5 research outputs found

    Mengurangi Dosis Pupuk Anorganik pada Tanaman Jagung Ungu dengan Aplikasi Pupuk Organik Cair

    Get PDF
    Kandungan antioksidan pada jagung ungu menjadikan jenis jagung ini dapat dijadikan sebagai tanaman pangan dan penting untuk dibudidayakan saat pandemi Covid-19. Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam kegiatan budidaya adalah unsur hara. Aplikasi pupuk anorganik secara terus menerus tanpa adanya penambahan pupuk organik dapat menurunkan kualitas tanah. Perbaikan kualitas tanah dapat dilakukan dengan penambahan bahan organik salah satunya pupuk organik cair. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan berupa pengurangan dosis pupuk anorganik dengan taraf masing-masing dosis pupuk anorganik 100% (kontrol), 75%, 50%, 25% dan 0%. Analisis data menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji BNJ (Uji Lanjut Tukey). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengurangan dosis pupuk anorganik beberapa taraf dengan adanya penambahan pupuk organik cair BMW pada tanaman jagung ungu memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel jumlah daun, panjang tongkol, diameter tongkol dan produksi. Aplikasi pupuk organik cair BMW pada tanaman jagung ungu mampu mengurangi pemakaian pupuk anorganik sebesar 25%

    Mengurangi Dosis Pupuk Anorganik pada Tanaman Jagung Ungu dengan Aplikasi Pupuk Organik Cair

    Full text link
    Kandungan antioksidan pada jagung ungu menjadikan jenis jagung ini dapat dijadikan sebagai tanaman pangan dan penting untuk dibudidayakan saat pandemi Covid-19. Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam kegiatan budidaya adalah unsur hara. Aplikasi pupuk anorganik secara terus menerus tanpa adanya penambahan pupuk organik dapat menurunkan kualitas tanah. Perbaikan kualitas tanah dapat dilakukan dengan penambahan bahan organik salah satunya pupuk organik cair. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan berupa pengurangan dosis pupuk anorganik dengan taraf masing-masing dosis pupuk anorganik 100% (kontrol), 75%, 50%, 25% dan 0%. Analisis data menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji BNJ (Uji Lanjut Tukey). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengurangan dosis pupuk anorganik beberapa taraf dengan adanya penambahan pupuk organik cair BMW pada tanaman jagung ungu memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel jumlah daun, panjang tongkol, diameter tongkol dan produksi. Aplikasi pupuk organik cair BMW pada tanaman jagung ungu mampu mengurangi pemakaian pupuk anorganik sebesar 25%

    PEMETAAN SERAPAN DAN EMISI KARBON DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN MAROS MELALUI PENDEKATAN SOFTWARE ABACUS SP

    No full text
    ABSTRAK   MUH FACHRUL HIDAYAT. Pemetaan Serapan dan Emisi Karbon Di Wilayah Pesisir Kabupaten Maros Melalui Pendekatan Software Abacus Sp ( dibimbing oleh Muh. Faisal M. dan Andi Khairil A. Samsu. Perubahan iklim kini menjadi salah satu isu prioritas yang perlu ditangani melalui upaya-upaya mitigasi yang dapat menurunkan kontribusi pelepasan karbon ke atmosfer khususnya pada wilayah pesisir. Tujuan dari penelitian ini adalah : Mengetahui serapan karbon dan nilai emisi karbon periode 10 tahun (2011-2021) di wilayah pesisir Kabupaten Maros. Penelitian dilakukakan dengan metode analisis perubahan penutupan lahan menggunakan data citra landsat TM 7 tahun 2011 dan data citra landsat 8 tahun 2021 serta perhitungan serapan dan emisi karbon menggunakan software Abacus Sp. Hasil serapan karbon periode 10 tahun di wilayah pesisir Kabupaten Maros serapan yang paling tinggi yaitu penutupan tambak berubah menjadi penggunaan lahan mangrove pada Kecamatan Lau sebesar 22,14 %, Kecamatan Maros Baru sebesar 15,16 %, dan Kecamatan Marusu sebesar 14,22 %. serapan tinggi juga pada penutupan tubuh air berubah menjadi mangrove di Kecamatan Maros Baru sebesar 14,79 %, dan Kecamatan Marusu sebesar 7,72 %. Hasil emisi karbon periode 10 tahun pada wilayah pesisir Kabupaten Maros yang memiliki emisi paling tinggi yaitu penutupan lahan perkebunan berubah menjadi sawah di kecamatan Maros Baru sebesar 18,86 %, dan kecamatan Marusu sebesar 7,75 %.     Kata Kunci : Serapan dan Emisi Karbon, Abacus Sp, Kawasan Pesisir

    Analisis Lingkungan Perancangan Pembangkit Listrik Siklus Organic Rankine pada Sumber Mata Air Panas Bumi di Limbong, Sulawesi Selatan

    No full text
    Pemanfaatan tidak langsung panas bumi di Indonesia banyak digunakan sebagai pembangkit listrik. Mata air panas juga merupakan salah satu petunjuk adanya sumber daya panas bumi di bawah permukaan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis kondisi lingkungan dari rancangan pembangkit listrik yang menggunakan Siklus Organic Rankine pada mata air panas dari sistem panas bumi di lokasi penelitian. Sistem panas bumi yang ada di lokasi penelitian merupakan sistem panas bumi dengan suhu rendah sehingga digunakan siklus ini yang sesuai untuk diaplikasikan di lokasi penelitian. Daerah penelitian terletak di Limbong, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. Analisis lingkungan dilakukan dengan menghitung polusi panas dan emisi yang dihasilkan dari sistem ORC pada penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan polusi panas yang keluarkan oleh evaporator sebesar 57oC sedangkan di kondensor sebesar 10oC. Oleh karena itu, fluida yang dikeluarkan oleh evaporator masih melebihi ambang batas sehingga fluida panas tersebut perlu didinginkan terlebih dahulu sebelum diinjeksikan ke dalam bumi. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa Emisi CO2 dari mata air panas berasal dari adanya zat yang tidak terkondensasi (NCG) dalam uap air panas. Kandungan zat tersebut merupakan zat yang terbawa dari reservoir panas bumi dan/atau hasil alterasi batuan selama perjalanannya menuju permukaan bumi. Emisi yang dihasilkan dari hasil perhitungan sebesar 37750,69 kg/tahun dengan faktor emisi 0,2 kg/kWh. Nilai yang ditunjukkan oleh pembangkit listrik panas bumi sistem ORC dengan sumber panas dari mata air panas ini lebih ramah lingkungan setelah dibandingkan dengan emisi dari pembangkit listrik lainnya

    PEMODELAN DEBIT SUNGAI MENGGUNAKAN SOIL AND WATER ASSESSMENT TOOL DI SUBDAS MAMASA

    No full text
    ABSTRACT Issues related to watershed have received primary attention in the past few decades. The hydrological conditions of the watershed area are considered crucial as a source of life. In efforts to achieve sustainable watershed management, understanding the complex hydrological dynamics is very important. The objective of this research is to simulate river discharge using the Soil and Water Assessment Tools (SWAT) model. This study was conducted in the Mamasa Sub-watershed area. The results show that the river discharge in the Mamasa Sub-watershed has increased as it approaches the outlet (downstream) through the accumulation of discharge in larger order rivers. The Mamasa Sub-watershed also experiences a trend of increasing average annual discharge at a rate of 0.74 m3/s per year. Improvement in the discharge simulation results was achieved through a calibration process using 11 parameters. The calibration results indicate that the calibrated discharge has a higher R2 value compared to the initial simulation discharge, showing that the model calibration successfully improved the quality of the expected discharge results to reach 79.50 percent. However, the calibration results still have a low R2 value, influenced by the selection of appropriate parameters and accurate observational data. Keywords: Modeling, River discharge, SWAT, Watershe
    corecore