12 research outputs found

    PENGARUH SEL PUNCA MESENKIMAL PADA SCAFFOLD PRIMO TERHADAP KADAR ENZIM PROTEOLITIK, TRANSFORMING GROWTH FACTOR β, FUSI KOLUMNA VERTEBRALIS YANG DILAKUKAN LAMINOPLASTI

    Get PDF
    ABSTRAK PENGARUH SEL PUNCA MESENKIMAL PADA SCAFFOLD PRIMO TERHADAP KADAR ENZIM PROTEOLITIK,TRANSFORMING GROWTH FACTOR β, FUSI KOLUMNA VERTEBRALIS YANG DILAKUKAN LAMINOPLASTI Roni Eka Sahputra Kelainan pada tulang belakang khususnya stenosis spinal pada saat ini merupakan masalah yang sering terjadi dengan kisaran 65% dari seluruh populasi yang mengalami nyeri pinggang sehingga menyebabkan penurunan kualitas hidup. Seiring perkembangannya, berbagai metode Laminoplasti menjadi alternatif dalam penanganan spinal stenosis. Berbagai macam bentuk scaffold telah dikembangkan sebagai penyangga. Scaffold yang ditanamkan sel punca mesenkimal diduga akan memberikan hasil yang lebih baik. Efek sel punca mesenkimal akan terlihat pada sirkulasi sistemik dimana adanya perubahan kadar MMP-8 dan TGF β. Scaffold 3 dimensi dengan bahan polymer murni, bahan isolasi sel punca serta alat dan bahan untuk Laminoplasti merupakan material yang akan digunakan. Untuk pemeriksaan MMP-8 dan TGF- β menggunakan Elisa Kit. Penelitian ini merupakan eksperimental murni dengan disain post test only control, dimana menggunakan 16 ekor kelinci sebagai sampel yang akan dibagi ke dalam 4 kelompok, yaitu kelompok pertama dengan tindakan laminoplasti saja, kelompok kedua laminoplasti dengan autograf, kelompok ketiga laminoplasti dengan scaffold saja dan terakhir kelompok laminoplasti dengan scaffold yang disertasi penanaman sel punca mesenkimal. Penelitian ini dimulai dari Mei 2017 hingga Juli 2017. Hasil penelitian dengan Uji Post Hoc (Bonferroni) antar perlakuan terhadap kadar MMP-8 didapatkan perbedaan yang bermakna (p < 0,05). Sedangkan kadar TGF-β terdapat kecenderungan meningkat pada setiap perlakuan, namun tidak bermakna secara statistik. Hasil statistik dengan Uji Post Hoc (Bonferroni) terhadap jumlah osteoblast terdapat peningkatan yang bermakna (p < 0,05) pada semua perlakuan. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa sel punca mesenkimal meningkatkan jumlah sel osteoblast pada kelinci setelah dilakukan tindakan Laminoplasty. Kata kunci: Laminoplasti, Sel Punca Mesenkimal, MMP-8, TGF-β, Osteoblas

    Spondilitis tuberkulosis relap pasca debridemant dan fusi

    Get PDF
    Spondilitis tuberkulosis merupakan penyakit tuberkulosis ekstrapulmonar yang sering terjadi. Insiden kasus mencapai setengah dari angka kejadian tuberkulosis muskuloskeletal. Kebanyakan spondilitis TB terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Angka kejadian cenderung meningkat pada negara berkembang.  Vertebrae lumbal merupakan area yang sering terjadi. Gambaran destruksi diskus intervertebralis  dan meluas ke korpus, kompresi medula spinalis dan anterior wedging menyebabkan deformitas kiposis dan terbentuknya gibbus. Tujuan: Melaporkan kasus spondilitis relap pasca tindakan pembedahan. Kasus: Sebuah kasus spondilitis tuberkulosis thoracolumbal junction yang relap setelah dilakukan debridement dan fusi sebelumnya pada pasien laki-laki  berusia 31 tahun. Keluhan saat ini kembali merasakan nyeri di punggung bawah yang menjalar ke paha kiri disertai kelemahan kedua tungkai sejak 6 bulan terakhir. Pada pemeriksaan penunjang X-Ray dan MRI thoracolumbal ditemukan fusi corpus thoracal (Th) 10 - lumbal 1, stabilisasi dengan pedicel screw pada Th10-11, lumbal 1-2, terlihat destruksi corpus intervertebralis Th7-8. Dilakukan implant removal, circumferential debridement, dan dekompresi pada Th7-8 dan dilakukan stabilisasi di Th5, 6, 9, dan 10. Intra operatif ditemukan terbentuknya sinus yang menghasilkan pus dan masa perkejuan sepanjang Th7-9. Simpulan: Kekambuhan dipengaruhi oleh multifaktorial seperti usia, kepatuhan pengobatan, efektivitas debridement, dan status gizi

    KISTA ARACHNOID EKSTRADURAL

    Get PDF
    Kista arachnoid ekstradural di tulang belakang merupakan kista yang langka dan jarang sebagai penyebab kompresi sumsum tulang belakang dan kista ini paling sering terjadi pada bagian tengah dan bawah dari tulang belakang. Kista arachnoid paling sering terjadi pada bagian tengah dan bawah tulang belakang 65%, di lumbar dan lumbosakral sebanyak 13 %, torakolumbalis 12%, dan sacrum 7%.Penyebabnya belum ditentukan secara definitif, kemungkinan besar karena kongenital dan beberapa penelitian mengatakan bahwa kista ini dapat disebabkan oleh trauma, infeksi, atau peradangan.Kista arachnoid dikategorikan menjadi tiga tipe, tipe I (IA dan IB), tipe II dan tipe III. Terapi yang disarankan pada pasien asimptomatik adalah observasi sebagai terapi konservatif. Sedangkan terapi pembedahan eksisi kista secara utuh direkomendasikan untuk pasien dengan kerusakan neurologis yang berat, serta dilanjutkan dengan obliterasi pedikel komunikan dan repair watertight defek dural untuk menghambat mekanisme ball-valve. Dilaporkan satu kasus Seorang pasien perempuan berumur 46 tahun dengan keluhan utama nyeri punggung sejak 6 bulan sebelum masuk rumah sakit, dan dari hasil pemeriksaan penunjang berupa MRI didapatkan adanya Kista Subarachnoid Thorakal 12, dan pada pasien ini dilakukan tindakan operasi berupa unilateral laminectomy dan foraminectomy

    A Case of Tuberculous Spondylitis in Child with Undernourish

    Get PDF
    Tuberculous spondylitis accounts for around 2% of all cases of Tuberculosis (TB) and around 15% of extrapulmonary TB cases. It has been reported that a 17 years old boy with a complaint of a bump on the lumbar region and felt low back pain since two years before admission with a history of back trauma. There was a decrease of body weight. There was no paraesthesia nor paralysis. Defecation and micturition were normal. Basic immunization was incomplete. On physical examination found palpable lymph nodes 0,5x0,5x0,5 cm, multiple et regio colli. There was no BCG scar. Impression nutritional status was undernourished. There was fixed palpable mass at back size about 5x4x5 cm, hard, no fluctuations, no rebound tenderness. Lung examination was normal. Tuberculin test showed induration sized 20 mm. Gene Xpert result Micobacterium Tuberculosis (MTB) not detected. On chest X-ray examination found L1-2 corpus destruction. MRI Spine was suggestive of compressive fractures and suggestive of a bilateral psoas abscess. Decompression and lumbar stabilization surgery were performed. The histopathology examination results were consistent to spondylitis TB characteristics. The patient was discharged on 6th hospitalization and given anti-tuberculous drug.Keywords:  bump, extrapulmonary, fracture, spondylitis, tuberculosi

    Hubungan Tingkat Osteoporosis Berdasarkan Indeks Singh dan Fraktur Leher Femur Akibat Low Energy Trauma di Beberapa Rumah Sakit di Padang Tahun 2016-2018

    Get PDF
    Osteoporosis merupakan penurunan kepadatan tulang dan kerusakan mikro-arsitektur tulang yang menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga seringkali baru disadari apabila telah terjadi perubahan bentuk tulang ataupun fraktur, terutama fraktur leher femur dan panggul karena trauma.Indeks Singh adalah suatu metode untuk menilai osteoporosis menggunakan pola trabekula tulang di femur proksimal. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat osteoporosis berdasarkan Indeks Singh dan fraktur leher femur akibat low energy trauma di beberapa Rumah Sakit di Padang tahun 2016-2018. Penelitian ini merupakan analitik dengan desain cross sectional. Sampel berupa 22 foto polos pelvis (x-ray) pasien dari bagian rekam medis Poliklinik RSUP Dr. M. Djamil Padang dan RST Dr. Reksodiwiryo Padang dari Januari 2016 sampai April 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraktur leher femur karena low energy trauma didominasi oleh perempuan (72,7%) dan usia diatas 70 tahun (45,5%). Tingkat osteoporosis berdasarkan indeks Singh terbanyak pada grade A (40,9%) dan mayoritas fraktur leher femur pada klasifikasi Garden tipe 4 (77,3%). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat osteoporosis berdasarkan indeks Singh dengan fraktur leher femur akibat low energy trauma (p = 0,483)

    Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Personal Hygiene dengan Gejala Vaginitis pada Siswi SMPN 1 Kota Padang dan SMPN 23 Padang

    Get PDF
    Ada 75% wanita di dunia menderita vaginitis sekali dalam seumur hidup dan 10% hingga 55% diantaranya tidak mengetahui bahwa mereka mengalami vaginitis. Pembentukan pengetahuan, sikap, dan perilaku personal hygiene yang baik dapat mencegah vaginitis. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku personal hygiene terhadap gejala vaginitis pada siswi SMPN 1 dan SMPN 23 Padang. Penelitian dilakukan terhadap siswi kelas VII, VIII, dan IX di SMPN tersebut pada bulan September 2018. Desain penelitian adalah cross sectional dengan teknik pengambilan sampel systematic random sampling. Kuisioner digunakan sebagai instrumen penelitian untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap, perilaku personal hygiene, dan gejala vaginitis pada responden. Penelitian menggunakan uji bivariat Chi-square untuk menganalisis data. Jumlah responden yang dikumpulkan adalah sebanyak 242 orang. Tingkat pengetahuan siswi mayoritas sedang, sedangkan sikap dan perilaku responden mayoritas baik. Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan antara pengetahuan dengan gejala vaginitis adalah p=0,011 di SMPN 23 dan p=0,558 di SMPN 1, hubungan sikap dengan gejala adalah p=0,013 di SMPN 23 dan p=0,458 di SMPN 1, dan hubungan perilaku dengan gejala adalah p=0,615 di SMPN 23 dan p=0,138 di SMPN 1. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dengan gejala vaginitis di SMPN 23 namun tidak didapatkan hubungan yang signifikan pengetahuan dan sikap terhadap gejala di SMPN 1. Tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara perilaku dengan gejala vaginitis pada kedua populasi

    ANTROPOMETRI SENDI PERGELANGAN TANGAN PADA ETNIS MINANGKABAU

    Get PDF
    AbstrakPenatalaksanaan fraktur distal radius adalah mengembalikan kekuatan menggenggam serta mempertahankan biomekanik sendi pergelangan tangan, sehingga pasien dapat mengerjakan aktifitas seperti sediakala, serta mengurangi resiko penyakit degeneratif di kemudian hari. Rentang gerak sendi juga merupakan bagian dari penilaian keselarasan anatomi, namun sedikit didiskusikan dalam kepustakaan. Penelitian ini bertujuan menilai antropometri sendi pergelangan tangan etnis Minangkabau. Survey analitik cross sectional dilakukan pada 50 mahasiswa kedokteran pria dan wanita beretnis Minangkabau, usia 21- 25 tahun. Data dianálisis untuk mengetahui nilai mean, standar deviasi serta menguji perbedaan antropometri pria dan wanita menggunakan t- test independen dengan derajat kepercayaan 95%. Nilai mean dan simpang deviasi ukuran ROM palmarfleksi 79,22 + 9,58; dorsofleksi 72,22 + 10,54; ulnar deviasi 40,74 + 9,43; radial deviasi 24,68 + 4,92; radial inclination 24,02 + 3,49; Radial length 11,35 + 1,56; Palmar Tilt 12,27 + 6,12. Terdapat perbedaan nilai radial inclination antara pria dan wanita (p=0,001). Penelitian ini menyimpulkan terdapat perbedaan bermakna secara statistik radial inclination pria dan wanita mahasiswa kedokteran yang beretnis Minangkabau. Selain itu terdapat perbedaan antropometri antara penelitian ini dengan kepustakaan yang lazim.AbstractAs it is known that the treatment of distal radius fractures is to restore the biomechanical strength of grip and maintain joint movement of the wrist so that the patient can do normal activities, and reduce the risk of degenerative diseases of the joints of the wrist in the future. From various journals and literature more votes just only on morphometry, while the range of motion is also part of conformity assessment anatomy as well. This study aimed to measure anthropometric of wrist joint of Minangkabau ethnic group. This study used cross sectional analytical survey on medical students, men and women, with Minangkabau ethnic group, age 21- 25 years , with a sample size of 50 people. Data was analysed to determine the mean and standard deviation, and to examine difference in male and female anthropometric measurement by using an independent t-test with a 95% degree of confidence. Result : Mean and standar deviation value ROM palmarfleksi 79.22 + 9.58; dorsiflexion 72.22 + 10.54; ulnar deviation of 40.74 + 9.43; radial deviation of 24.68 + 4.92. The size of the radial inclination was 24.02 + 3.49. Radial length was 11.35 + 1.56. Tilt Palmar size was 12.27 + 6.12. Statistically there was significant difference of radial inclination between women and men (p=0.001). Conclusion: There were significant differences in the average value of the radial inclination between men and women of Minangkabau ethnic group. Besides, there were some differences in anthropometric measurement in this study compared to figure commonly reported in literature

    Hubungan pemeriksaan LED dan CRP pada penegakkan diagnosis Spondilitis Tb di RSUP dr. M. Djamil Padang tahun 2014-2016

    Get PDF
    Spondilitis Tuberkulosis (Tb) merupakan manifestasi Tb tulang yang paling berbahaya dan paling sering ditemukan. Perubahan nilai hematologi berupa pengukuran nilai Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive Protein (CRP) digunakan dalam penegakkan diagnosa, penilaian prognosis dan efektivitas pengobatan Spondilitis Tb. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan dan akurasi diagnostik LED dan CRP pada pasien spondilitis Tb. Metode: Penelitian ini menggunakan desain retrospective cohort study pada 53 penderita diduga Spondilitis Tb yang belum pernah mendapatkan terapi OAT, tetapi telah menjalani operasi dan pemeriksaan histopatologi pada periode Januari 2014 hingga Desember 2016, di RSUP dr. M. Djamil Padang dan diolah dengan analisis Fisher’s Exact Test. Hasil: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian Spondilitis Tb dan nilai LED dengan p-value 0,280 (p>0,05). Tidak terdapat hubungan yang  bermakna antara kejadian Spondilitis Tb dengan nilai kualitatif CRP dengan p-value 0,886 (p>0,05). Simpulan: Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan LED dan CRP tidak spesifik untuk diagnosis Spondilitis Tb, kecuali CRP memiliki sensitivitas yang tinggi

    SIMULASI DAN ANALISIS LOCKING COMPRESSION PLATE IMPLAN TULANG PAHA MENGGUNAKAN METODA FINITE ELEMENT ANALYSIS

    Get PDF
    Penggunaan implan pada kasus patah tulang (atau secara umum disebut pemasangan pen), bertujuan untuk menyangga atau menyambung bagian tulang yang patah. Implan ini secara ilmiah dinamakan Locking Compression Plate (LCP) yang terdiri dari pelat dan sekrup. Berdasarkan fungsinya sebagai penyambung, maka LCP dirancang untuk dapat menanggung beban tubuh dan beban lainnya sampai tulang itu sembuh dan menyatu kembali.  Namun, ada kasus tulang paha patah (femur fracture) yang telah disambung menggunakan LCP mengalami patah pada pelat sebelum tulang sembuh sehingga harus dilakukan kembali operasi kedua untuk pemasangan pelat yang baru. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan kekuatan bahan pelat LCP apakah patah akibat pembebanan yang melebihi kekuatan bahannya atau tidak. Rekonstruksi menggunakan software berbasis 3D Computer Aided Design (CAD) dengan metoda simulasi Finite Element Analysis (FEA). Beban yang diberikan tidak hanya secara vertikal mengikuti beban tubuh diatas tulang paha, namun juga dianalisis beban secara horizontal dan torsional. Disamping itu, juga dikembangkan rancangan pelat dalam 5 bentuk lainnya sebagai alternatif rancangan (prototipe). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan pelat LCP yang digunakan adalah Stainless Steel 316L medical grade yang sesuai dengan standar bahan implan. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi desain dan informasi tentang penggunaan pelat LCP yang baik sehingga kasus-kasus yang mengalami pelat patah dapat dihindari

    The Role of Debridement and Spinal Fusion on Frankel Grade, ESR Levels, and CRP in Tuberculosis Spondylitis at Dr. M. Djamil General Hospital, Padang, Indonesia

    No full text
    Background: The surgical strategy in the full management of spinal tuberculosis is to debride the tuberculous infection lesion with debridement adequate treatment, reduce symptoms of compression of nerves with adequate decompression, promote the improvement of nerve function, correct kyphosis and prevent deformity, and rebuild spinal stability. This study aims to evaluate the management of debridement and spinal fusion for clinical improvement as assessed by Frankel grade and improvement of laboratory features as assessed by ESR and CRP. Methods: This study is an observational study with a cross-sectional approach which was conducted on 34 research subjects using secondary data. Univariate and bivariate data analysis was conducted to explore the role of debridement and spinal fusion on Frankel grade and ESR and CRP levels. Results: Clinical improvement was seen pre and postoperatively related to Frankel grade. The majority of research subjects experienced improvement based on the Frankel grade. ESR and CRP levels. Conclusion: The action of debridement and spinal fusion plays a role in clinical improvement based on Frankel grade and laboratory improvement based on ESR and CRP values
    corecore