dan sifat fisika tanah (tekstur tanah, kadar air tanah, kedalaman efektif, bulk density, porositas tanah dan suhu tanah). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ׃ 1). Rata-rata diameter, tinggi, volume dan jumlah tanaman Kayu Putih umur 22 bulan di Badung sebesar 3,33 cm, 3,29 m, 2355,83 cm3 dan 32 tanaman/plot, sedangkan di Malimbu sebesar 1,43 cm, 1,87 m, 241,85 cm3 dan 22 tanaman/plot; 2). Faktor yang berpengaruh nyata pada taraf toleransi 95% (α = 0,05) terhadap diameter Kayu Putih adalah fraksi pasir, suhu tanah, kedalaman efektif dan ketinggian tempat, sedangkan terhadap tinggi Kayu Putih adalah fraksi pasir, bulk density dan kedalaman efektif; 3). Kesesuaian lahan aktual Kayu Putih di Malimbu tergolong Kelas N1r dengan faktor pembatas media perakaran (drainase tanah), sedangkan di Badung tergolong Kelas S3w dan S3wr dengan faktor pembatas ketersediaan air (bulan kering) dan media perakaran (drainase tanah)

    Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Konservasi Hutan Mangrove di Wilayah Tarakan, Kalimantan Utara

    Full text link
    Salah satu aspek penting dari pembangunan berkelanjutan adalah partisipasi masyarakat lokal yang mengikuti. Di daerah perkotaan, partisipasi seperti itu diperlukan dalam konservasi hutan mangrove untuk mendukung pengembangan daerah pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan upaya konservasi yang dilakukan hutan bakau oleh masyarakat lokal yang berada di daerah perkotaan. Metode yang digunakan adalah studi kasus, di mana pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi partisipan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat menerapkan pengetahuan ekologi traisional dan mendirikan institusi sehingga pelestarian mangrove tetap terjaga. Pemerintah kota dan Perusahaan lokal juga memainkan peran dengan mendukung upaya-upaya dibuat oleh komunitas loka
    corecore