8 research outputs found

    Pengaruh Tata Guna Lahan Terhadap Debit Banjir Di SUB DAS Gunting Kabupaten Jombang

    Get PDF
    DAS (Daerah Aliran Sungai) merupakan suatu ekosistem yang didalamnya terjadi interaksi antara komponen biotik, abiotik dan manusia serta terdapat komponen input (masukan) dan output (keluaran). Saat ini, DAS di Indonesia terutama di Pulau Jawa mengalami penurunan kualitas cukup signifikan dimana dari total 141 DAS terdapat sebanyak 116 DAS yang kondisinya memprihatinkan (Sunaryo, 2008). Penyebab utama penurunan kualitas DAS adalah pertumbuhan penduduk yang meningkat setiap tahunnya sehingga kebutuhan akan sumber daya lahan juga semakin meningkat. Hal ini memicu terjadinya perubahan penggunaan lahan. Sub DAS Gunting merupakan salah satu Sub DAS yang ada di Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Wilayah sub . AS Gunting pada tahun 2009 hingga tahun 2014 mengalami Kenaikan dan penurunan luasan penggunaan lahan. Kenaikan luasan penggunaan lahan hutan sebesar 0,208%, pemukiman 2,278% dan semak belukar 0,158%. Penurunan luasan penggunaan lahan terjadi pada lahan kebun 1,511%; sawah irigasi 0,544%; sawah tadah hujan 0,201%; tanah ladang 0,389%. Debit banjir mengalami peningkatan dari 167,515 m3/ldetik pada tahun 2009 menjadi 226,402 m3/detik pada tahun 2014. Trend linier perubahan tata guna lahan terhadap debit banjirnya adalah Y = 196,959 + 0,067 X1+0,028 X2 + + 0,058 X3 + 0,033 X4 + 0,080 X5+ 0,051 X6 + 0,056 X7 dimana X1 = hutan, X2 = kebun, X3 = pemukiman, X4= sawah irigasi, X5 = sawah tadah hujan, X6 =semak belukar, dan X7 = tanah ladang. Pengaruh tata guna lahan terhadap debit banjir diidentifikasi dari koefisien korelasi. Hasil perhitungan koefisien korelasi menunjukkan bahwa tata guna lahan yang memiliki nilai koefisien korelasi paling besar terhadap debit banjir adalah pemukiman. Perubahan penggunaan lahan dalam memberikan pengaruh cukup dominan terhadap debit banji

    Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa ditinjau dari Pemahaman Konseptual dan Pengetahuan Prosedural

    Get PDF
    Berpikir Kritis dapat diajarkan kepada siswa melalui pembelajaran matematika. Sedang pembelajaran matematika akan berhasil jika saat pengajarannya mengarahkan kepada konseptual dan prosedural. Subjek pada penelitian ini adalah satu kelas XI Animasi yaitu 26 siswa, melalui tes tertulis pemahaman konseptual dan pengetahuan prosedural didapatkan 3 siswa yang masing-masing satu siswa mewakili kelompok indikator pemahaman konseptual dan pengetahuan prosedural yang dapat dicapai. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah 2 kali tes tertulis dan tes wawancara. Dari hasil penelitian kemampuan berpikir kritis siswa menghasilkan siswa cenderung kurang mampu untuk melakukan strategi yang tepat untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Subjek yang mampu mencapai semua indikator pemahaman konseptual dan pengetahuan prosedural mampu memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kritis dan sebaliknya

    HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI RUMAH DENGAN PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGSARI KABUPATEN PACITAN.

    Get PDF
    Latar Belakang: Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu jenis penyakit demam akut yang merupakan salah satu penyakit menular, yang disebabkan oleh virus nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus. Selain itu untuk melakukan pencegahan DBD perlu mempraktekkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS adalah sebuah cara atau tindakan upaya yang dilakukan untuk memberdayakan anggota keluarga agar paham, tahu dan mengerti serta mampu atau mau untuk mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat dan berperan secara aktif dalam upaya gerakan kesehatan di tatanan masyarakat maupun rumah tangga. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat di rumah dengan pencegahan DBD di wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari Kabupaten Pacitan. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif korelasi dengan pendekatan cross sectional menggunakan teknik simple random sampling dan didapatkan 65 responden dari jumlah populasi sebanyak 187 orang yang terkena DBD di Puskesmas Tanjungsari Kabupaten Pacitan yang dihitung menggunakan rumus Slovin. Pengumpulan data akan dilakukan menggunakan kuesioner dan di analisis menggunakan uji statistic yaitu Spearman rank. Hasil Penelitian: PHBS termasuk kategori baik mayoritas 40 responden (61,5). Pencegahan penyakit DBD termasuk kategori baik mayoritas 41 responden (63,1). Hasil analisis dengan uji Spearman rank menunjukan ada hubungan antara PHBS dirumah dengan pencegahan penyakit DBD (0,004 < 0,05). Kesimpulan: Ada hubungan perilaku hidup bersih dan sehat di rumah dengan pencegahan penyakit demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari Kabupaten Pacitan. Kata Kunci: PHBS, Pencegahan DBD. Keterangan: ¹ Mahasiswa Prodi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Alma Ata Yogyakarta. ² Dosen Prodi D III Kebidanan Universitas Alma Ata Yogyakarta. ³ Dosen Prodi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Alma Ata Yogyakarta

    Time-Dependent Effect of Chitosan Nanoparticles as Final Irrigation on the Apical Sealing Ability and Push-Out Bond Strength of Root Canal Obturation

    No full text
    Background/Objectives. Root canal irrigation is a crucial stage during root canal treatment since it can affect the root canal obturation; as a result, the success of root canal treatment can be achieved. The objective of this study is to evaluate the effect of 0.5% chitosan nanoparticles as a final irrigation solution with different application times on the apical sealing ability and the bond strength of root canal obturation. Materials and Methods. Fifty-six premolars were used in this study and divided by two evaluations: 28 teeth for apical sealing ability and 28 others for bond strength. Each study was assigned randomly into two groups of fourteen teeth: Group-1, final irrigation with 17% EDTA; Group-2, with 0.5% chitosan nanoparticles. Each group was further divided into two groups of 7 each: Group-A, final irrigation was applied for 1 minute; Group-B, for 3 minutes. All teeth were obturated with epoxy resin-based sealer and gutta-percha. In the apical sealing ability study, the obturated teeth were immersed in 2% methylene blue and observed under a stereomicroscope (8x magnification). In the bond strength study, the teeth were tested using the push-out technique and observed under a stereomicroscope (40x magnification) to determine the failure type. Data from each evaluation were analysed with two-way ANOVA followed by the LSD test. Results. Final irrigation using 0.5% chitosan nanoparticles produced the same apical sealing ability and bond strength as 17% EDTA (p>0.05). A significant difference occurred between application times (p<0.05). The failure type was observed predominantly as cohesive, and the least was adhesive. Conclusion. Regardless of the final irrigation solution used, 3-minute application time produced greater apical sealing ability and push-out bond strength than 1-minute application time
    corecore