43 research outputs found

    Kualitas dan Kuantitas Produksi Susu Sapi di Kemitraan PT. Greenfields Indonesia Ditinjau dari Ketinggian Tempat

    Get PDF
    Produksi susu sapi di Indonesia tidak memenuhi konsumsi susu sapi nasional. Sehingga menyebabkan impor susu Indonesia terus meningkat.Penelitian ini bertujuan untuk mengamati dan mengkaji pengaruh ketinggian tempat terhadap kualitas dan kuantitas produksi susu sapi. Penelitian dilakukan pada tiga lokasi dengan ketinggian berbeda, yaitu dataran tinggi (1065 mdpl), dataran sedang (789 mdpl) dan dataran rendah (499 mdpl). Sebanyak 10 sapi FH dari masing-masing peternakan dalam kondisi laktasi normal digunakan dalam penelitian ini. Aspek lingkungan meliputi suhu dan kelembapan lingkungan dicatat selama 30 hari pada pagi (07.00 WIB), siang (12.00 WIB), dan sore (17.00 WIB).  Data suhu dan kelembapan lingkungan kemudian dikonversikan ke nilai index suhu dan kelembapan/Temperature Humidity Index (THI). Berdasarkan nilai THI, dataran rendah memberikan dampak cekaman sedang, sedangkan dataran sedang dan tinggi memberikan dampak cekaman panas ringan pada sapi perah. Kualitas susu di ketiga lokasi penelitian tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Hal ini disebabkan karena komposisi ransum pakan yang diberikan oleh ketiga peternakan tersebut sama. Produksi susu di ketiga lokasi penelitian berbeda nyata (P<0,05). Dengan produksi tertinggi di dataran tinggi (14,36 liter/ekor/hari), dataran sedang (12,10 liter/ekor/hari), dan dataran rendah (10,48 liter/ekor/hari). Ketinggian tempat dapat mempengaruhi produksi susu sapi di ketiga lokasi peternakan

    Status Gizi dan Kesehatan Murid-murid di Empat Sekolah Dasar Idt Bengkulu Setelah Enam Bulan Program Pmt-as

    Full text link
    Telah dilakukan penelitian tentang status gizi dan kesehatan murid-murid sekolaah dasar di beberapa desa yang termasuk Inpres Desa Tertinggal (IDT) di Bengkulu, setelah enam bulan program makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS) berjalan. Maksud dan tujuan dari program PMT-AS yang secara nasional dimulai pada tahun 1996/1997 di desa-desa IDT untuk di luar Jawa dan Bali adalah untuk meningkatkan ketahanan fisik anak Sekolah Dasar melalui perbaikan keadaan gizi dan peningkatan kesehatan. Adapun tujuan penelitian ini yang berkaitan dengan program PMT-AS yaitu untuk mengetahui gambaran status gizi dan kesehatan murid-murid di empat Sekolah Dasar pada desa-desa IDT di Bengkulu setelah makanan tambahan dalam program PMT-AS diberikan selama enam bulan. Empat Sekolah Dasar dipilih secara purposive, dan responden penelitian adalah murid kelas 1 sampai kelas 6. berhasil diperiksa 543 murid dari empat sekolah dasar dan tidak ditemukan perbedaan yang nyata status gizi dengan menggunakan indikator BB/U, TB/U dan BB/TB antara awal dan akhir penelitian (p&gt;0.05). Demikian juga konsumsi zat-zat gizi energi dan protein ditemukan tidak berbeda nyata pada awal dan akhir penelitian (p&gt;0.05). Gejala penyakit yang banyak diungkapkan oleh murid-murid yaitu batuk pilek, panas dan penyakit kulit

    Dampak Kekurangan Gizi Terhadap Kecerdasan Anak SD Pasca Pemulihan Gizi Buruk

    Full text link
    Kurang gizi pada usia dini dapat mengganggu pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan kecerdasan anak. Untuk mempelajari dampak gizi buruk masa lalu terhadap keragaan fisik dan kecerdasann anak telah dilakukan penelitiaan pada 31 anak usia 6-9 tahun sebagai sampel dan 31 anak sebagai pembanding. Sampel adalah anak yang pada usia terendah 8 bulan dan tertinggi 2 tahun 9 bulan diketahui menderita gizi buruk dan telah mengikuti pemulihan gizi buruk di Klinik Gizi Bogor selama 6 bulan. Pembanding adalah anak yang berpasangan dalam umur dan jenis kelamin dengan sampel dan tinggal dalam lingkungan yang sama serta memiliki status gizi baik berdasarkan pengukuran antropometri tahun 1991/1992. Pembanding diketahui belum pernah mengalami kekurangan gizi hingga berusia 3-5 tahun berdasarkan KMS yang dimilikinya. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata IQ pada kelompok sampel adalah (80.1-11.8) dan pada kelompok pembanding adalah 93.8-9.9) yang berbeda dengan p&lt;0.001. Dari penelitian ini diketahui bahwa rata-rata IQ anak yang pernah mengalami gizi buruk pada usia dini lebih rendah 13.7 poin dibandingkan anak yang tidak pernah mengalami gangguan gizi

    Penggunaan Garam Beriodium Oleh Masyarakat: Studi Kasus Di 12 Desa Di Propinsi Jawa Timur Dan Nusa Tenggara Barat

    Full text link
    Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mempelajari penggunaan garam beriodium oleh masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan secara cross-sectional di enam desa Propinsi Jatim dan enam desa Propinsi NTB. Responden adalah 60 ibu rumah tangga per desa di Jatim dan 50 ibu rumah tangga per desa di NTB. Data yang dikumpulkan adalah keadaan sosial-ekonomi keluarga, konsumsi garam beriodium, pengetahuan tentang penyakit gondok endemik dan ketersediaan garam beriodium. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa lebih dari 86% responden di Jatim menggunakan garam beriodium sehari-hari sedangkan di NTB hanya 10-16%. Di Jatim nampaknya responden sudah mengetahui manfaat garam beriodium disamping ditunjang oleh ketersediaan garam beriodium di desa sehingga penggunaan garam beriodiium di Jatim lebih tinggi. Hanya sebagian kecil responden di Jatim yang tidak menggunakan garaam beriodium karena faktor kebiasaan dan harga garam beriodium yang dirasakan lebih mahal. Responden desa-desa penelitian di Jatim memperoleh pengetahuan tentang penyakit gondok dan manfaat garam beriodium dari kader Posyandu dan petugas Puskesmas. Di NTB persentase ibu rumah tangga yang menggunakan garam beriodium masih rendah. Hal ini disebabkan sebagian besar (78-90%) responden belum mengetahui manfaat garam beriodium karena di desa-desa penelitian di NTB belum ada kegiatan penyuluhan yang berkaitan dengan penyakit gondok endemik. Selain itu juga disebabkan oleh ketersediaan garam beriodium di NTB yang nampaknya masih kurang
    corecore