8 research outputs found

    Antiinflammatory Effect of Andrographolide in Sambiloto Extract (Andrographis paniculata) on Ulcerative Colitis

    Get PDF
    Abstract—Ulcerative colitis (UC) is an idiopathic chronic inflammatory disease of the gastrointestinal tract which is one of the inflammatory bowel diseases (IBD). In Indonesia, epidemiological data obtained from hospital reports, generally show that the incidence of UC is higher than Crohn's Disease (CD). Mesalamine as a drug of choice for UC, is related to some side effects. Therefore, herbal plants such as sambiloto (Andrographis paniculata) could be used as a complementary therapy in UC. The purpose of this article is to provide information about the potential mechanisms of andrographolide (AG) as a bioactive compound in sambiloto (Andrographis paniculata) extract as an anti-inflammatory agent. The method used by authors in this article is a narrative review method, by collecting studies about the anti-inflammatory effect of AG on UC through a database search. The results showed that one of the ingredients of sambiloto, diterpenoid labdane compound in the active form of AG, is able to inhibit the expression of pro-inflammatory cytokines so that it has the potential to act as an anti-inflammatory similar to mesalamine in UC therapy. Additionally, sambiloto contains flavonoids and polyphenols which serve as antioxidants. In conclusion, AG has an anti-inflammatory property that might be utilized as a part of UC complementary therapy. Keywords: andrographolide, andrographis paniculata, inflammation, ulcerative colitis, sambiloto   Abstrak—Kolitis ulseratif (KU) adalah penyakit inflamasi kronis idiopatik saluran pencernaan termasuk dalam salah satu inflammatory bowel disease (IBD). Di Indonesia, data epidemiologi diperoleh dari pelaporan rumah sakit, secara umum menunjukkan insidensi KU lebih tinggi daripada Crohn’s Disease (CD). Mesalamine sebagai pilihan terapi untuk KU, dapat menimbulkan beberapa efek samping. Oleh karena itu, tanaman herbal seperti sambiloto Andrographis paniculata dapat digunakan sebagai terapi komplementer pada KU. Tujuan artikel ini adalah memberikan informasi mengenai potensi dan mekanisme senyawa bioaktif andrographolide (AG)  pada ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata) sebagai agen antiinflamasi. Metode yang digunakan oleh penulis dalam artikel ini adalah metode narrative review, dengan mengumpulkan beberapa studi tentang efek antiinflamatori dari AG pada KU melalui pencarian database. Hasil dari analisis data menunjukkan bahwa salah satu kandungan sambiloto, senyawa labdane diterpenoid dalam bentuk aktif AG, mampu menghambat ekspresi sitokin proinflamasi sehingga berpotensi sebagai antiinflamasi serupa dengan mesalamin pada terapi KU. Selain itu, sambiloto memiliki kandungan flavonoid dan polifenol yang berfungsi sebagai antioksidan. Sebagai simpulan, AG memiliki properti antiinflammatori yang dapat digunakan sebagai bagian dari terapi komplementer pada  KU. Kata kunci: andrographolide, andrographis paniculata, inflamasi, kolitis ulseratif, sambilot

    CLINICAL SIGNIFICANCE OF INTRAOPERATIVE NEUROPHYSIOLOGICAL MONITORING DURING SCOLIOSIS SURGERY: A LITERATURE REVIEW

    Get PDF
    Mechanical damage to nerve fibers during scoliosis correction can result in severe neurological disorders. It has been demonstrated that intraoperative neurophysiological monitoring during spinal surgery reduces the risk of motor deficits or paraplegia. Despite significant advances in the technique and application of IONM (intraoperative neurophysiological monitoring), data reporting the impact of implementing intraoperative neurophysiological monitoring on scoliosis surgery intervention remains very limited. Therefore, this review aims to investigate the correlation between the application of IONM and the risk of neurologic deficits in scoliosis patients undergoing surgery. The database sourced from PubMed (Jan 2010 to Jan 2022) was used to identify all studies evaluating the effectiveness and impact of intraoperative neurophysiological monitoring during scoliosis surgery and reducing the risk of postoperative complications. This systematic review included five studies. Multimodal IONM, with its high sensitivity and specificity, provides an objective benchmark that surgeons can implement to review surgical strategies to reduce the risk of permanent neurologic deficits. Multimodal IONM can be considered the gold standard of IONM in scoliosis surgery to prevent neurological damage and provide a more satisfactory result of surgical intervention

    STUDI LITERATUR: EFEK STENT GRAFT PADA PASIEN DENGAN EMERGENSI AORTA

    No full text
    Abstrak: Studi Pustaka: Efek Stent Graft pada Pasien dengan Emergensi Aorta. Emergensi Aorta merupakan suatu kelainan pada aorta yang seringkali menyebabkan kematian. Terapi konvensional dilakukan dengan cara pembedahan terbuka. Seiring dengan berkembangnya zaman, beberapa negara melakukan terapi endovaskuler karena lebih bersifat invasif minimal dan memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang lebih rendah. Salah satu terapi endovaskular adalah dengan menggunakan stent graft. Stent Graft dalam tatalaksana emergensi aorta merupakan pengobatan yang sederhana, aman, dan cepat, dengan rata – rata tingkat keberhasilan operasi dan kelangsungan hidup pasien >80%. Metode pengumpulan data dan penulisan hasil kajian menggunakan Preferred Reporting Items for Systematic Reviews & Meta Analyses (PRISMA) yang diakses melalui PubMed dan Science Direct. Beberapa studi memaparkan, terapi endovaskular dengan intervensi stent graft menunjukkan tingkat morbiditas dan mortalitas yang lebih rendah yaitu <20% dan <19%. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti usia, kondisi anatomi aorta, skor APACHE. Tujuan dari tinjauan pustaka ini adalah untuk melihat evaluasi atau hasil dari berbagai kasus pasien–pasien yang mengalami emergensi aorta dan diberikan tatalaksana pembedahan secara endovaskular menggunakan stent graft

    STUDI PUSTAKA: PERBANDINGAN STREAK RETINOSKOPI DAN AUTOREFRAKTOMETER DALAM MENENTUKAN KELAINAN REFRAKSI

    No full text
    Kelainan refraksi atau ametropia adalah penyebab umum gangguan penglihatan yang dibagi menjadi miopi, hipermetropi, astigmatisma, dan presbiopia. Kelainan refraksi tidak dapat dicegah, namun dapat didiagnosis dari pemeriksaan mata dan dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa kacamata, lensa kontak dan juga dengan tindakan operasi. Sampai saat ini standar baku emas untuk menghitung status refraksi seseorang masih menggunakan retinoskopi dan refraksi subjektif. Studi pustaka ini bertujuan untuk membahas mengenai perbandingan keakuratan antara hasil retinoskopi dan autorefraktometer untuk menentukan status refraksi seseorang. Retinoskopi merupakan suatu metode objektif yang paling sering digunakan oleh dokter mata dalam menentukan optical power seseorang dengan menggunakan alat yaitu retinoskop. Namun, sekarang ini autorefraktometer telah digunakan secara luas untuk menghitung status refraktif seseorang. Autorefraktometer atau automated objective refractor adalah metode elektronik otomatis untuk mengukur kelainan refraksi secara objektif yang telah banyak digunakan di klinik maupun toko-toko kacamata dikarenakan hanya membutuhkan waktu yang singkat dan prosedur pemeriksaan yang sederhana. Terdapat 5 penelitian yang membandingkan keakuratan retinoskopi dan autorefractometer dalam menentukan status refraksi. Studi Pustaka ini ini menyimpulkan bahwa pemeriksaan dengan menggunakan retinoskopi memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan autorefraktometer dalam menentukan status refraksi seseorang

    PERBANDINGAN STREAK RETINOSKOPI DAN AUTOREFRAKTOMETER DALAM MENENTUKAN KELAINAN REFRAKSI

    No full text
    Kelainan refraksi atau ametropia adalah penyebab umum gangguan penglihatan yang dibagi menjadi miopi, hipermetropi, astigmatisma, dan presbiopia. Kelainan refraksi tidak dapat dicegah, namun dapat didiagnosis dari pemeriksaan mata dan dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa kacamata, lensa kontak dan juga dengan tindakan operasi. Sampai saat ini standar baku emas untuk menghitung status refraksi seseorang masih menggunakan retinoskopi dan refraksi subjektif. Studi pustaka ini bertujuan untuk membahas mengenai perbandingan keakuratan antara hasil retinoskopi dan autorefraktometer untuk menentukan status refraksi seseorang. Metode yang digunakan adalah literature review dengan mencari artikel dengan kata kunci retinoscopy, autorefractometer, dan refractive errors dengan kriteria inklusi meliputi artikel dalam 10 tahun terakhir, akses teks lengkap, baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia. Kami menemukan 5 penelitian yang membandingkan keakuratan retinoskopi dan autorefraktometer dalam menentukan status refraksi. Autorefraktometer dapat menentukan status refraksi dengan cepat, namun hasilnya dapat overestimated, sedangkan retinoskopi dengan siklopegik memberikan hasil yang lebih akurat namun memerlukan keterampilan dan pengalaman pemeriksa. Studi pustaka ini menyimpulkan bahwa pemeriksaan dengan menggunakan retinoskopi memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan autorefraktometer dalam menentukan status refraksi seseorang

    EKSTRAK METANOL TERIPANG (Holothuria scabra) MENURUNKAN EKSPRESI GEN COX-2 PADA HEPAR MENCIT (Mus musculus) BETINA GALUR C57BL YANG DIINDUKSI DMBA DAN HIGH FAT DIET

    No full text
    Abstrak : Ekstrak Metanol Teripang (Holothuria scabra) Menurunkan Ekspresi Gen Cox-2 Pada Hepar Mencit (Mus musculus) Betina Galur C57BL Yang Diinduksi DMBA dan High Fat Diet. Saat ini NAFLD banyak dikenal sebagai penyebab utama penyakit hepar kronis di Asia, dimana diperkirakan sepertiga populasi negara berkembang memiliki bukti adanya steatosis dengan mayoritas berada pada kondisi simple steatosis (70-90%). Sama seperti penyakit hepar kronis pada umumnya, NAFLD juga didasari oleh mekanisme stres oksidatif yang melibatkan mediator inflamasi seperti TNF-α, IL-6, tromboksan, dan prostaglandin yang diketahui mampu meregulasi reaksi inflamasi dan pertumbuhan kanker pada kolon dan hepar. Dalam penelitian ini digunakan 30 ekor mencit betina galur C57BL yang diinduksi DMBA dan diberi pakan tinggi lemak, dibagi dalam 2 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan yang diberi ekstrak metanol teripang dengan dosis 0,33 g/KgBB ; 0,66 g/KgBB ; 0,99 g/KgBB selama 6 minggu. Mencit dikorbankan, kemudian organ hepar diekstraksi dan dilakukan pemeriksaan ekspresi gen COX-2 dengan metode semikuantitatif RT-PCR. Hasil penelitian diuji secara statistik menggunakan ANOVA dan Post Hoc Test Tukey HSD yang menunjukkan hasil signifikan dengan nilai P<0,001. Ekspresi gen COX-2 berbanding terbalik dengan konsentrasi ekstrak metanol teripang. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol teripang memiliki efek antiinflamasi melalui cara menurunkan ekspresi gen COX-2

    REVIEW LITERATUR: PERAN SEL PENYOKONG OLFAKTORI PADA MEKANISME TERJADINYA GANGGUAN PENCIUMAN SEMENTARA PADA COVID-19

    No full text
    Latar Belakang: Infeksi dari virus SARS-CoV 2 memunculkan gejala yang bervariasi pada tiap individu. Gejala anosmia/hilangnya penghidu yang disebabkan terjadinya disfungsi pada sistem olfaktori merupakan gejala yang dialami lebih dari setengah populasi pasien COVID-19.Tujuan: Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui mekanisme pasti dari kerusakan jaringan, terutama pada sel penyokong olfaktori, terjadinya disfungsi olfaktori, dan mengapa dapat terjadi disfungsi olfaktori sementara pada infeksi SARS-CoV 2.Metode: Metode studi ini adalah dengan mereview jurnal nasional dan internasional dengan topik yang berhubungan dengan tujuan studi.Hasil: Ekspresi reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE-2) dan Transmembrane Serine Protease 2 (TMPRSS2) menjadi pemeran utama pada awal infeksi virus SARS-CoV 2 sampai terjadinya kerusakan jaringan. Olfactory sustentacular cells merupakan sel yang memiliki ekpresi yang tinggi dari kedua reseptor tersebut.Kesimpulan: Olfactory sustentacular cells dan glial cell-derived neurotrophic factor (GDNF) yang dihasilkan oleh sel glia dapat membantu regenerasi neuron olfaktori sehingga mempercepat penyembuhan disfungsi olfaktori pada infeksi virus SARS-CoV 2.  

    Antiinflammatory Effect of Andrographolide in Sambiloto Extract (Andrographis paniculata) on Ulcerative Colitis

    No full text
    Abstract—Ulcerative colitis (UC) is an idiopathic chronic inflammatory disease of the gastrointestinal tract which is one of the inflammatory bowel diseases (IBD). In Indonesia, epidemiological data obtained from hospital reports, generally show that the incidence of UC is higher than Crohn's Disease (CD). Mesalamine as a drug of choice for UC, is related to some side effects. Therefore, herbal plants such as sambiloto (Andrographis paniculata) could be used as a complementary therapy in UC. The purpose of this article is to provide information about the potential mechanisms of andrographolide (AG) as a bioactive compound in sambiloto (Andrographis paniculata) extract as an anti-inflammatory agent. The method used by authors in this article is a narrative review method, by collecting studies about the anti-inflammatory effect of AG on UC through a database search. The results showed that one of the ingredients of sambiloto, diterpenoid labdane compound in the active form of AG, is able to inhibit the expression of pro-inflammatory cytokines so that it has the potential to act as an anti-inflammatory similar to mesalamine in UC therapy. Additionally, sambiloto contains flavonoids and polyphenols which serve as antioxidants. In conclusion, AG has an anti-inflammatory property that might be utilized as a part of UC complementary therapy. Keywords: andrographolide, andrographis paniculata, inflammation, ulcerative colitis, sambiloto   Abstrak—Kolitis ulseratif (KU) adalah penyakit inflamasi kronis idiopatik saluran pencernaan termasuk dalam salah satu inflammatory bowel disease (IBD). Di Indonesia, data epidemiologi diperoleh dari pelaporan rumah sakit, secara umum menunjukkan insidensi KU lebih tinggi daripada Crohn’s Disease (CD). Mesalamine sebagai pilihan terapi untuk KU, dapat menimbulkan beberapa efek samping. Oleh karena itu, tanaman herbal seperti sambiloto Andrographis paniculata dapat digunakan sebagai terapi komplementer pada KU. Tujuan artikel ini adalah memberikan informasi mengenai potensi dan mekanisme senyawa bioaktif andrographolide (AG)  pada ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata) sebagai agen antiinflamasi. Metode yang digunakan oleh penulis dalam artikel ini adalah metode narrative review, dengan mengumpulkan beberapa studi tentang efek antiinflamatori dari AG pada KU melalui pencarian database. Hasil dari analisis data menunjukkan bahwa salah satu kandungan sambiloto, senyawa labdane diterpenoid dalam bentuk aktif AG, mampu menghambat ekspresi sitokin proinflamasi sehingga berpotensi sebagai antiinflamasi serupa dengan mesalamin pada terapi KU. Selain itu, sambiloto memiliki kandungan flavonoid dan polifenol yang berfungsi sebagai antioksidan. Sebagai simpulan, AG memiliki properti antiinflammatori yang dapat digunakan sebagai bagian dari terapi komplementer pada  KU. Kata kunci: andrographolide, andrographis paniculata, inflamasi, kolitis ulseratif, sambilot
    corecore