6 research outputs found

    Asesmen Budaya Politik Masyarakat Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Dan Pabelan Di Kabupaten Magelang

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan menganalisis perbedaan pola kepemimpinan, orientasi politik, sosialisasi politik, dan budaya politik dalam masyarakat antara Pesantren API yang memiliki kategori salafi dan Pesantren Pabelan yang memiliki kategori khalafi di Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif naturalistik. Adapun lokasi penelitian adalah Pesantren API dan Pesantren Pabelan, di Kabupaten Magelang. Data dikumpulkan dengan pengamatan berperanserta, wawancara mendalam dan dokumentasi. Peneliti melibatkan kyai, ustad, karyawan dan santri senior di pesantren tersebut sebagai subjek dan informan. Pengambilan sampel engan menggunakan teknik purposive tidak ditujukan untuk membuat generalisasi, namun dilakukan supaya hasil penelitian dapat transferabel pada kasus lain. Teknik purposive digunakan untuk mendapatkan hal–hal yang dapat dipilih dari beberapa kasus langka yang ekstrim dan lebih mudah dicari maknanya. Selain itu juga bertujuan untuk merekam keragaman yang unik. Dalam paradigma naturalistik uji keterpercayaan dilakukan untuk dapat memperoleh kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan konfirmabilitas. Penemuan penelitian menunjukkan empat hal penting : (1) kepemimpinan kyai Pesantren API memiliki pola monomorphik sedangkan Pesantren Pabelan memiliki pola polimorphik, (2) masyarakat Pesantren API memiliki orientasi politik patuh kepada kyai sedangkan masyarakat Pesantren Pabelan memiliki kebebasan untuk berekspresi secara bertanggung jawab, (3) sosialisasi politik dalam masyarakat pesantren API didasarkan pada kepatuhan terhadap mekanisme yang ada sedangkan dalam masyarakat Pesantren Pabelan memiliki sikap demokratis sehingga sikap politiknya bervariasi, (4) budaya politik dalam masyarakat Pesantren API memiliki pola patronase sedangkan dalam masyarakat Pesantren Pabelan memiliki pola seimbang yang ditentukan secara sadar rasional

    Pola Perilaku Kesehatan Reproduksi Perempuan Pedesaan Di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang

    Full text link
    Latar Belakang. kebijakan yang komprehensif tentang kesehatan perempuan. Kebijakan yang diperlukan dibuat tidak hanya untuk meningkatkan status kesehatan perempuan tetapi juga untuk memampukan perempuan. Kemampuan ini lebih diarahkan pada peningkatan pengetahuan dan kemampuannya sehingga dapat berperan sebagai subjek yang aktif dalam merawat kesehatan dirinya dan dapat berpartisipasi alam program pembangunan pada umumnya.Tujuan Pemnelitian. Menggali secara mendalam pola perilaku kesehatan reproduksi perempaun Pedesaan di Kecamtam Ngablak Kabupaten Magelang. Metode Penelitian. Metode analisis yang digunakan adalah analisis Havard yaitu untuk mengetahui pola perilaku masing-masing jenis kelamin dalam hal kesehatan reproduksi. Hasil. Pengetahuan konsep dasar kesehatan reproduksi perempuan pedesaan Desa Selomirah yaitu keadaan sehat alat-alat reproduksi. Sumber informasi utama tentang konten dari kesehatan reproduksi adalah bidan desa, informasi lainnya diperoleh dari tenaga medis dan media elektronik

    Persepsi Petani Tentang Tata Niaga Tembakau di Kabupaten Temanggung

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan menganalisis tentang : bagaimana existing petani tembakau, bagaimana pelaksanaan tata niaga tembakau dan bagaimana persepsi petani tembakau tentang tata niaga tembakau di Kabupaten Temanggung. Hasilnya diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat bagi : a) para pemegang kebijakan dalam menentukan sistem dalam tata niaga tembakau agar mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya para petani tembakau, b) memberikan masukan yang berarti bagi setiap pemangku kepentingan agar dapat menempatkan posisinya secara tepat dan memberikan kontribusi secara positif terhadap tata niaga tembakau di Kabupaten Temanggung. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) di lokasi penelitian. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive cluster sampling berdasarkan ketinggian wilayah di Kabupaten Temanggung cluster diambil satu kecamatan yang penduduknya memiliki produksi tembakau cukup banyak. Kelima kecamatan tersebut adalah : Jumo, Bansari, Tembarak, Candiroto dan Ngadirejo.Sedangkan responden diambil secara acak sederhana bertujuan (purposive simple random sampling) di masing-masing kecamatan. Adapun kriteria inklusi responden : Kepala keluarga (Bapak/Ibu), tinggal di wilayah di lokasi penelitian, petani yang membudidayakan tembakau, mempunyai atau sewa lahan untuk pertanian tembakau di desanya, memahami tentang tata niaga tembakau, mampu dan bersedia menjadi responden. Jumlah responden sebanyak 904 orang atau sebesar 7% dari populasi (12.914 orang). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : wawancara, observasi dan pencatatan. Sedangkan untuk mengkaji existing petani terhadap persepsi petani tentang tata niaga tembakau di Kabupaten Temanggung digunakan statistik deskriptif. Penelitian ini diperoleh tiga hal penting yaitu : a) existing petani tembakau di Kabupaten Temanggung baik secara sosial ekonomi maupun kultural masih pada kecenderungan menengah ke bawah, b) tata niaga tembakau di Kabupaten Temanggung adalah petani sebagai produsen akan dijual ke perantara (pedagang, pengepul, tengkulak, juragan) selanjutnya dibawa ke grader sebagai wakil dari pabrikan. Masing-masing grader akan membangun jaringan ke perantara baik secara ekslusif maupun tidak. Petani tidak memiliki kemampuan untuk menentukan kategori kualitas dan harga tembakau yang diproduksi. Namun ketika dalam tata niaga, penentuan kualitas dan harga di tingkat perantara sering berbeda dengan yang ditentukan oleh grader sebagai wakil pabrikan. Semua resiko ditanggung oleh petani, c) persepsi petani tembakau tentang tata niaga tembakau di Kabupaten Temanggung dianggap belum baik (92.8%) maknanya masih belum berpihak pada kesejahteraan petan

    Perlindungan Hak Anak Dalam Perspektif Pendidikan Islam Ibn Khaldun

    Full text link
    Penelitian ini merupakan penelitian yang dilatarbelakangi oleh semakin maraknya hak anak yang dirampas oleh orang-orang dewasa dalam dunia pendidikan secara tidak bertanggungjawab. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang pandangan Ibn Khaldun tentang perlindungan hak anak dalam pendidikan Islam. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi. Sedangkan metode analisis data yang telah dikumpulkan menggunakan adalah induksi, deduksi dan analisis isi. Penelitian ini menunjukan bahwa dalam konsep pendidikan Islam Ibn Khaldun memperhatikan perlindungan hak anak ditinjau dari segi tujuan pendidikan, materi pendidikan, metode pengajaran dan prinsip pengajaran. Konsep pendidikan Islam Ibn Khaldun adalah pendidikan yang memanusiakan manusia. Pendidikan yang memanusiakan manusia merupakan salah satu bentuk perlindungan anak, dimana pendidikan berupaya memenuhi hak-hak anak secara optimal sesuai harkat dan martabat kemanusiaannya. Di dalam pendidikan Islam, perlindungan anak dapat dilakukan dengan dua tahap. Pertama, cara pandang terhadap anak. Kedua, cara memperlakukan anak. Pandangan seseorang terhadap anak merupakan langkah pertama dalam pelaksanaan perlindungan anak dalam dunia pendidikan Islam. Setelah mengetahui dan memahami hakikat anak, maka seseorang dapat melaksanakan perlindungan terhadap hak anak. Perlindungan anak dapat dilakukan dengan cara pemenuhan hak-hak anak yang meliputi hak hidup, tumbuh dan berkembang; hak beribadah, berpikir, dan berekspresi; hak memperoleh pendidikan; hak menyatakan dan didengar pendapatnya; dan hak mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Penanggung jawab hak perlindungan anak yaitu orang tua, sekolah, masyarakat dan negara

    Analisis Harvard Pada Implementasi Program Kota Layak Anak

    Full text link
    Penelitian bertujuan untuk mengetahui sejauhmana responsivitas masyarakat dalam implementasi dan pengembangan program Magelang Kota Layak Anak yang telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi peta yang tepat dan kompleks tentang sejauh mana keterlibatan semua pemangku kepentingan dalam program Kota Layak Anak dengan indikator: profil kegiatan; akses kegiatan dan kontrol atas sumber daya dan keuntungan yang diperoleh; faktor-faktor yang mempengaruhi; dan analisis program yang telah dilakukan masyarakat. Kota Layak Anak bertujuan agar dapat memberikan perlindungan sebagai aset masa depan bangsa secara optimal. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara mendalam termasuk FGD. Teknik analisis data dengan menggunakan analisis Harvard. Penelitian dilaksanakan di Kota Magelang dengan mengambil dua kecamatan yaitu Kecamatan Magelang Selatan dan Kecamatan Magelang Tengah. Adapun subyek penelitian adalah perwakilan dari organisasi sosial, organisasi keagamaan yang ada di wilayah penelitian, dan informannya adalah pemerintah daerah dan tokoh masyarakat. Hasil penelitian yang diperoleh adalah 1) program Magelang KLA sudah berjalan sesuai dengan rencana pembangunan yang dilakukan. Jika ditinjau dari aspek gender tidak nampak ada ketimpangan yang berarti, namun terdapat permasalahan yaitu pekerja anak dan anak yang bekerja dengan jam kerja tinggi menurut usianya, 2) masyarakat antusias dengan program KLA. Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan KLA masih merasakan bersifat top down, belum bersifat bottom up, dan masih menganggap kegiatan KLA hanya bersifat fisik administrasi saja belum pada bersifat strategi

    A Bayesian reanalysis of the Standard versus Accelerated Initiation of Renal-Replacement Therapy in Acute Kidney Injury (STARRT-AKI) trial

    No full text
    Background Timing of initiation of kidney-replacement therapy (KRT) in critically ill patients remains controversial. The Standard versus Accelerated Initiation of Renal-Replacement Therapy in Acute Kidney Injury (STARRT-AKI) trial compared two strategies of KRT initiation (accelerated versus standard) in critically ill patients with acute kidney injury and found neutral results for 90-day all-cause mortality. Probabilistic exploration of the trial endpoints may enable greater understanding of the trial findings. We aimed to perform a reanalysis using a Bayesian framework. Methods We performed a secondary analysis of all 2927 patients randomized in multi-national STARRT-AKI trial, performed at 168 centers in 15 countries. The primary endpoint, 90-day all-cause mortality, was evaluated using hierarchical Bayesian logistic regression. A spectrum of priors includes optimistic, neutral, and pessimistic priors, along with priors informed from earlier clinical trials. Secondary endpoints (KRT-free days and hospital-free days) were assessed using zero–one inflated beta regression. Results The posterior probability of benefit comparing an accelerated versus a standard KRT initiation strategy for the primary endpoint suggested no important difference, regardless of the prior used (absolute difference of 0.13% [95% credible interval [CrI] − 3.30%; 3.40%], − 0.39% [95% CrI − 3.46%; 3.00%], and 0.64% [95% CrI − 2.53%; 3.88%] for neutral, optimistic, and pessimistic priors, respectively). There was a very low probability that the effect size was equal or larger than a consensus-defined minimal clinically important difference. Patients allocated to the accelerated strategy had a lower number of KRT-free days (median absolute difference of − 3.55 days [95% CrI − 6.38; − 0.48]), with a probability that the accelerated strategy was associated with more KRT-free days of 0.008. Hospital-free days were similar between strategies, with the accelerated strategy having a median absolute difference of 0.48 more hospital-free days (95% CrI − 1.87; 2.72) compared with the standard strategy and the probability that the accelerated strategy had more hospital-free days was 0.66. Conclusions In a Bayesian reanalysis of the STARRT-AKI trial, we found very low probability that an accelerated strategy has clinically important benefits compared with the standard strategy. Patients receiving the accelerated strategy probably have fewer days alive and KRT-free. These findings do not support the adoption of an accelerated strategy of KRT initiation
    corecore