14 research outputs found

    Estimation of Carbon Stored Mangrove Vegetation in Small Islands Bunaken National Park

    Get PDF
    Mangrove ecosystems have many roles in maintaining balance in coastal areas and on small islands because they are very productive and contribute as a source of organic carbon and other nutrients, and can absorb carbon in the atmosphere and store it in biomass and sediments so that mangroves play a very important role in mitigating global climate change. The purpose of this study is to find out how much potential carbon stock is stored in mangrove vegetation in Bunaken National Park North Minahasa Region (Mantehage Island and Nain Island). This study uses the line transect method for sampling plots in data collection, where at each research station 3 plots measuring 10x10 m2 are made with a distance that adjusts to the condition of the mangroves. Each individual in the plot was recorded for the type, number, and circumference of the tree trunk. Calculation of the biomass of mangrove trees using the allometric equation Komiyama et al., (2005) and estimating the amount of carbon (C) stored using the Brown (1997) and IPCC (2006) equations. The results of the estimation of the total carbon stored in mangrove vegetation in KDP National Park Bunaken North Minahasa Region (Mantehage Island and Nain Island) the total potential of biomass and carbon stored in mangrove vegetation in KDP TNB North Minahasa Region (Mantehage Island and Nain Island) amounted to 75.91 tons /ha or the equivalent of 35.68 tons C/ha.Keywords: Small islands; Mangrove; Biomass; CarbonAbstrakEkosistem mangrove memiliki banyak peranan dalam menjaga keseimbangan di wilayah pesisir maupun pada pulau-pulau kecil karena sangat produktif dan berkontribusi sebagai sumber karbon organik dan nutrien lainnya, serta dapat menyerap karbon di atmosfer dan menyimpannya dalam biomassa dan sedimen, sehingga mangrove sangat berperan dalam mitigasi perubahan iklim global. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui seberapa besar potensi stok karbon tersimpan pada vegetasi mangrove di PPK Wilayah Minahasa Utara (Pulau Mantehage dan Pulau Nain). Penelitian ini menggunakan metode garis transek petak contoh dalam pengambilan data, dimana pada setiap stasiun penelitian dibuat 3 plot berukuran 10x10 m2 dengan jarak menyesuaikan keadaan mangrove. Setiap individu yang terdapat dalam plot dicatat jenis, jumlah, dan keliling lingkar batang pohon. Perhitungan biomassa tegakan pohon mangrove menggunakan persamaan allometrik Komiyama et al., (2005) dan mengestimasi jumlah karbon (C) tersimpan menggunakan persamaan Brown (1997) dan IPCC (2006). Hasil estimasi total karbon tersimpan pada vegetasi mangrove di PPK Taman Nasional Bunaken Wilayah Minahasa Utara (Pulau Mantehage dan Pulau Nain) total potensi biomassa dan karbon tersimpan vegetasi mangrove di PPK TNB Wilayah Minahasa Utara (Pulau Mantehage dan Pulau Nain) yakni sebesar 75,91 ton/ha atau setara 35,68 ton C/ha.Kata Kunci: Pulau-Pulau Kecil (PPK); Mangrove; Biomassa; Karbo

    Land Suitability of The Marine Ecotourism in Mantehage Village, Wori District, North Minahasa Regency, North Sulawesi Province

    Get PDF
    Taman Nasional Bunaken memiliki lima pulau kecil, salah satunya adalah Pulau Mantehage. Pulau ini merupakan salah satu pulau kecil terluar Indonesia yang berada di Kecamatan Wori, Kabuaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Pulau ini memiliki kekayaan sumberdaya alam yang sangat baik, antara lain terumbu karang, padang lamun dan mangrove. Kajian ini bertujuan menganalisa kesesuain lahan wisata selam Desa Mantehage dengan menggunakan parameter kecerahan perairan, tutupan karang, jenis ikan, jenis life form, kecepatan arus, dan kedalaman terumbu karang, selanjutnya data tersebut dianalisa menggunakan Multi Criteria Analysis (MCA) untuk mendapatkan kriteria kawasan tersebut. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa perairan Desa Mantehage sangat sesuai untuk pengembangan ekowisata bahari, hal ini didukung oleh kondisi peraiaran yang sangat baik yang mendukung keberlanjutan pengelolaan wisata bahari pulau ini. Kajian ini sebaiknya dilanjutkan dengan analisis daya dukung kawasan, untuk menghitung nilai optimal dari pemanfaatan wilayah pesisir pulau kecil agar sumberdaya yang ada disana tetap lestari.Bunaken National Park has five small islands, one of which is Mantehage Island. This island is one of the small outer islands of Indonesia in Wori District, North Minahasa Regency, North Sulawesi Province. This island has a wealth of excellent natural resources, including coral reefs, seagrass beds, and mangroves. This study aims to analyze the suitability of the dive tourism area of ​​Mantehage Village by using the parameters of water brightness, coral cover, species of fish, type of life form, current speed, and depth of coral reef. The data is analyzed using Multi-Criteria Analysis (MCA) to obtain the criteria for the area. The results of this study indicate that the waters of the Mantehage Village are very suitable for the development of marine ecotourism. This location is supported by excellent waters conditions that support the sustainable management of the island's marine tourism. This study should be continued with an analysis of the carrying capacity of the area, to calculate the optimal value of the utilization of the small island coastal area so that the resources remain sustainabl

    Mangrove Community Structure Morowali District, Central Sulawesi Province, Case In Maratape Village, Lafeu Village, And Labota Village

    Get PDF
    The research purpose aims at analyzing the structure of the existing mangrove communities along the coastal area of Morowali District, Central Sulawesi Province. The sampling was taken from three villages, i.e. Maratape Village, Lafeu Village, and Labota Village. This research used the quadrant line transect method. The analysis and description were made after the method had been conducted. The composition of mangrove species found in this research was 3 (three) types, i.e. Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, and Rhizophora stylosa. Of the three species the research finds, the dominant ones are Rhizophora apiculata and Sonneartia alba. The highest species density values were found at Station 1 (M01), i.e. R. apiculata. The frequency value had the highest value found at Station 2 (M02), i.e. R. apiculata type, and the highest relative frequency was R. apiculata. The highest closing value, i.e. S. albater type could be found at Station 2 (M02). The importance value index of Rhizophora apiculata type at the Station 1 (M01) had the highest value and followed in Station 3 (M03), i.e. Sonneratiaalba type, the lowest INP analysis in all stations was Rhizophora type stylosa. The dominant mangrove in 3 (three) Morowali District Stations were Rhizophora apiculata and Silneratia alba types. Based on the research results conducted on the structure of mangrove ecosystem communities in Morowali District, Central Sulawesi Province (Maratape Village Menui Kepulauan Sub-District (station 1), Lafeu Village Bungku Pesisir Sub-District (station 2) and Labota Village Bungku Tengah Sub-District (station 3) are definitely classified as natural and have not experienced significant degradationKeywords: Community Structure, Mangrove, Morowali, Central SulawesiAbstrakKajian ini bertujuan untuk menganalisis struktur komunitas mangrove yang ada disepanjang pesisir Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah. Sampling dilakukan pada tiga desa yaitu Desa Maratape, Desa Lafeu, dan Desa Labota. Kajian ini menggunakan metode line transek kuadaran dilanjutkan dengan analisissnya, kemudian dideskripsikan. Komposisi jenis mangrove yang ditemukan sebanyak 3 (tiga) jenis yaitu Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, dan Rhizophora stylosa. Dari ketiga jenis yang ditemukan yang dominan yaitu Rhizophora apiculata dan Sonneartia alba. Nilai kerapatan jenis tertinggi terdapat di Stasiun 1 (M01) yaitu R. apiculata yaitu. Nilai frekuensi memiliki nilai tertinggi terdapat di Stasiun 2 (M02) yaitu jenis R. apiculata, dan frekuensi relatif tertinggi R. apiculata. Nilai penutupan tertinggi yaitu jenis S. alba terdapat di Stasiun 2 (M02) Indeks nilai penting jenis Rhizophora apiculata di Stasiun 1 (M01) memiliki nilai tertinggi dan di ikuti Stasiun 3 (M03) jenis Sonneratia alba, analisis INP yang terendah dari semua stasiun yaitu jenis Rhizophora stylosa. Mangrove dominan di 3 (tiga) stasiun Kabupaten Morowali  adalah dari jenis  Rhizophora apiculata dan Sonneratia alba. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap struktur komunitas ekosistem mangrove di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah (Desa Maratape Kecamatan Menui Kepulauan (stasiun 1), Desa Lafeu Kecamatan Bungku Pesisir (stasiun 2) dan Desa Labota Kecamatan Bungku Tengah (stasiun 3)  masih tergolong alami dan belum mengalami degradasi yang berarti.Kata kunci : Struktur komunitas; Mangrove; Morowali; Sulawesi Tenga

    Management Strategy Mangrove Ecosystem Base On Multy Criteria Decision Making Analysis (Case In Bunaken Island, Manado City, Indonesia)

    Get PDF
    This research purpose is to analyze the effectiveness of mangrove ecosystem management strategy in Bunaken Island of Bunaken National Park in Manado City, North Sulawesi Province. The research used the research methods of field surveys, sampling, and literature studies for several components that require periodic data. The data analysis used in this research is the Criteria Decision Making Analysis (MCDMA) with the Rapid Appraisal of Mangrove Ecosystem Sustainability (RAPMECS) tools modified from the Rapid Appraisal for Fisheries (RAPFISH). The obtained data will analyze the effectiveness of the ecological, socio-economic, and institutional dimensions that directly affect the mangrove ecosystems. It is indicated that the mangrove ecosystem management sustainability dimension in Bunaken Island is poor, and the socio-economic and institutional dimensions are not good. The main point that makes the management sustainability dimension unfavorable is the island slope and total extent of the mangrove ecosystem area. As the buffer zone, the mangrove ecosystem is low effective, this island is vulnerable to sea currents and waves. The strategies to minimize the vulnerability of this island from sea currents and waves include the increase of the mangrove ecosystem area, community awareness and participation in managing the mangrove ecosystems, and the supporting infrastructure in the mangrove ecosystem management activities.Keywords: Strategy; Management; Mangrove; BunakenABSTRAKKajian ini bertujuan untuk menganalisa efektivitas strategi pengelolaan ekosistem mangrove Pulau Bunken, yang masuk dalam kawasan Taman Nasioanl Bunaken di Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara. Kajian ini menggunakan metode penelitian antara lain  survei lapangan, sampling, dan studi literatur pada beberapa kompenen yang membutuhkan data berkala. Analisis data bersifat Multy Criteria Decision Making Analysis (MCDMA) dengan tools Rapid Apraisal of mangrove ecosystem sustainability (RAPMECS) yang dimodifikasi dari the Rapid Appraisal for Fisheries (RAPFISH). Data yang didapatkan untuk menganalisa efektivitas dimensi ekologi, sosial-ekonomi, dan kelembagaan yang mempengaruhi ekosistem mangrove. Pada dimensi ekologi terindikasi keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove di Pulau Bunaken kurang baik, sedangkan pada dimensi sosial ekonomi dan kelembagaan kurang baik. Hal utama yang membuat keberlanjutan pengelolaan pada dimensi ekologi kurang baik adalah kemiringan lereng pulau dan luasan dari ekosistem mangrove. Akibat dari rendahnya efektifitas mangrove sebagai buffer zone membuat pulau ini rentan terhadap aksi laut yaitu arus dan gelombang. Strategi yang dapat dilakukan meminimalkan kerentanan pulau ini antara lain adalah penambahan luasan ekosistem mangrove, peningkatan kesadaran dan partisipatif  masyarakat dalam pengelolaan ekosistem mangrove, dan peningkatan infrastruktur pendukung dalam kegiatan pengelolaan ekosistem mangrove.Kata Kunci: Strategi; Pengelolaan;  Mangrove; Bunakensupporting infrastructure in the mangrove ecosystem management activities

    Struktur Komunitas dan Persentase Penutupan Kanopi Mangrove Pulau Salawati Kabupaten Kepulauan Raja Ampat Provinsi Papua Barat

    Get PDF
    Mangrove adalah salah satu ekosistem penting yang berada dipulau kecil, perubahan kondisi pada ekosistem ini akan mempengaruhi produktivitas dari ekosistem terkait lainnya seperti padang lamun dan terumbu karang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa struktur komunitas mangrove dan persentase penutupan kanopi yang ada di Pulau Salawati Kabupaten Kepulauan Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Penelitian ini dilakukan secara berkala dari tahun 2016-2017, monitoring dari struktur komunitas dan persentase penutupan untuk mengetahui pertumbuhan dan tingkat degradasi dari ekosistem mangrove. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah analisa struktur komunitas mangrove dan hemisperichal photography analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pulau Salawati memiliki empat jenis mangrove (Rhizophora mucronata, R.  apiculata, Bruguiera gymnorrhiza, Sonneratia alba) dengan kerapatan rata-rata 1254,3 ind/ha, persentase penutupan mangrove rata-rata sebesar 84,14% tahun 2016 dan 84,73% tahun 2017 atau meningkat 0,59%. Jenis mangrove yang mendominasi adalah jenis Rhizophora apiculata yang memiliki indeks nilai penting tertinggi. Stasiun 1 di Kampung Wamega mengalami penurunan persentase kanopi mangrove sebesar 8,62%, yang diakibatkan oleh penebangan pohon mangrove disekitar daerah penelitian. Kondisi kanopi mangrove Pulau Salawati termasuk kategori baik, sedangkan untuk kerapatan rata-rata mangrove di Pulau Salawati masuk dalam kategori padat. Kajian ini penting dilanjutkan secara berkala untuk memonitoring kondisi mangrove yang ada di Pulau Salawati dan pulau lainnya yang memiliki ekosistem mangrove

    Struktur Komunitas Dan Keberlanjutan Pengelolaan Ekosistem Mangrove Pulau-Pulau Kecil (Kasus Pada Pulau Nain Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara)

    Get PDF
    ABSTRAK Kajian ini bertujuan untuk menganalisa struktur komunitas dan keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove di Pulau Nain Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Pulau Nain adalah salah satu pulau yang masuk dalam kawasan konservasi Taman Nasional Bunaken dan memiliki kawasan budidaya rumput laut yang masih produktif. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan primer. Data yang dibutuhkan dalam kajian ini meliputi data dimensi ekologi, sosial ekonomi, dan kelembagaan. Analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah RAPMECS (Rapid Appraisal for Mangroves Ecosystem) dengan analisis multy dimensional scaling (MDS). Hasil yang diperoleh dari kajian ini adalah luasan mangrove Pulau Nain sebesar 4.40 ha, memiliki dua jenis mangrove yaitu Rhizophora apiculata dan Avicennia marinna masing-masing dari family Avicenniaceae dan  Rhizophoraceae. Indeks nilai penting (INP) jenis tertinggi terlihat pada jenis Rhizophora apiculata (79.64%) sedangkan jenis Avicennia marinna (79.64%). Ekosistem mangrove Pulau Nain dalam kondisi yang baik, tapi secara kuantitas belum optimal sebagai buffer sistem lingkungan pesisir. Status keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove Pulau Nain menunjukkan angka 46,89 yang berarti status keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove pulau ini berada dalam kondisi cukup baik. Keterisolasian pulau, luasan mangrove yang kecil, luas pulau yang kecil dan rendahnya kualitas sumberdaya manusia membuat pulau ini memiliki nilai yang kurang baik untuk keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove Pulau Nain. Pemantauan secara berkala dan strategi pengelolaan yang baik dapat meningkatkan indeks keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove serta meningkatkan kapasitas lingkungan pesisir Pulau Nain. ABSTRACT The aims of this study are to analyze the community structure and sustainability of mangrove ecosystem management in Nain Island, Wori District, North Minahasa, North Sulawesi Province. Nain Island is one of the islands rlocated in Bunaken National Park conservation area and   has productive seaweed cultivation area. This study used secondary and primary data. Data required in this study are included dimension data of ecological, socio-economic, and institutional. The analysis that used in this study was RAPMECS (Rapid Appraisal for Mangroves Ecosystem) through multy dimensional scaling (MDS) analysis. The results obtained from this study are mangroves area in Nain Island was 4.40 ha, has two types of mangroves Rhizophora apiculata and Avicennia marinna respectively belong to family Avicenniaceae and Rhizophoraceae. The highest species importance value index (INP) wasfound in Rhizophora apiculata (79.64%) while Avicennia marinna (79.64%). Mangrove ecosystem in Nain Island are in good condition, but in quantity not yet optimal as buffer for coastal environment system. The sustainability status of mangrove ecosystem management of Nain Island shows 46.89 which means that the sustainability status of mangrove ecosystem management of this island is in fair condition. Isolation of island small mangrove areas, small islands and low quality of human resources make this island has a poor value for the sustainability of mangrove ecosystem management. Regular monitoring and good management strategies can improve the sustainability index of mangrove ecosystem management and increase the capacity of the coastal environment of Nain Island. Sitasi: Schaduw J.N.W. (2018). Struktur Komunitas Dan Keberlanjutan Pengelolaan Ekosistem Mangrove Pulau-Pulau Kecil (Kasus Pada Pulau Nain Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara). Jurnal Ilmu Lingkungan, 16(2), 120-129,doi:10.14710/jil.16.2.120-12

    KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE PULAU MANTEHAGE, KECAMATAN WORI, KABUPATEN MINAHASA UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA

    Get PDF
    This study aimed to analyze the sustainability of mangrove ecosystem management in one small island located in the area of Bunaken National Park. Mantehage islands included in the township administration area Wori, North Minahasa Regency, North Sulawesi. This study will examine the sustainability of mangrove ecosystem management on the dimension of ecological, socio-economic, and institutional. The data used are primary and secondary analyzes that are used in this study is the Multidimensional scaling. The results obtained are sustainability Status Mantehage Island mangrove ecosystem management included in either category, but one of the three dimensions of the object of study has a low value that the ecological dimension. Environmental degradation caused by anthropogenic activities and the nature of this dimension will affect the future, so that special attention is needed for improved its environmental capacity, especially in the mangrove ecosystem

    Pemodelan Numerik Tsunami untuk Mengestimasi Waktu Tiba dan Ketinggian Maksimum Gelombang Tsunami di Teluk Amurang

    Get PDF
    Amurang Bay is a coastal area of South Minahasa Regency which is densely populated but faces the subduction zone of North Sulawesi which has the potential to generate earthquakes that trigger a tsunami. The process of the tsunami disaster occurred quickly, but the impact was very destructive and caused many casualties. This study aims to determine the propagation of tsunami waves with the worst scenario Mw 8.5 in Amurang Bay. Numerical methods in COMCOT software are used to model the propagation of tsunami waves in order to obtain an estimate of arrival time and maximum height of tsunami waves. Based on this modeling, the estimated arrival time of tsunami waves at the virtual tide gauge point in Amurang Bay is in the range of 8–11 minutes. The maximum height of tsunami waves is included in the alert category, which is 9.55 meters to 11.44 meters. The fastest estimated arrival time was recorded in Amurang Barat District and maximum height of tsunami waves was found in Tumpaan District. The results of this modeling can be used as one of the steps for mitigating tsunami disaster by preparing the surrounding community and assisting the evacuation process when a tsunami disaster occurs

    Analysis Of Weather Conditions and Hydrodynamics in Taman Nasional Bunaken

    Get PDF
    Taman Nasional Bunaken (TNB) is located in North Sulawesi Province, Republic of Indonesia. TNB offers an exploration experience of marine tourism such as snorkeling and diving. This study was conducted to determine the statistics and correlation of weather parameters on hydrodynamics in the waters of the small island of TNB. This information can be used by marine tourism users. The weather data studied are wind direction and speed. The hydrodynamic conditions studied were wave height and ocean currents. Respondent surveys were also conducted on tourist users at the research sites. The wind direction for the period January - April is dominant from the Northeast, May - September is dominant from the East to the South, October tends to be evenly distributed from the East to the West, and November - December is dominant from the West. Significant wind speeds that occur in January, February, and March range from 18 – 36 knots. The average wave height shows a significant value in January – March, tends to be lower in April – June, fluctuates in July – November, and increases again in December. The maximum current velocity at a sea depth of 16.5 m is stronger than the maximum speed at a depth of 0.5 m and 8.0 m in January – April, and May August. The correlation value of wind speed and sea wave height is significant at 0.96 and the correlation between wind speed and the current speed is 0.74. These results indicate that there is a strong -very strong relationship between parameters. The survey results show that wind speed, wave height, and ocean currents have the same pattern. January, February, November, and December are the months of extreme or bad weather and hydrodynamic conditions.Keywords: Taman Nasional Bunaken, Weather, Hydrodynamics, CorrelationAbstrakTaman Nasional Bunaken (TNB) terletak di Provinsi Sulawesi Utara, Negara Republik Indonesia. TNB  menawarkan pengalaman eksplorasi suasana wisata bahari seperti snorkling dan diving. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui statistik dan korelasi parameter cuaca terhadap hidrodinamika di perairan pulau kecil TNB. Informasi tersebut dapat digunakan oleh pengguna wisata bahari. Data cuaca yang diteliti adalah arah dan kecepatan angin. Kondisi hidrodinamika yang diteliti ialah tinggi gelombang dan arus laut. Survei responden juga dilakukan kepada pengguna wisata di lokasi penelitian. Arah angin periode Bulan Januari - April dominan dari arah Timur Laut, Bulan Mei – September dominan dari arah Timur hingga Selatan, Bulan Oktober cenderung merata dari arah Timur hingga Barat dan Bulan November – Desember dominan dari arah Barat. Kecepatan angin signifikan terjadi pada bulan Januari, Februari, dan Maret berkisar antara 18 – 36 Knot. Rata-rata tinggi gelombang menunjukan nilai signifikan pada bulan Januari – Maret, cenderung merendah pada bulan April – Juni, berfluktuasi pada bulan Juli – November dan meningkat kembali di bulan Desember. Kecepatan maksimum arus laut di kedalaman 16.5 m lebih kuat jika dibandingkan kecepatan maksimum di kedalaman 0.5 m dan 8.0 m pada bulan Januari – April serta bulan Mei – Agustus. Nilai korelasi kecepatan angin dan tinggi gelombang laut signifikan sebesar 0.96 serta korelasi kecepatan angin dan kecepatan arus sebesar 0.74. Hasil tersebut menunjukkan antar parameter memiliki hubungan yang kuat - sangat kuat. Hasil survei menunjukan kecepatan angin, tinggi gelombang dan arus laut mempunyai pola yang sama. Bulan Januari, Februari, November, dan Desember merupakan bulan-bulan terjadinya kondisi cuaca serta hidrodinamika ekstrem atau buruk.Kata kunci: Taman Nasional Bunaken, Cuaca, Hidrodinamika, Korelas

    Sponge Diversity in Kinamang Beach Area Malalayang District Manado City

    Get PDF
    Spons are primitive living settled animals that are filter feeders. These animals are commonly found in tropical and subtropical waters, ranging from the intertidal zone to the subtidal. The aim of this study is to know the diversity of species and the content of bioactive sponges. Sponge data collection: ecological index, species composition, and density of sponge as well as knowledge of the study of bioactive sponge using the library study of the research carried out and using the scientific article of the last 10 years, from 2013 to 2023. The study used the transect belt method that has been modified. From the use of the method, 17 Families were obtained, 48 individuals at a depth of 7 m and 118 individuals at 14 m. Based on the results of this study showed that the index of diversity obtained from the analysis results belonged to the average in 7 m and 14 m. Distribution patterns obtained from data analysis results obtain the distribution pattern at a depth of 7 m grouping 5 families, uniform 5 families, and random 1 family. At a depth of 14 m, the most spread pattern is the uniform spread of 10 families, and the spread model groups 4 families. The index of diversity obtained from the results of data analysis is high (stable). The composition of the species obtained from the results of the analysis showed the highest species of sponges at a depth of 7 m was 33.33%, the highest species at a deep of 14 m is 33.90%, and the composition type of the lowest sponge depth 7 m is 0%, the lower species on a deep 14 m was 11.86%. The highest value of spongy density at a depth of 7 meters is 2.44 ind/m² and the lowest is 0.15 ind/m², whereas, at depths of 14 meters, the highest values are 3.16 ind/m² and lower is 0.08 ind/m² and a library study of the bioactive content received 27 articles related to the family obtaining at the research site and in teluk manado. Keywords: Diversity, Sponge, Kinamang Beach, Bioactive Content Abstrak  Spons merupakan hewan primitif yang hidup menetap yang bersifat filter feeder (menyaring). Hewan ini sangat umum dijumpai di perairan tropis dan sub tropis, sebarannya mulai dari zona intertidal hingga zona subtidal. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui keanekaragaman jenis dan kandungan bioaktif spons. Pengambilan data spons : indeks ekologi, komposisi jenis dan kepadatan spons serta mengetahui kajian mengenai bioaktif spons dengan menggunakan studi pustaka dari penelitian yang telah dilakukan dan menggunakan artikel ilmiah 10 tahun terakhir tahun 2013 sampai 2023. Penelitian ini menggunakan metode belt transek yang telah dimodifikasi. Dari pengunaan metode tersebut diperoleh 17 Famili, 48 individu pada kedalaman 7 m dan 118 individu pada kedalaman 14 m. Berdasarkan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman yang diperoleh dari hasil analisis tergolong sedang pada kedalam 7 m dan 14 m. Pola Sebaran yang diperoleh dari hasil analisis data didapatkan pola sebaran pada kedalaman 7 m pola sebaran mengelompok 5 famili, pola sebaran seragam 5 famili,dan pola sebaran acak 1 famili. Sedangkan pada kedalaman 14 m pola sebaran terbanyak yaitu, pola sebaran seragam 10 famili, dan pola sebaran mengelompok 4 famili. Indeks keseragaman yang diperoleh dari hasil analisis data yaitu tergolong tinggi (stabil). Komposisi jenis yang diperoleh dari hasil analisis menunjukkan jenis spons tertinggi pada kedalaman 7 m yaitu 33,33 %, jenis spons tertinggi pada kedalaman 14 m yaitu 33,90 %, dan komposisi jenis spons terendah kedalaman 7 m yaitu 0 %,jenis spons terendah pada kedalaman 14 m yaitu 11,86 %. Nilai kepadatan spons tertinggi pada kedalaman 7 m yaitu 2,44 ind/m² dan terendah yaitu 0,15 ind/m², sedangkan pada kedalaman 14 meter dengan nilai tertinggi yaitu 3,16 ind/m² dan terendah yaitu 0,08 ind/m² dan studi pustaka mengenai kandungan bioaktif yang didapatkan 27 artikel yang berkaitan dengan famili yang didapatkan di lokasi penelitian dan di teluk manado. Kata Kunci: Keanekaragaman, Spons, Pantai Kinamang, Kandungan Bioakti
    corecore