4 research outputs found

    Pemodelan Mixture Survival Studi Kasus HIV/AIDS di Klinik VCT/CST RSUP Dr. Kariadi Semarang

    Get PDF
    Sebuah studi kohort dilakukan rumah sakit Kariadi dan menggunakan metode simple random sampling. Tujuannya adalah untuk menentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu kelangsungan hidup HIV/AIDS. Faktor-faktor yang memengaruhi dengan waktu kelangsungan hidup HIV/AIDS termasuk usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status kerja, status perkawinan, ART, jumlah CD4, infeksi oportunistik, status fungsional, stadion pasien dan kepatuhan. Penelitian ini menggunakan analisis survival Campuran dengan cox regresi hazard proporsional. Model ini terdiri dari dua distribusi bertahan hidup. Mereka adalah sub populasi berisiko tinggi dan sub populasi berisiko rendah terhadap infeksi HIV. Hasil cox proportional hazard regresi campuran analisis dengan populasinya di klasifi kasi risiko menunjukkan bahwa model yang dihasilkan untuk setiap risiko komponen berbeda berdasarkan persentase waktu hidup. Analisis multivariat Cox proportional hazards model dibangun untuk masing-masing untuk mengevaluasi tren di RR kematian terkait HIV. Multivariat regresi cox dalam kelompok risiko status yang lebih tinggi menghasilkan bahwa tingkat pendidikan (HR = 1, 826, CI: 1,048–3,182), jumlah CD4 (HR = 0,995, CI: 0,991–0,999), status fungsional (HR = 3,063, CI: 1,670–5,617) dan kepatuhan (HR = 0,235, CI: 0,127–0,436) memiliki signifi kan dengan waktu kelangsungan hidup. Kelompok nonrisk lainnya diwakili usia (HR = 0,903, CI: 0,825–0,988), status perkawinan (HR = 0,031, CI: 0,002–0,575), jumlah CD4 (HR = 0,992, CI: 0,986–0,999), infeksi oportunistik (HR = 7,734, CI: 1,477–40,503) dan kepatuhan (HR = 0,247, CI: 0,098–0,625) memiliki signifi kan dengan waktu kelangsungan hidup. Parameter Weibull campuran estimasi menunjukkan kontribusi model yang 96,37% waktu kelangsungan hidup dari sub populasi berisiko tinggi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan pemodelan hidup lain mengapa perbedaan seperti subpopulasi proporsi bahaya

    PENGARUH FAKTOR SOSIODEMOGRAFI SOSIOPSIKOLOGI DAN KETIDAKADILAN GENDER DENGAN KEJADIAN KDRT PADA PEREMPUAN PUS DI KELURAHAN BANDARHARJO KECAMATAN SEMARANG UTARA TAHUN 2011

    No full text
    PUS merupakan golongan usia yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian karena mereka mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya KDRT. KDRT pada perempuan PUS menurut UU PKDRT no. 23 tahun 2004 adalah setiap perbuatan yang berakibat timulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis maupun penelantaran rumah tangga termasuk ancaman yang melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Prevalensi KDRT sebesar 3,07. Sekitar 70% terjadi di dalam rumah. KDRT dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor sosiodemografi, sosiopsikologi dan ketidakadilan gender. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh faktor sosiodemografi, sosiopsikologis dan ketidakadilan gender dengan kejadian KDRT pada perempuan PUS. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara Tahun 2011. Jenis penelitian ini adalah explanatory research dan metode yang digunakan adalah rancangan cross sectional study. Dari populasi sebanyak 2801 dengan metode Simple Random Sampling didapatkan 79 sampel. Analisis dilakukan secara deskriptif dan analitik multivariat dengan regresi logistik berganda. Hasil uji statistik dengan uji regresi bivariat diperoleh kesimpulan bahwa usia perkawinan pertama istri (pvalue = 0,350), status pekerjaan istri (pvalue = 0,068), pendidikan istri (pvalue = 0,068) tidak berpengaruh dengan kejadian KDRT. Variabel yang berpengaruh adalah pendapatan keluarga (pvalue = 0,001), pengetahuan istri (pvalue = 0,019), sikap istri (pvalue = 0,001), kebutuhan istri (pvalue = 001), kematangan emosi istri (pvalue = 0,001), pemiskinan istri (pvalue = 0,006), penomorduaan istri (pvalue = 0,001), beban kerja ganda (pvalue = 0,032), dan stereotipe istri (pvalue = 0,001). Hasil uji regresi multivariat menunjukkan pendapatan keluarga mempunyai pengaruh paling dominan dengan kejadian KDRT (Exp.(b) = 271,868). Disarankan kepada pihak kelurahan untuk mengadakan sosialisasi mengenai kejadian KDRT dan menindaklanjuti setiap kejadian KDRT. Kata Kunci: PUS, KDRT, Gender, Sosiodemografi, Sosiopsikolog

    PREVALENSI GIARDIASIS DAN KONDISI HYGIENE PERORANGAN PADA MURID PAUD DI KB-TK AL AMIN PACIRAN LAMONGAN

    Get PDF
    ABSTRACT Small intestine infection caused by Giardia lamblia (giardiasis) occurs mostly in children living in developing country with poor sanitation. This study aims to determine the risk of giardiasis and personal hygiene conditions in pre-school students at KB-TK Al Amin Paciran Lamongan aged 2-6 years. Number of samples were 61 students, the dependent variable was the incidence of giardiasis, and independent variable was personal hygiene including nail hygiene, hand washing habit, footwear habit, and defecating habits. The result showed that 5 out of 61 students (8,2%) were infected with Giardia lamblia. All children (100%) with giardiasis had poor nail hygiene, footwear habit, and defecating habit. As many as 80% of students with giardiasis have poor handwashing habits. Students with poor footwear habit (OR=43,71; 95% CI 3,98-2046,9); open defecation habits (OR=13,33; 95% CI 1,40-628,05); poor nail hygiene (OR=12,31; 95% CI 1,29-580,49); poor hand washing habits (OR=5,73; 95% CI 0,5-290,96) had a greater risk of developing giardiasis. Supervision and healthy behavior are highly recommended, including using footwear when playing on the ground, defecating in the latrine, maintaining nail hygiene, and washing hands with soap before eating or after defecating. Keywords: Prevalence, giardiasis, personal hygiene, pre-school students   ABSTRAK Infeksi usus halus disebabkan oleh Giardia lamblia (giardiasis) banyak terjadi pada anak-anak yang tinggal di negara berkembang dengan tingkat sanitasi buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko terjadinya giardiasis dan kondisi hygiene perorangan pada murid PAUD  di KB-TK Al Amin Paciran Lamongan usia 2-6 tahun. Jumlah sampel adalah 61 murid, variabel dependen adalah kejadian giardiasis, dan variabel independen adalah hygiene perorangan meliputi kebersihan kuku, kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan menggunakan alas kaki, dan kebiasaan buang air besar (BAB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 5 dari 61 murid (8,2%) terinfeksi Giardia lamblia. Seluruh murid (100%) dengan giardiasis mempunyai kebersihan kuku, kebiasaan menggunakan alas kaki dan kebiasaan BAB yang kurang baik. Sebanyak 80% murid dengan giardiasis mempunyai kebiasaan mencuci tangan yang kurang baik. Murid dengan kebiasaan menggunakan alas kaki kurang baik (OR=43,71; 95% CI 3,98–2046,9); kebiasaan BAB sembarangan (OR=13,33; 95% CI 1,40–628,05); kebersihan kuku kurang baik (OR=12,31; 95% CI 1,29-580,49); kebiasaan mencuci tangan yang kurang baik (OR=5,73; 95% CI 0,5–290,96) mempunyai risiko lebih besar terkena giardiasis. Pengawasan dan berperilaku hidup sehat sangat dianjurkan antara lain menggunakan alas kaki ketika bermain di tanah, membiasakan BAB di jamban, menjaga kebersihan kuku, dan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan atau setelah buang air besar. Kata kunci: Prevalensi, giardiasis, hygiene perorangan, murid PAU

    External validation of prognostic models for chronic kidney disease among type 2 diabetes

    No full text
    BACKGROUND: Various prognostic models have been derived to predict chronic kidney disease (CKD) development in type 2 diabetes (T2D). However, their generalisability and predictive performance in different populations remain largely unvalidated. This study aimed to externally validate several prognostic models of CKD in a T2D Thai cohort. METHODS: A nationwide survey was linked with hospital databases to create a prospective cohort of patients with diabetes (n = 3416). We undertook a systematic review to identify prognostic models and traditional metrics (i.e., discrimination and calibration) to compare model performance for CKD prediction. We updated prognostic models by including additional clinical parameters to optimise model performance in the Thai setting. RESULTS: Six relevant previously published models were identified. At baseline, C-statistics ranged from 0.585 (0.565–0.605) to 0.786 (0.765–0.806) for CKD and 0.657 (0.610–0.703) to 0.760 (0.705–0.816) for end-stage renal disease (ESRD). All original CKD models showed fair calibration with Observed/Expected (O/E) ratios ranging from 0.999 (0.975–1.024) to 1.009 (0.929–1.090). Hosmer–Lemeshow tests indicated a good fit for all models. The addition of routine clinical factors (i.e., glucose level and oral diabetes medications) enhanced model prediction by improved C-statistics of Low’s of 0.114 for CKD and Elley’s of 0.025 for ESRD. CONCLUSIONS: All models showed moderate discrimination and fair calibration. Updating models to include routine clinical factors substantially enhanced their accuracy. Low’s (developed in Singapore) and Elley’s model (developed in New Zealand), outperformed the other models evaluated. These models can assist clinicians to improve the risk-stratification of diabetic patients for CKD and/or ESRD in the regions settings are similar to Thailand. GRAPHICAL ABSTRACT: [Image: see text] SUPPLEMENTARY INFORMATION: The online version contains supplementary material available at 10.1007/s40620-021-01220-w
    corecore