3 research outputs found

    Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman di Kota Semarang Bagian Selatan

    Full text link
    Kota Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah menjadi salah satu daerah tujuan kaum urban untuk mencari kehidupan yang lebih layak. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk yang cukup signifikan dan berpengaruh terhadap penggunaan lahan di pusat kota yang terbatas sehingga kawasan pinggiran seperti Kota Semarang bagian selatan menjadi pilihan untuk lokasi bermukim. Hal ini disebabkan adanya perguruan tinggi yang banyak mendatangkan penduduk dari luar Kota Semarang baik mahasiswa maupun pedagang serta fasilitas penunjang yang sudah lengkap. Selain itu, kawasan ini juga dilalui jalur utama Semarang, Yogyakarta dan Solo yang membuat kawasan ini semakin ramai karena akses yang mudah dijangkau. Tingkat kesesuaian lahan permukiman yang berkembang di wilayah studi menjadikan permasalahan yang menarik sebagai objek penelitian. Hal ini disebabkan perkembangan permukiman di wilayah studi mengalami peningkatan, yang pada tahun 1999 adalah lahan non permukiman berubah menjadi lahan permukiman pada tahun 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan permukiman di Kota Semarang bagian selatan. Dari hasil analisis dapat diketahui persentase kawasan untuk permukiman di Kota Semarang bagian selatan yang sangat sesuai seluas 3987,7 Ha (29,8%), sesuai 2265,5 Ha (16,9%), kurang sesuai 321,5 Ha (2,4%) dan tidak sesuai 6812,3 Ha (50,9%). Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk permukiman eksisting (Tahun 2009) diketahui bahwa terdapat lahan permukiman yang berada pada kawasan lindung lokal seluas 293,6 Ha dan pada kawasan penyangga seluas 1735,5 Ha. Sedangkan hasil evaluasi yang ditinjau dari Perubahan penggunaan lahan periode tahun 1999-2009 diketahui bahwa terdapat lahan permukiman yang berada di kawasan lindung lokal seluas 87,6 Ha dan di kawasan penyangga seluas 738,5 Ha. Oleh karena itu, perlu aturan yang tegas dalam hal permukiman terutama yang berada dikawasan tidak sesuai untuk permukiman

    Acoustic CO2 Gas Sensor Based on Phase Difference Measurement

    Full text link
    In this research, an acoustic sensor has been successfully built to measure the concentration of CO2 gas in a mixture of gases (N2 and CO2). The nitrogen and carbon dioxide gases used are ultra-high purity (UHP) gas. The measurement parameter used is the speed of sound by utilizing the phase shift between ultrasonic wave signals that are sent and received continuously. The acoustic method in this research is by using the speaker as an ultrasonic wave transmitter, and the microphone as an ultrasonic wave receiver emitted by the speaker on the gas medium. This acoustic phase shift method is very sensitive to be used to determine the speed of sound on a gas medium. From the sensor testing, the sensor has good linearity in detecting changes in CO2 concentration in the gas mixture. The sensor test results have been validated theoretically and obtained an RMS error of 3.36 (3.36% with a maximum concentration of 100%), this proves that the work of the sensor is in accordance with the theory. In addition to theoretical validation, the work of the sensor has also been validated by looking at the direct relationship between sensor input and output through the inverse function, and an RMS error of 3.51 (3.51% with a maximum concentration of 100%) is obtained. From the overall results obtained, the acoustic CO2 gas sensor that is built can detect changes in CO2 concentrations in the gas mixture accurately, fabrication of the sensor is easy to do, and the costs required in the manufacturing process are cheap
    corecore