28 research outputs found

    ARABIC ETHNIC SOCIAL LIFE IN PAMBUSUANG VILLAGE, BALANIPA DISTRICT, POLEWALI MANDAR REGENCY

    Get PDF
    This study examines the social life of Arabic ethnic in Pambusuang village, Balanipa sub-district, Polewali Mandar district. This study aims to analyze and describe the influence of Arabic ethnic in Pambusuang. This study is qualitative field research using historical, sociological, cultural anthropological, and political approaches. This study carried out the heuristic steps or data collection by conducting observation, interviews, and documentation. After the data is obtained, the researcher undertook the source criticism, interpretation, and the stages of doing historiography. The results of this study found that: 1) The arrival of Arabic ethnic who settled in Pambusuang went through three stages. The first stage was in the seventeenth century, marked by the arrival of Sheikh Al-Adiy, the arrival of Sayyid Bollo marked the second stage, and the third stage was marked by the arrival of Sayyid Alwi bin Sahl Jamallahil. 2) The Arabic ethnicity banned the marriage between Sharifah and Ahwal. They assimilated with the local communities and tried to connect with rabitha Awaliyah so they could be able to detect any members of a non-sayyid group but claimed themselves as a sayyid, and 3) During the period as a part of Pambusuang society, Arabic ethnic had given much influence in the fields of da’wah, education, and politics

    Sengketa Sertifikat Hak Guna Bangunan Di Pengadilan Tata Usaha Negara Makassar Dalam Perspektif Hukum Islam

    Get PDF
    AbstrakPandangan Hukum Islam tentang sengketa adalah Konflik dan sengketa yang terjadi di kalangan umat manusia merupakan suatu realitas karena manusia dibekali akal dan wahyu serta mampu menemukan pola penyelesaian sengketa sehingga penegakan keadilan dapat terwujud. Sengketa yang di lakukan di Pengadilan tata usaha Negara Makassar adalah lingkungan peradilan dibawa mahkama agung yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara. Jadi dalam penyelesaian sengketa Tata Usaha negara dapat di lakukan dengan tiga cara yaitu prosedur, subtansi dan kepentingan. adapun pertimbangan hukum hakim ada dua yaitu pertimbangan menurut ketentuan hukum Agrariya dan hukum Peradilan Tata Usaha Negara. Pola penyelesaian sengketa dapat dirumuskan manusia dengan merujuk pada sejumlah ayat al-Quran, hadis Nabi, praktek adat dan berbagai kearifan lokal. Kata Kunci : Hak Guna Bangunan, Hukum Islam, Sengketa, Sertifikat.  AbstractThe view of Islamic law on disputes is that conflicts and disputes that occur among humanity are a reality because humans are equipped with reason and revelation and are able to find patterns of dispute resolution so that justice can be realized. The dispute carried out in the Makassar State Administrative Court is a judicial environment brought by the Supreme Court which exercises judicial power for the people seeking justice for the State Administration dispute. So in the settlement of a state administration dispute can be done in three ways, namely procedures, substance and interests. As for the legal considerations of judges, there are two, namely considerations according to the provisions of Agrarian law and the law of the State Administrative Court. Patterns of dispute resolution can be formulated by humans by referring to a number of verses of the paper, hadith of the prophet, customary practices and various local wisdoms.Keywords: Building Rights, Certificates, Disputes, Islamic Law

    Building Cultural Literacy through the Pattingalloang Boat Library

    Get PDF
    Menjadikan Indonesia negara maju adalah pekerjaan yang tidak mudah dan tidak dapat diwujudkan dalam waktu yang singkat. Dalam pengertian sederhana, literasi ialah kemampuan untuk memahami setiap bahan bacaan dan menulis. Pembangunan literasi budaya ialah syarat yang mesti dimiliki sebuah negara agar dapat memiliki sumber daya unggul. Penelitian ini menganalisis tantangan dan peluang Perpustakaan Perahu Pattingalloang dalam membangun literasi budaya. Kajian ini diharapkan dapat berkontribusi secara ilmiah kepada pemerintah dan bermanfaat bagi masyarakat luas dalam membangun literasi budaya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menyajikan data-data empiris yang diperolah dari bahan bacaan yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama masyarakat Indonesia memiliki minat baca yang besar akan tetapi akses ke bahan bacaan masih sangat terbatas. Kedua, Perahu Pustaka Pattingalloang hadir karena dua alasan yakni budaya literasi dan literasi budaya, dan ketiga perahu ini menjadi kontribusi nyata masyarakat dalam membangun literasi.ABSTRACT:Building Indonesia to become a developed country is not an easy task and cannot be realized in a moment. Literacy is the ability to understand reading materials and the ability to write. The establishment of cultural literacy is the main prerequisite that can build a nation's human resources. The purpose of this paper is to analyze the challenges and opportunities of the Pattingalloang boat library in developing cultural literacy. The expected of this study is to scientifically contribute to the government and the public in harmonizing acceleration and description of building a cultural literacy. The study uses a descriptive qualitative method by presenting various relevant empirical facts and the data were obtained through relevant documents. The results concluded that firstly the Indonesian people have an interest in reading but the media to support it is still very limited. Secondly, the presence of the Pattingalloang library boat boils down to two things namely literacy culture and cultural literacy. The last was the Pattingalloang library boat became a means of evidence of community contributions in developing cultural literacy

    Bureaucracy of The Sambas Sultanate During The Dutch Colonial Period (1818-1942)

    Get PDF
     This study aims to describe the enforcement of colonial power in Sambas Sultanate and to analyze the influence of the colonial bureaucratic system on changes in the bureaucratic system in Sambas Sultanate. This study uses a multidisciplinary approach namely the historical approach as the main approach assisted by social science approaches such as sociological, political, anthropological, and economic approaches. The method used is a historical method that includes four steps namely heuristics, verification, interpretation, and historiography. The results showed that the establishment of colonial rule in Sambas Sultanate began with an agreement of friendship and fellowship in 1818, continued with the abolition of the Chinese Kongsis, and prevented the expansion of British power. The implementation of the colonial bureaucracy that had led to modernization then influenced changes in the bureaucratic system in Sambas Sultanate, including changes in the administrative area, the implementation of governance with an ambivalent government system (direct and indirect government systems) and the recruitment of officials adjusted to colonial interest. The ambivalent nature of the bureaucracy aims to maintain the hegemony and position of the Dutch colonial as a superstructure. As a result, there was a patron-client relationship between colonial and traditional governments.تهدف هذه الدراسة إلى وصف تطبيق القوة الاستعمارية في سلطنة سامباس وتحليل تأثير النظام البيروقراطي الاستعماري على التغيرات في النظام البيروقراطي في سلطنة سامباس .تستخدم هذه الدراسة نهجًا متعدد التخصصات هو النهج التاريخي باعتباره النهج الرئيسي الذي تدعمه مناهج العلوم الاجتماعية مثل النهج الاجتماعي والنهج السياسي والنهج الأنثروبولوجي والنهج الاقتصادي .الطريقة المستخدمة هي طريقة تاريخية تتضمن أربع خطوات هي الاستدلال، التحقق، التفسير والتأريخ. أظهرت النتائج أن إقامة الحكم الاستعماري في سلطنة سامباس بدأ بمعاهدة الصداقة والزمالة عام 1818 ، تلاه إلغاء المجتمعات الصينية ومنع توسع السلطة البريطانية. أثر تطبيق البيروقراطية الاستعمارية التي أدت إلى التحديث على التغييرات في النظام البيروقراطي في سلطنة سامباس، بما في ذلك التغييرات في المجال الإداري، وتنفيذ الحكومة بنظام حكومي متناقض (أنظمة حكومية مباشرة وغير مباشرة) وتجنيد المسؤولين الذين تم تعديلهم حسب الأذواق الاستعمارية. تهدف الطبيعة المتناقضة للبيروقراطية إلى الحفاظ على هيمنة ومكان الاستعمار الهولندي كبنية فوقية .ونتيجة لذلك، توجد علاقة راعية-عميل بين الحكومتين الاستعمارية والتقليدية. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penegakan kekuasaan kolonial di Kesultanan Sambas dan menganalisis pengaruh sistem birokrasi kolonial terhadap perubahan sistem birokrasi di Kesultanan Sambas. Penelitian ini menggunakan pendekatan multidisipliner yaitu pendekatan historis sebagai pendekatan utama dibantu dengan pendekatan ilmu-ilmu sosial seperti pendekatan sosiologis, politik, antropologis dan ekonomi. Metode yang digunakan adalah metode historis mencakup empat langkah yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penegakan kekuasaan kolonial di Kesultanan Sambas dimulai dengan perjanjian persahabatan dan persekutuan tahun 1818, dilanjutkan dengan menghapus Kongsi-kongsi Cina dan mencegah perluasan kekuasaan Inggris. Pelaksanaan birokrasi kolonial yang sudah mengarah ke modernisasi kemudian mempengaruhi perubahan sistem birokrasi di Kesultanan Sambas antara lain perubahan wilayah administrasi, pelaksanaan pemerintahan dengan sistem pemerintahan yang bersifat ambivalent (sistem pemerintahan secara langsung dan tidak langsung) dan rekrutmen pejabat disesuaikan selera kolonial. Sifat birokrasi yang ambivalent tersebut bertujuan untuk mempertahankan hegemoni dan kedudukan kolonial Belanda sebagai superstructure. Akibatnya terjalin hubungan patron-client antara pemerintah kolonial dan tradisional

    PENDIDIKAN ISLAM DI ZAWIYAH PADA MASA KESULTANAN BUTON ABAD KE-19

    Get PDF
    Zawiyah sebagai institusi pendidikan Islam pada masa kesultanan Buton merupakan hasil adaptasi antara ajaran Islam dan tradisi masyarakat lokal, dicirikan dengan bangunan sebagai tempat pembelajaran agama Islam dalam bidang tasawuf dan fikih. Didirikan pada awal abad ke-19 (kesembilan belas) di masa pemerintahan Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin sampai masa Sultan Muhammad Umar (1824/1851-1885/1906 M). Terdapat empat Zawiyah pada masa kesultanan Buton, dibangun sesuai dengan nama pendirinya, yaitu Zawiyah Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin, Zawiyah H. Abdul Ganiu (Kenepulu Bula), Zawiyah Muhammad Nuh (Kanepulu Bente) dan Zawiyah Sultan Muhammad Umar (1885-1906 M). Pelaksanaan pendidikan Islam di Zawiyah bersifat tradisional dan sentralistik atau cenderung bersifat struktural. Materi pembelajarannya memuat dua unsur yaitu ilmu tasawuf, dan ilmu fikih. Ilmu tasawuf yang meliputi tasawuf tarekat dan tasawuf teosofi atau falsafi. Sedangkan ilmu fikih mencakup kaidah uṣūl dan fikih, atau meliputi ibadah mahḍah dan muamalah. Metode pembelajaran yang paling menonjol di Zawiyah adalah metode suluk dalam tasawuf. Hubungan antara mursyid dan murid di Zawiyah dilandasi semangat kepercayaan yang diimplementasikan melalui tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. Adapun peran Zawiyah terhadap perkembangan pendidikan Islam di Buton sebagai wadah dalam menanamkan kesadaran berfikir tentang hakekat keislaman bagi masyarakat Buton yang ada di wilayah keraton, sekaligus sebagai bentuk syiar ajaran Islam yang mesti melekat dalam kehidupan masyarakat Buton secara keseluruhan

    KONDISI DANA MBOJO (BIMA) PRA ISLAM DALAM TINJAUAN HISTORIS

    Get PDF
    Tulisan mengurai kondisi dana Mbojo (bima) pra Islam dalam tinjauan historis. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan pendekatan historis, antropologi dan sosiologi. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian juga menggunaka studi kepustakaan (library research) melalui data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari BO’ Sangaji Kai, dokumen dan peninggalan lain yang otentik, sedangkan data sekunder diperoleh dari buku-buku, jurnal, artikel, skripsi dan tesis. Adapun data yang telah diperoleh diolah dan dianalisis secara mendalam. Hasil penelitian menunjukan bahwa daerah Bima telah mengalami berbagai macam bentuk pemerintahan sebelum kehadiran Islam yang diantaranya adalah masa Naka, masa Ncuhi dan masa kerajaan. Pada kurun waktu yang begitu lama masyarakat diselimuti oleh kepercayaan Makakamba, Makakimbi dan agama Hindu. Pada masa Naka taraf kehidupan masyarakat masih primitif, berpindah-pindah dari satu tempat ketempat lain dan senantiasa hidup berkelompok. Setelah posisi Naka diganti oleh Ncuhi taraf kehidupan terjadi banyak perubahan sampai berdirinya kerajaan Bima.  Daerah Bima dari dulu sampai sekarang memiliki dua nama yaitu Mbojo dan Bima. Sebutan untuk Mbojo sering dipergunakan ketika menyebutnya dalam bahasa lokal untuk masyarakat Bima itu sendiri. Sedangkan Bima merupakan nama bangsawan Jawa atau tokoh yang berasal dari luar yang mampu mendamaikan konflik internal Paran Ncuhi (kepala daerah) sehingga namanya diabadikan menjadi nama daera Bima. Dan dalam sejarahnya sebutan Mbojo itu merupakan panggilan Sang Bima untuk isterinya (Bojonya) kemudian diabadikan menjadi nama daerah Mbojo

    The Effect of Emotional Intelligence and Learning Motivation on Student Achievement

    Get PDF
    This study aims to determine: (1) An overview of emotional intelligence, learning motivation and student achievement of students in State Junior High School 1 Sengkang; (2) Effect of emotional intelligence on student achievement; (3) Effect of learning motivation on student achievement; (4) Effect of emotional intelligence and learning motivation on student learning achievement in State Junior High School 1 Sengkang. This type of research is quantitative. The research location is State Junior High School 1 Sengkang. A total of 149 students participated in the study. Data collected using emotional intelligence scale, learning motivation scale, and student achievement documentation. Then were analyzed using descriptive and inferential statistical techniques. The formulation of the second until four hypotheses were analyzed by simple linear regression and multiple linear regression. Results descriptive statistical analysis showed that: 1. The emotional intelligence, learning motivation, and learning achievement of students was in the medium category; 2. The simple and multiple regression showed that there is a positive and significant impact of emotional intelligence on student performance. The coefficient of determination implies that 3.2% of the variability of student performance variable is described by emotional intelligence. Furthermore, there is a positive and significant impact of learning motivation on student performance. The coefficient of determination implies that 3.5% of the variability of student performance variable is described by learning motivation. Then, the result showed there is a positive and significant impact of emotional intelligence and learning motivation on student performance. The coefficient of determination implies that 3.7% of student performance; the variability of the variable is described by emotional intelligence and learning motivation

    PEMBARUAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MUHAMMAD BASIUNI IMRAN (1906-1976 M)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembaruan pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Basiuni Imran tahun 1906 sampai 1976. Tahun 1906 adalah tahun ia mulai mengajar di sekolah Sultaniyah. Tahun 1909 ia melanjutkan pendidikan ke Mesir dengan tujuan al-Azhar. Pada saat itulah ia mengenal pembaruan pemikiran pendidikan Islam Muhammad Rasyid Rida. Tahun 1913 ia pulang ke Sambas dan dilantik menjadi Maharaja Imam. Tahun 1916 menjadi guru di Madrasah al-Sultaniyah. Tahun 1918 ditunjuk menjadi pengawas pada sekolah yang sama. Tahun 1936 mendirikan sekolah Tarbiyatul Islam. Tahun 1963 mendirikan sekolah Kulliyatul Muballighin. Penelitian ini menggunakan metode s}ejarah dengan pendekatan sosiologi, antropologi, prosopografi dan sejarah intelektual. Teori yang digunakan adalah teori pembaruan dan perubahan sosial. Penelitian ini juga menggunakan dua kajian yaitu pustaka dan lapangan. Kajian pustaka untuk melacak pemikiran pembaruan melalui karya-karyanya yang banyak. Sementara kajian lapangan melihat praktek pembaruan yang dilakukan Muhammad Basiuni Imran. Penelitian ini menunjukkan bahwa pada tahun 1906 Muhammad Basiuni Imran memotivasi para siswa akan pentingnya pendidikan. Pendidikan bagi Muhammad Basiuni Imran adalah kunci utama untuk meraih kemajuan. Tahun 1916 ketika ia diangkat menjadi guru pada Madrasah al-Sultaniyah, ia berhasil  mengintegrasikan kurikulum agama dan umum secara bertahap dan perlahan dan berlanjut pada sekolah Tarbiyatul Islam tahun 1936. Pada sekolah yang kedua yaitu sekolah Tarbiyatul Islam ia juga berhasil mengenalkan sekaligus menerapkan ko-edukasi dan manajemen sekolah berbasis administrasi. Upaya yang dilakukannya tersebut melawan arus

    PERAN SULTAN MUHAMMAD MULIA IBRAHIM SYAFIUDDIN DI KESULTANAN SAMBAS 1931-1943 DALAM BIDANG REVITALISASI LEMBAGA PERADILAN AGAMA

    Get PDF
    Sambas adalah salah satu Kesultanan Melayu yang cukup lama eksis di tanah Borneo. Kerajaan Islam Sambas atau yang disebut Kesultanan Sambas berdiri pada paruh kedua pertengahan abad ke-17 M. Kesultanan Sambas terkenal besar sejak sultan Sambas yang pertama Sultan Muhammad Syafiuddin I (1631-1668 M). Kejayaan Kesultanan Sambas telah membesarkan nama negeri Sambas, sampai pada Sultan Sambas ke-15 yaitu Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Syafiuddin (1931-1943 M). Raden Muhammad Mulia Ibrahim adalah putra Pangeran Adipati Ahmad bin Sultan Muhammad Syafiuddin II. Pendidikan awal Raden Muhammad Mulia Ibrahim diperolehnya dari lingkungan keluarga terutama pendidikan yang diterapkan oleh kakeknya sendiri Sultan Muhammad Syafiuddin II dan ayahnya Raden Ahmad. Sebelum dinobatkan, pada tanggal 2 Mei 1931 M, Belanda mengikat kontrak politik dengan Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Syafiuddin, bahwa penyelenggaraan pemerintahan Kerajaan Sambas harus menyesuaikan diri dengan ketentuan yang termaktub dalam Staatsblad Pemerintah Hindia Belanda yang disebut dengan Korte Verklaring atau Akte Van Vereband. Kepada sultan sebagai Het Zelfbestuur dikuasakan oleh pemerintah Hindia Belanda antara lain untuk melaksanakan hukum agama Islam dan hukum adat. Adapun peran Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Syafiuddin dalam pengembangan Islam meliputi pembaruan di bidang pendidikan Islam, revitalisasi lembaga peradilan agama dan pranata sosial keagamaan. Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui dan mengkaji kembali bagaimana peran Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Syafiuddin, khususnya dalam revitalisasi lembaga peradilan agama di Kesultanan Sambas 1931-1943

    Penerapan syariat islam di Sulawesi Selatan : tinjauan historis dan kultural.

    No full text
    jurnal ini membahas tentang penerapan syariat islam di sulawesi selatan telah berlangsung sejak awal perkembangan islam yang dimulai dengan diumumkannya dekrit pemberlakuan syariat islam . Sejak awal tidak ditemukan komplik antara adat dan sarak bahkan keudanya saling bersinergi dalam kehidupan masyarakat. Sarak terintegrasi dalam pangngaderreng (kultur) yang berfungsi memberu nafas dan nilai-nilai islam.263 hlm. ilus; 23c
    corecore