7 research outputs found

    Perkembangan Ulat Buah Heliothis Armigera (Lepidoptera:noctuidae) Pada Beberapa Varietas Kacang Kedelai (Glycine Max L.)

    Full text link
    PERKEMBANGAN ULAT BUAH Heliothis armigera (Lepidoptera:Noctuidae) PADA BEBERAPA VARIETAS KACANG KEDELAI (Glycine max L.) ABSTRAK Telah dilakukan percobaan untuk melihat pengaruh beberapa varietas kacang kedelai (grobogan, willis, sinabung dan gepakijo) terhadap perkembangan ulat buah Heliothis armigera karena serangga ini adalah hama penting terhadap tanaman ini. Hasilnya menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan oleh sebutir telur untuk menetas tidak berbeda pada semua varietas yang diujikan. Hal sama juga terjadi pada persentase jumlah telur yang menetas pada keempat varietas tersebuttidak berbeda. Secara umum terlihat bahwa untuk semua parameter yaitu fase larva, fase pupa, fase imago dan keperidian serangga yang dipelihara pada kedelai varietas willis dan sinabung tidak ada perbedaan, tetapi berbeda nyata apabila dibandingkan dengan yang dipelihara pada varietas grobagan. Sedangkan yang berkembang pada varietas grobogan berbeda nyata dengan yang berkembang pada varietas gepak ijo. Dapat disimpulkan bahwa varietas gepak ijo adalah varietas yang paling baik dalam menekan perkembangan serangga H. armigera. Kata kunci: ulat buah, kacang kedelai THE DEVELOPMENT OF COOTON BOLLWORM Heliothis armigera (Lepidoptera:Noctuidae) ON SOME SOYBEAN VARIETIES (Glycine max L.) ABSTRACT Experiments were conducted to see the effect of some soybean varieties (Grobogan, willis, sinabung and gepakijo) on the development of cotton bollworm Heliothis armigera because this insect is an important pest on this crop. The results showed that the time taken by an egg to hatch is not different at all tested varieties. The same thing also happened on the percentage of eggs that hatch in four varieties are no different. In general, it appears that for all the parameters, namely the phase larva, pupa, imago and fecundity of insects reared on soybean varietiess sinabung and willis is no difference, but significantly different when compared to those reared on varieties grobogan. While evolving at significantly different Grobogan varieties that thrive on gepak ijo varieties. It can be concluded that gepak ijo varieties are the best varieties in suppressing the development of H. armigera

    Jumlah Akar Adventif Pada Padi Lokal Sulawesi Utara Yang Mengalami Genangan

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji respon morfologi padi lokal Sulawesi Utara (varietas Ombong, Temo, TB, Sultan),yang mengalami genangan selama 20 hari pada fase vegetatif berdasarkan jumlah akar adventif. Pot yang berisi tanaman padi berumur 42 hari dimasukkan ke dalam ember yang telah terisi air dan tanaman terendam setinggi 27 cm di atas permukaan media. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor varietas, faktor waktu, dan interaksi antara faktor varietas dan faktor waktu menyebabkan perbedaan jumlah akar adventif yang nyata

    Konsentrasi Klorofil Pada Beberapa Varietas Tanaman Puring (Codiaeum Varigatum L.)

    Get PDF
    Tanaman puring memiliki varietas yang sangat banyak dan terdapat sekitar 260 varietas puring yang ada di Indonesia. Puring merupakan tanaman yang memiliki warna dan bentuk daun yang beragam seperti kuning, hijau, merah dan coklat sehingga tanaman puring dimanfaatkan sebagai tanaman hias warna-warni tersebut disebabkan karena adanya bermacam-macam pigmen warna didalam daun. Dalam proses fotosintesis klorofil atau pigmen hijau daun sangat diperlukan sehingga setiap daun sangat membutuhkan klorofil. Belum ada data yang menunjukkan apakah perbedaan dominansi warna pigmen daun juga mengandung perbedaan kandungan klorofilnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh perbedaan warna daun pada 9 varietas dan perbedaan umur tanaman terhadap kandungan klorofil tanaman puring (puring cobra, puring spageti lokal, puring bor merah, puring jengkol, puring jempol, puring jet merah, puring kura-kura moncolor, puring bor cristata, puring lele) dan perbedaan umur daun tanaman terhadap kandungan klorofilnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun pada umur 3 bulan kandungan klorofilnya sama pada semua varietas baik kandungan konsentrasi klorofil total, klorofil a maupun klorofil b. Pada 3 varietas (puring cobra, puring spageti lokal dan puring bor merah) daun yang telah berumur 8 bulan mengandung konsentrasi klorofil total dan klorofil a yang berbeda antara daun muda dan daun tua sedangkan konsentrasi korofil b tidak berbeda pada semua varietas.Croton plants has so many varieties. Around 260 varieties of Croton plants are found in Indonesia. Croton plant is a plant with various color leaves such as yellow, green, red and brown which make Croton plant is used to be a house-plant. Those colors exist because of many color pigment in leaf. Every leaf needs chlorophyll or green pigment in photosynthesis process. There is no data that shows different color leaves contain different amount of chlorophyll. This research is done in order to find out the effects of difference in color leaves and plants age towards chlorophyll contents in Croton plants (puring cobra, puring spageti lokal, puring bor merah, puring jengkol, puring jempol, puring jet merah, puring kura-kura moncolor, puring bor cristata, puring lele) and different leaves age towards chlorophyll contents. The results showed that the leaf at the age of 3 months has the same chlorophyll contents whether in total chlorophyll, a chlorophyll ad b chlorophyll with the other varieties. The leaf in the age of 8 months in 3 varieties (puring cobra, puring spageti lokal dan puring bor merah) contains different consentration of total chlorophyll and a chlorophyll between young leaves and older leaves while the concentration of b chlorophyll does not differ at all varieties

    Kandungan Air pada Segmen Daun Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) Lokal Sulawesi Utara Saat Kekeringan yang Diinduksi dengan Polietilen Glikol 8000

    Full text link
    KANDUNGAN AIR PADA SEGMEN DAUN TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) LOKAL SULAWESI UTARA SAAT KEKERINGAN YANG DIINDUKSI DENGAN POLIETILEN GLIKOL 8000 ABSTRAKPenelitian ini telah dilakukan untuk mengkaji kandungan air sebagai respon fisiologi pada segmen daun tanaman padi lokal Sulut (varietas Temo, Ombong, Burungan, dan Superwin) terhadap kekeringan yang diinduksi dengan PEG 8000 secara in vitro. Segmen daun padi dipotong-potong 1 cm x 1 cm dan diberi tiga macam perlakuan PEG 8000 (dengan potensial air/PA medium 0; -0,25; dan -0,5 MPa), dan empat waktu pengambilan sampel (0, 4, 8 dan 12 jam) dalam tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa faktor varietas, faktor waktu perlakuan, faktor konsentrasi PEG 8000, dan interaksi antara ketiga faktor tersebut tidak menyebabkan perbedaan kandungan air segmen daun yang nyata.Kata kunci: Cekaman kekeringan, PEG 8000, Potensial air, Segmen daun LEAF WATER CONTENT IN LEAF SEGMENTS OF NORTH SULAWESI LOCAL RICE (Oryza sativa L.) UNDER POLYETHYLENE-GLYCOL- 8000-INDUCED DROUGHTED DROUGHTABSTRACTA study was conducted to evaluate leaf water content as one of physiological responses in leaf segments of North Sulawesi local rice (cv. Temo, Ombong, Burungan, and Superwin) under PEG 8000- induced-drought. The rice leaves were cut into 1 cm x 1 cm segments and treated withPEG 8000 solutions (medium water potential or PA of 0; -0.25; and -0.5 MPa),four sampling times (0, 4, 8 and 12 hours) and 3 replicates. The results indicated that factors of varieties, treatment period, concentration of PEG 8000, and interaction among these factors did not result in any differences in water content of rice leaf segments

    Uji Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sisik Naga (Drymoglossum Piloselloides Presl.) Terhadap Sel Leukemia P388

    Get PDF
    Penelitian mengenai uji sitotoksisitas ekstrak metanol daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides Presl.) terhadap sel leukemia P388 telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sitotoksisitas ekstrak metanol daun sisik naga terhadap sel leukemia P388 berdasarkan penghambatan pertumbuhan sel 50% (IC50). Metoda yang dilakukan menggunakan uji MTT (Microculture Tetrazolium Technique) pada sel kanker leukemia P388. Sel dikultur menggunakan media RPMI (Roswell Park Memorial Institute). Pertumbuhan sel diukur melalui absorbansi formazan pada panjang gelombang 540 nm pada berbagai konsentrasi dari 0,1 µg/mL sampai 100 µg/mL ekstrak sampel. IC50 ditentukan dengan persamaan logaritma antara nilai absorbansi dengan konsentrasi ekstrak. Pengolahan data digunakan program Originlab 9.0 32-bit (Originlab Corporation USA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun sisik naga memiliki efek sitotoksik terhadap sel leukemia P388 yang ditunjukkan dengan penghambatan pertumbuhan sel leukemia sebanyak 50% adalah 19,32 µg/mL.The research about cytotoxicity assay of sisik naga (Drymoglossum piloselloides Presl.) leaf methanol extract on leukemia cells P388 has been done. This study aimed to determine the cytotoxicity of the methanol extract of sisik naga leaf against leukemia cells P388 based on the inhibition of 50% growth (IC50). The MTT (Microculture Tetrazolium Technique) test was used in this experiment. Leukemia cells were cultured on RPMI (Roswell Park Memorial Institute) medium. The cell growth was determined by measuring the formazan absorbance in variation of concentration 0,1 µg/mL to 100 µg/mL of sample extract at 540 nm. IC50 determined by logarithmic equation of absorbance values with concentration of extract. Data analysis used the program Originlab 9.0 32-bit (Originlab Corporation USA). The result showed that methanol extract of sisik naga leaf had cytotoxic effects against leukemia cells and inhibition of 50% leukemia cell growth was 19.32 µg/mL

    Pola Aktivitas Harian Tangkasi (Tarsius Spectrum) Di Taman Marga Satwa Naemundung Kota Bitung

    Full text link
    Tangkasi (Tarsius spectrum) adalah primata primitif dari Famili Tarsidae dan merupakan primata endemik di Sulawesi. Tangkasi memiliki tubuh kecil, mempunyai mata bulat besar, dapat melompat dan dapat membalik 180Ëš. Karena keunikan yang dimiliki hewan ini menjadikannya disukai banyak orang sehingga diburu, diperdagangkan secara illegal dan dijadikan sebagai hewan peliharaan. Padahal tangkasi (T. spectrum) dilindungi, termasuk kategori rentan (Vulnerable) dan tercantum dalam CITES Appendix II. Tangkasi yang telah dikandangkan akan mengalami Perubahan perilaku dibanding yang ada di alam. Penelitian aktivitas harian tangkasi yang ada di dalam kandang belum pernah dilakukan di Sulawesi Utara, oleh karena itu, maka penelitian ini perlu dilakukan. Penelitian yang menganalisis aktivitas harian dan tingkah laku tangkasi (T. spectrum) di dalam kandang khususnya dilihat dari aktivitas makan, mencari makan, beristirahat, berpindah, dan aktivitas sosial. Metode pengambilan data secara Instantaneous sampling. Hasil pengamatan terhadap pola aktivitas harian di kandang yaitu : makan (1,5%), mencari makan (8,5%), berpindah (26,8%), instirahat (57,5%), dan sosial (5,5%). Aktivitas tertinggi adalah istirahat, diikuti dengan aktivitas berpindah, kemudian mencari makan, sosial dan yang terendah adalah aktivitas makan.Tangkasi (Tarsius spectrum) is a primitive primate from Family Tarsidae and a endemic primate in Sulawesi. Tangkasi have a small body, and ayeball, they can jump and their can head flipped until 180Ëš. Tangkasi already caged will experience a change in behavior campared to the wild. Many people hunt, trade illegally and use it as pet because of the uniqueness of this species. Even though tangkasi (T. spectrum) is protected, included in vulnerable category and listed in CITES Appendix II. Research on daily activity of tangkasi in the cage has never been done in North Sulawesi, therefore, this research needs to be done. Studies analyzing daily activities and behavior tangkasi (T. spectrum) in the cage in terms of the activity of eating, foraging, resting, moving, and social activities. Data were collected by using Instantaneous sampling method. The observation of the daily activity patterns in the cage namely: eating (1.5%), foraging (8.5%), moving (26.8%), resting (57.5%), and social (5.5%) . The highest activity is resting, followed by moving activity, foraging, social and respectively the lowest is feeding activity

    Konsentrasi Klorofil Daun Padi pada Saat Kekurangan Air yang Diinduksi dengan Polietilen Glikol

    Full text link
    KONSENTRASI KLOROFIL DAUN PADI PADA SAAT KEKURANGAN AIR YANG DIINDUKSI DENGAN POLIETILEN GLIKOL ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenai konsentrasi klorofil daun padi (Oryza sativa L.) kultivar Serayu dan IR 64 pada saat kekurangan air yang diinduksi dengan polietilen glikol (PEG). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan konsentrasi klorofil total, klorofil a dan klorofil b pada daun padi pada saat kekurangan air yang diinduksi dengan PEG 8000 dengan mengkultur tanaman padi pada medium dengan potensial air (PA) 0; -0,5 dan -1 MPa. Sampel helaian daun (lamina) untuk tiap perlakuan diambil sebanyak 1 g, dihaluskan dengan mortar dan pestel, lalu diekstraksi dengan alkohol 95% sampai semua klorofil terlarut. Ekstrak disaring dan supernatan ditampung dalam labu ukur 100 ml, lalu ditambahkan alkohol 95% sampai 100 ml. Konsentrasi klorofil diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 649 dan 665 nm. Berdasarkan hasil yang diperoleh, tanaman padi kultivar Serayu dan IR 64 mulai mengalami kekeringan pada PEG dengan PA -0,5 MPa dengan ciri-ciri daun yang kering, menggulung dan batang yang berwarna kecoklatan. Perbedaan konsentrasi klorofil total, klorofil a, dan klorofil b pada daun padi kultivar Serayu dan IR 64 diamati pada PEG dengan PA 0; -0,5 dan -0,1 MPa. Kata kunci: konsentrasi klorofil, polietilen glikol (PEG), kekurangan air, padi kultivar Serayu dan IR 64 THE CHLOROPHYLL CONCENTRATION IN RICE LEAVES UNDER POLYETHYLENE-GLYCOL- INDUCED WATER DEFICIT ABSTRACT A research was conducted to evaluate the concentrations of total clorophyll, chlorophyll a and clorophyll b in rice (Oryza sativa L.) leaves under polyethylene-glycol-induced water deficit. The water deficit was induced by culturing the plants in medium containing polyethylene glycol (PEG) 8000 with water potential (PA) 0;-0,5; and -1 MPa for 2 days. Leaf lamina (1 g) was sampled from each treatment at day 0 and 2. Each sample was ground using porcelain mortar and pestle, and extracted with 95% ethanol until all chlorophyll was dissolved. The extract was filtered, the supernatant was collected in 100 ml flask and added with 95% ethanol until 100 ml. The chlorophyll concentration was measured using spechtrophotometer at 649 and 665 nm. The dry and rolled leaves and brown stems were observed in cultivar Serayu and IR 64 that were cultivated in media containing PEG with PA -0,5 and -1,0 MPa. The concentrations of total chlorophyll, chlorophyll a and b in leaves of cultivar Serayu and IR 64 cultivated in media containing PEG with PA 0; -0,5 and -1,0 MPa were different
    corecore