35 research outputs found

    Dampak Relokasi Terhadap Keberlanjutan Pasar Bobou Bajawa

    Get PDF
    Abstrak Relokasi Pasar Bobou di lakukan sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati tentang Pemindahan Lokasi Pasar dan Pembentukan Tim Penataan Lokasi Pasar. Relokasi dilakukan dengan alasan keterbatasan daya tampung pedagang dan dukungan fasilitas serta sarana prasarana yang kurang. Keberlanjutan suatu pasar tradisional dapat dilihat dari harga barang, kualitas pelayanan, lokasi, serta varian produk pada pasar tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberlanjutan pasar bobou bajawa pasca relokasi. Pada Penelitinan ini penulis menggunakan  Metode penelitian dengan teknik analisis SWOT dengan Pengumpulan data dilakukan melaluli observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan keberlanjutan pasar sulit di terapkan hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu tingkat pendapatan pedagang yang menurun, aksesbilitas seperti angkutan umum yang tidak beroperasi lagi dan jarak lokasi pasar yang jauh dari pusat kota.   Kata Kunci : Keberlanjutan, relokasi, pasar.&nbsp

    KAPASITAS SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI SILO DI KECAMATAN DOMPU

    Get PDF
    Sub Daerah Aliran Sungai Silo merupakan anak dari Sungai Laju daerah yang sering terjadinya luapan air saat musim hujan, yang menyebabkan terjadinya banjir dibeberapa kelurahan di Kecamatan Dompu. Puncak tertinggi banjir ditahun 2019 dengan jumlah rumah terdampak sebanyak 311 unit dengan ketinggian air ± 2 meter luas genangan 12,77 Ha. Sub DAS Silo memiliki luas 15.669 km2 dengan panjang 9.810 km melintasi Kelurahan O’o, Kelurahan Bali, Kelurahan Bada, Kelurahan Karijawa, Kelurahan Dorotangga, Kelurahan Potu dan Kelurahan Manggeasi. Metode penelitian menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini adalah Kapasitas sub daerah aliran Sungai Silo dimana diketahui debit air sebesar 596.05 ltr/dtk. Koefisien aliran diperoleh hasil sebesar 1,16 ha dimana koefisien aliran lebih dari 0,5 diberi skor 1,5 masuk pada kriteria sangat jelek karena kondisi eksisting yang tidak bagus dan intensitas hujan diperoleh hasil intensitas hujan sebesar 52 mm/jam diartikan bahwa intensitas hujan sangat tinggi

    Kondisi Kawasan Rawan Bencana Tsunami Di Kecamatan Muncar

    Get PDF
    Abstrak Kecamatan Muncar merupakan kawasan pesisir yang masuk dalam zona inti pengembangan Kawasan Minapolitan dan memiliki jumlah penduduk terbesar kedua di Kabupaten Banyuwangi, serta merupakan Kawasan Rawan Bencana Tsunami. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi karakterisitik penggunaan lahan dan menganilisis tingkat risiko zona kawasan rawan bencana tsunami serta menganalisis pengaruh kawasan rawan bencana tsunami terhadap penggunaan lahan di Kecamatan Muncar. Metode pengumpulan data menggunakan observasi lapangan dan studi literatur serta menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dengan teknik persentase dan overlay union. Kata Kunci : penggunaan lahan, tsunami, zona rawan tsunam

    Penanganan Sanitasi Permukiman Di Kecamatan Magersari Kota Mojokerto

    Get PDF
    Magersari Subdistrict is one of the subdistricts located in Mojokerto City which has a risk area for domestic wastewater, household waste and environmental drainage. The method used in this research is descriptive qualitative with the data collection techniques used in this research namely observation and documentation. The purpose of this study is to find out how much effort the community has made in carrying out sanitation and also the proper handling. The results of the analysis based on IFAS and EFAS calculations show that the matrix quadrant is located in quadrant I. This shows that Magersari District has great strengths and advantages from the internal and external sectors in handling residential sanitation in Magersari District

    KARAKTERISTIK PENILAIAN INDEKS MAPPING RISIKO RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

    Get PDF
    Badan Nasional Penanggulangan Bencana selalu merilis indeks mapping nilai perkembangan risiko kebencanaan kabupaten/kota di Indonesia. Indeks mapping risiko tersebut digunakan Pemerintah Daerah sebagai salah satu dasar dalam perencanaan kabupaten/kota dengan tujuan tercapainya pembangunan yang optimal. Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) mengidentifikasi indeks mapping risiko daerah, (2) menganalisis sebaran indeks risiko daerah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua tahapan yaitu (1) analisis deskriptif matematis berdasarkan indeks mapping risiko daerah, dan (2) deskriptif eksploratif berdasarkan sebaran indeks risiko daerah. Berdasarkan hasil penelitian bahwa karakteristik nilai indeks risiko daerah dapat diketahui berdasarkan kejadian bencana kemudian dilakukan perhitungan secara matematis berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana sehingga diketemukan penggolongan tiap wilayah dan tiap jenis bencana. Sebaran keruangan indeks risiko daerah di semua kecamatan yang ada di wilayah administratif Kabupaten Tuban masuk kategori zona hijau, kuning, dan merah

    FAKTOR SOSIAL TERHADAP PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN DESA RAWAN LONGSOR

    Get PDF
    Green Open Space (RTH) is one of the balancing factors of an area in order to keep alignment to the dynamics of life around it. Social activity is part of the dynamics of society inbuilding and managing a region. Social activities can not be separated from the existing institutionsin the region, the institutional symbolized by the existence of groups (entities) that are capable ofproviding capacity for action on changes and policy making. Penanggungan village is a villagewhose territory is located on the slopes of the mountains, this village belongs to the category ofvillages prone to landslides. Social community of Penanggungan Village become the focus of studyrelated to Green Open Space management factor (RTH). The result of correlation analysis showsthat there is a relationship between social condition and Green Open Space (RTH) that is obtainedby significant value 0.000 which means less than 0.005 so that H0 result is rejected H1 accepted, itmeans there is relationship between variable X to Y. Based on result surveys in the field, most ofPenanggungan Village which has 4 hamlets namely Ngembes, Penanggungan, Sendang, andKemendung are entering the green area. This is in accordance with topographic conditions in thevillage Penanggungan into the topography that has an average height of 600-700 mdpl

    KAJIAN EKONOMI LOKAL MASYARAKAT DI KAWASAN RAWAN BENCANA DESA BUMIAJI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

    Get PDF
    Desa Bumiaji sebagai kawasan permukiman dengan tingkat rawan bencana yang cukup tinggi yaitu banjir dan tanah longsor. Peneliti bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik ekonomi lokal, dan potensi dan permasalahan pengembangan ekonomi lokal masyarakat di Kawasan Rawan Bencana. Metode penelitihan mengunakan deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan SWOT IFAS EFAS. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam dokumentsi dan survei instansi. Hasil dari penelitian ini adalah 1) Mata pencaharian di Desa Bumiaji didominasi pada sektor jasa dengan jumlah 2.801 jiwa atau 38% dari total keseluruhan masyarakat Desa Bumiaji. Produksi pertanian Desa Bumiaji cenderung tidak stabil. Jumlah UMKM yang terletak di Desa Bumiaji adalah sebanyak 33 unit. Hasil produksi dipasarkan ke Pasar Batu, Pasar Karangploso, Pasar Pujon dan terkadang ada yang dibawa ke luar kota, antara lain Pasar Gadang, Pasar Dinoyo, Pasar Blimbing, Kediri, Tulungagung dan bahkan ada yang dikirimkan ke luar jawa. Pengembangan UMKM di Desa Bumiaji sudah ditangani secara khusus. Peran dan dukungan kelembagaan penunjang sebagai sarana pengembangan usaha bagi petani seperti kelompok usaha tani, serta peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), dan koperasi seperti KUD. 2) Arahan strategi pengembangan potensi ekonomi lokal Desa Bumiaji berada pada kuadran II, sehingga strategi yang digunakan dalam arahan ini berupa strategi progresif (Streghts-Threats) yang berarti terus memperbesar pertumbuhan serta kemajuan secara maksimal

    FENOMENA URBANISASI : POLA PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN BERBASIS SPASIAL

    Get PDF
    Fenomena transformasi perkotaan merupakan salah satu penyebab dari terjadinya urbansasi. Urbanisasi ditandai dengan pertumbuhan demografi yang meningkat setiap tahunnya. Hal ini mendorong ketidakseimbangan antara penyediaan lahan dengan permintaan lahan sebagai aspek kegiatan atau tempat tinggal. Kecenderungan terjadinya perluasan wilayah sangat tinggi khususnya di kawasan pinggiran. Kecamatan Krian merupakan salah satu daerah yang mengalami perubahan lahan cukup tinggi. Tujuan artikel ini untuk menilai dan menganalisis pola perubahan mata pencaharian di Kecamatan Krian.  Teknik analisis pada studi ini dengan menggunakan Geographical Information System melalui pendekatan kualitatif. Berdasarkan hasil analisis bahwa perubahan mata pencaharian (khususnya petani menjadi non petani) berada pada sisi timur. Terdapat 3 desa yang mengalami penurunan jumlah petani mulai tahun 1995-2015 yaitu Desa Keboharan, Tarung Wetan dan Jatikalang. Hal ini disebabkan di sisi timur secara administrasi lokasi tersebut strategis yaitu terletak di pertigaan bypass dan dibagian utara berbatasan dengan kabupaten Gresik. Sehingga memicu adanya perubahan aktivitas, yaitu sebagai tempat hunian. Artinya di sisi timur Sidoarjo tidak digunakan sebagai tempat aktivitas kerja masyarakat melainkan sebagai tempat tinggal. &nbsp

    Perubahan Bentuk Penggunaan Lahan Di Desa Panggreh Akibat Relokasi Korban Bencana Lumpur Lapindo

    Get PDF
    The Lapindo mud disaster forced local residents to flee to a safe place, one of which was Panggreh Village, which has an area of ​​171.78 hectares or 3%. As a result, the population in Panggreh Village has automatically increased. Several cases show that if there is a change or regional development in a location, then in a short time the land around it will also change progressively. The purpose of this study was to determine changes in the form of land use in Panggreh Village due to the relocation of victims of the Lapindo Mud Disaster. Collecting data in this study using documentation, observation and using Google Earth imagery. The analytical method used is quantitative descriptive analysis with a before-after analysis technique. The results showed that there was a significant increase and decrease in land use that occurred in Panggreh Village in 2005 and 2022. The residential land area in 2005 was 48.95 Ha and in 2022 it increased to 69.99 Ha or 59%, The area of ​​paddy fields in 2005 was 109.32 Ha and in 2022 it decreased to 94.69 Ha or 46%, The area of ​​dry land or fields in 2005 was 13.51 Ha and in 2022 it decreased to 7.10 Ha or 34 %. Government policies related to land use and population are expected to be realized in the community so that there are no policy deviations that originate from uncontrolled population growth and land use that is not in accordance with the policy

    POLA PERMUKIMAN KOMUNAL PASCA BENCANA LUAPAN LUMPUR DI KABUPATEN SIDOARJO

    Get PDF
    Bencana luapan lumpur di Kabupaten Sidoarjo menyisahkan berbagai macam persoalan, termasuk diantaranya perubahan tatanan ruang disekitar kawasan luapan lumpur khususnya perubahan pola permukiman komunal masyarakat korban. Perubahan pola permukiman komunal ini didasari atas permasalahan primer maupun sekunder, permasalahan primer karena permukiman masyarakat korban yang terendam lumpur secara langsung maupun permasalahan sekunder karena dampak lanjutan dari luapan lumpur seperti wilayahnya yang tercemar tanah, tercemar air, maupun mengalami amblesan. Metode yang digunakan untuk analisis pola permukiman komunal pasca bencana luapan lumpur di Kabupaten Sidoarjo yaitu menggunakan deskriptif kuantitatif dan teknik buffering dengan menggunakan Software Arcgis 10.3. Data yang diperoleh diantaranya bersumber dari kegiatan FGD (Focus Group Discussion), pemetaan secara terestrial serta pemetaan dengan memanfaatkan teknologi sistem informasi geografis. Hasil dari penelitian ini didapatkan clustering peta spasial pemetaan pola permukiman komunal pasca bencana luapan lumpur. Berdasarkan hasil penilaian persentase dan pemetaan spasial di tiap zona I, zona II, dan zona III didapatkan bahwa sebagian besar permukiman komunal masyarakat korban tinggal di zona III (minimal jarak 3 Km kearah luar dari titik luapan lumpur) yaitu sebesar 66,7 %. Sedangkan di zona II juga masih menjadi tempat tinggal komunal tujuan masyarakat korban dengan persentase 33,3 %, dan di zona I sampai saat ini tidak ada masyarakat korban yang memilih sebagai tempat tinggal komunal karena jaraknya yang dekat dengan luapan lumpur serta berbagai macam permasalahan lingkungan termasuk pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara, dan amblesan tanah
    corecore