71 research outputs found

    Daftar Hadir, BAP, Daftar Nilai Matkul MPK2 5F

    Get PDF

    DISKURSUS MAKNA TOLERANSI TERHADAP NON-MUSLIM DALAM MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN ISLAM BERKEMAJUAN (ANALISIS HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR)

    Get PDF
    This article focuses on the process of understanding or interpretation of Muhammadiyah as an Islamic movement about tolerance toward non-Muslims. The understanding of tolerance to non-Muslims is very important in the midst of strengthening intolerant action and discrimination in the form of intimidation and assault on minority groups. This problem of tolerance can be considered to be one of the triggers of radical action, especially when associated with issues of political leadership, the establishment of a place of worship, and the like. Therefore, the purpose of this article is to understand how the process of understanding conducted by Muhammadiyah as an Islamic movement about tolerance to non-Muslims. The method used in this study was the hermeneutics method of Paul Ricoeur emphasizing the interpretation of the text with distanciation process between the text and the reader. The study shows that the process of understanding the tolerance of non-Muslims is based on the language (verses) of the Qur’an sura al-Hujurat verse 13 “lita’arafu”, means to get to know each other. In the process of being a language to be discourse, the verse is understood by the Muhammadiyah as ukhuwah Insaniyah, the Brotherhood of inter-fellow man. The practice of discourse shows that the understanding is backed by the reality that the plurality of religion as Sunnatullah, and its practice in its Muamalah context. Contextually understanding of Muhammadiyah is based on various forms of discrimination against minority groups. Muhammadiyah’s understanding of tolerance to non-Muslims can be used as a counterdiscourse of the understanding of radical Islamist groups that considers non-Muslims as enemies to be fought

    Nahdlatul Ulama dan Praktik Deradikalisasi di Media Online

    Get PDF
    This study focuses on deradicalization practices carried out by Nahdlatul Ulama (NU) through NU Online media (nu.or.id), to dismantle power relations in deradicalization practices in particular. The research method uses Foucault's Critical Discourse Analysis, which emphasizes two elements, namely discourse practice and dominant�marginal discourse. The results of the study show, first, deradicalization has become the dominant discourse in nu.or.id as the right measure to overcome radicalism. Deradicalization practices at NU's online media are carried out by proposing deradicalization regional regulations (Raperda), workshops and seminars, reciting Kitab, and meetings of interfaith leaders. Second, the power relations in deradicalization practices carried out by NU are influenced by NU's power relations with the government. The results of this study confirm the existence of a strategic role for NU's online media in in disseminating the idea of deradicalization to overcome radicalism in Indonesia

    COUNTER-DISCOURSE OF ISLAMIC STATE IN INDONESIA THROUGH ONLINE MEDIA SUARAMUHAMMADIYAH.ID AND NU ONLINE

    Get PDF
    Discourse of radicalism that proposes a system of government khilafah (Islamic State) to replace Pancasila as the basis of the state strengthened again after the reform era in 1998. Along with the development of information and communication technology today, discourse of radicalism then spread through online media and social media affiliated to radical Muslim groups. Islamic State discourse in online media must be countered with counter-discourse in the same realm. Therefore, the role of online media from moderate Islamic groups such as Muhammadiyah and Nahdlatul Ulama (NU) becomes needed to match the discourse of these radical Muslim groups. The research problem is how do forms of counter-discourse of radicalism about the Islamic state in Indonesia through online media suaramuhammadiyah.id and NU Online? The study used Norman Fairclough's Critical Discourse Analysis method, which focused his analysis on three levels: (1) text analysis, (2) analysis of discourse practice and (3) socio-cultural analysis (context). The results showed that the form of counter-discourse of radicalism suaramuhammadiyah.id about the Islamic State is to represent the State of Pancasila as darul ahdi wa shahadah (state of agreement and testimony). NU Online represents Pancasila as Islamic, there is no conflict between Islam and Pancasila. The discourse that represented by suaramuhammadiyah.id and NU Online is a counter-discourse about the Islamic State which is disoursed by radical Muslim groups in Indonesia

    Daftar hadir, bap, daftar nilai MPK 2 5F ganjil 2021-2022

    Get PDF

    Daftar Hadir, BAP, Daftar Nilai MPK 1 4E Genap 2020-2021

    Get PDF

    KONSTRUKSI REALITAS MEDIA ONLINE MENGENAI KEKERASAN APARAT KEPOLISIAN DI DESA WADAS, JAWA TENGAH

    Get PDF
    Sebuah realitas pada dasarnya merupakan hasil konstruksi yang menyebabkan realitas menjadi berwajah banyak (multi reality). Hal ini karena adanya kepentingan-kepentingan dari berbagai pihak terutama pihak media. Salah satunya dalam peristiwa kekerasan aparat kepolisian di Desa Wadas, Jawa Tengah. Media mengonstruksi realitas tersebut secara berbeda karena adanya kepentingan yang berbeda. Artikel ini memfokuskan kajiannya mengenai bagaimana media online mengonstruksi peristiwa kekerasan aparat kepolisian di desa Wadas? Metode penelitian yang digunakan adalah metode Framing Robert N. Entman, yang menitikberatkan pada pemilihan dan penonjolan suatu isu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kompas.com mengonstruksi peristiwa kekerasan aparat Kepolisian di Desa Wadas sebagai pengamanan pengukuran tanah di Desa Wadas. Sedangkan cnnindonesia.com mengonstruksi peristiwa tersebut sebagai tindakan represif aparat Kepolisian terhadap warga Desa Wadas. Faktor organisasi media yang memengaruhi konstruksi Kompas.com maupun cnnindonesia.com adalah faktor organisasi media yang meliputi tujuan, peran, struktur organisasi, dan kontrol kekuasaan organisasi. Hasil penelitian ini memperkuat pandangan mengenai framing bahwa suatu realitas yang sama dapat diberitakan (dikonstruksi) secara berbeda oleh media yang berbeda karena kepentingan organisasi media yang berbedaSebuah realitas pada dasarnya merupakan hasil konstruksi yang menyebabkan realitas menjadi berwajah banyak (multi reality). Hal ini karena adanya kepentingan-kepentingan dari berbagai pihak terutama pihak media. Salah satunya dalam peristiwa kekerasan aparat kepolisian di Desa Wadas, Jawa Tengah, di mana media mengonstruksi realitas tersebut secara berbeda karena adanya kepentingan yang berbeda. Artikel ini memfokuskan kajiannya mengenai bagaimana konstruksi media online pada peristiwa kekerasan aparat kepolisian di desa Wadas, dan apa faktor yang memengaruhi konstruksi media online tersebut? Metode penelitian yang digunakan adalah metode Framing Robert N. Entman, yang menitikberatkan pada pemilihan dan penonjolan suatu isu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama, Kompas.com mengonstruksi peristiwa kekerasan aparat Kepolisian di Desa Wadas sebagai pengamanan pengukuran tanah di Desa Wadas. Sedangkan cnnindonesia.com mengonstruksi peristiwa tersebut sebagai tindakan represif aparat Kepolisian terhadap warga Desa Wadas. Kedua, faktor yang memengaruhi konstruksi Kompas.com maupun cnnindonesia.com adalah faktor organisasi masing-masing media yang meliputi tujuan, peran, struktur organisasi, dan kontrol kekuasaan organisasi. Hasil penelitian ini memperkuat pandangan mengenai framing bahwa suatu realitas yang sama dapat diberitakan (dikonstruksi) secara berbeda oleh media yang berbeda karena kepentingan organisasi yang berbeda

    DISKURSUS MENGENAI NEGARA PANCASILA DI KALANGAN ORMAS ISLAM MUHAMMADIYAH DAN NAHDLATUL ULAMA (NU)

    Get PDF
    Kajian ini memfokuskan kajiannya mengenai diskursus bentuk negara sebagai salah satu isu yang memicu gerakan radikalisme di kalangan organisasi masyarakat (Ormas) Islam (Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama). Asumsinya, munculnya gerakan-gerakan radikal di dunia dewasa ini sangat dipengaruhi oleh pemahaman umat Islam mengenai ayat-ayat yang berkaitan dengan bentuk negara. Kajian ini menggunakan metode hermeneutika Ricour yang menekankan pada otonomi teks yang berkaitan dengan keputusan dan pernyataan resmi kedua Ormas. Hasil penelitian menunjukkan, berdasarkan analisis teks yang menggunakan hermeneutika Ricoeur, bahwa pemahaman ormas Islam mengenai bentuk negara, di mana Muhammadiyah memandang negara Pancasila sebagai ahlul ahdi wa syahada. Sedangkan NU memandang bentuk negara sebagai konsep bersama dalam hidup bernegara

    Muhammadiyah Dalam SOROTAN Media

    Get PDF
    Fokus utama buku ini adalah mengenai representasi Muhammadiyah sebagai organisasi Islam di surat kabar selama muktamar ke-46 di Yogyakarta tahun 2010 lalu. Dengan representasi akan diketahui bagaimana Muhammadiyah sebagai organisasi Islam ditampilan di surat kabar. Apakah Muhammadiyah sudah ditampilkan dan digambarkan sebagaimana mestinya sesuai dengan identitasnya? Ataukah justru praktik-praktik misrepresentasi yang ditonjolkan oleh surat kabar? Ada lima surat kabar nasional yang saya anggap representatif yang digunakan untuk mengetahui reperesentasi Muhammadiyah sebagai organisasi Islam. Yaitu Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Republika, dan Suara Pembaruan. Kelima surat kabar tersebut kemudian dianalisis pemberitaannya dengan menggunakan analisis isi (content analysis) untuk mengetahui pola-pola pemberitaannya mengenai Muhammadiyah, terutama selama muktamar ke-46. Selanjutnya untuk memahami representasi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam di surat kabar digunakan analisis framing dengan model Gamson dan Modigliani. Seperti yang akan dijelaskan secara mendetail dalam buku ini, Muhammadiyah sebagai organisasi Islam direpresentasikan oleh surat kabar dengan berbagai bentuk representasi. Secara garis besar, representasi Muhammadiyah di surat kabar sebenarnya sudah ditampilkan sebagaimana identitas Muhammadiyah sebagai gerakan Islam. Hal yang menarik untuk diketahui dari buku ini adalah mengenai beberapa wacana dan kritik yang juga ditampilkan oleh surat kabar. Wacana dan kritik mengenai Muhammadiyah oleh surat kabar ini sepertinya sudah terlupakan bersama dengan selesainya muktamar dan terpilihnya Din Syamsuddin sebagai ketua umum PP Muhammadiyah. Padahal wacana dan kritik itu merupakan isu penting yang akan menentukan masa depan 3 Muhammadiyah, terutama pada muktamar Muhammadiyah berikutnya di Makassar, Sulawesi Selatan tahun 2015. Misalnya kritik mengenai regenerasi Muhammadiyah yang dianggap gagal. Muhammadiyah dianggap sebagai organisasi kader yang tidak memunyai kader. Atau kritik mengenai keterwakilan perempuan di pengurus pusat Muhammadiyah. Muhammadiyah dianggap menjadi organisasi laki-laki yang tentu dalam pengambilan keputusannya lebih beraroma lelaki, meskipun implikasi kebijakan itu tidak hanya untuk laki-laki. Tentu masih ada beberapa wacana dan kritik lain yang dapat dibaca dalam buku ini
    • …
    corecore