17 research outputs found

    Endothelial Dysfunction in Dengue Hemorhagic Fever

    Full text link
    Dengue hemorrhagic fever (DHF) is characterized by fever, bleeding, and pleural effusion which may be caused by increased vascular permeability. Based on these findings it is assumed that endothelial dysfunction plays a role in the pathogenesis of DHF. The aims of this study was to know whether endothelial dysfunction occurs in DHF by measuring sVCAM-1, vWF, and D dimer. The relationship between endothelial dysfunction and severity of the disease would also be analyzed. This was a cross sectional study which involved 31 DHF patients and 30 non DHF fever patients as control group. The level of sVCAM-1 was determined by ELISA method, vWF by enzyme linked fluorescent assay , and D dimer by sandwich enzyme immunoassay. The results indicated that mean of sVCAM-1 level in DHF group and control group were 1323 ng/mL and 1003 ng/mL, while standard deviation (SD) were 545 ng/mL and 576 ng/mL respectively. The mean of vWF level in DHF group and control group were 284% and 327%, with SD 130% and 141% respectively. The level of sVCAM-1 did not correlate with platelet count, albumin level, D dimer level and severity of disease. There was a weak correlation between vWF level with D dimer and severity of disease ( r = 0,472 and r = -0,450 ). Conclusion: The results of this study indicate that endothelial dysfunction occurs in DHF, but there is no correlation between sVCAM-1 with severity of disease, only a weak correlation between vWF with D dimer and severity of disease is found

    Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Garam pada Proses Pikel terhadap Mutu Kulit Pikel Sapi

    Get PDF
    Penambahan asam pada proses penyamakan kulit menyebabkan terjadinya pembengkakan, oleh karena itu diperlukan penambahan garam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi garam pada proses pengasaman terhadap mutu kulit pikel sapi. Penelitian ini menggunakan kulit sapi awetan garam sejumlah 24 side yang diperoleh dari UD. Sumber Pahala, Magetan. Sebelum diasamkan, kulit sapi diproses melalui beberapa tahapan yaitu perendaman, penghilangan bulu, pengapuran, penghilangan sisa daging, penghilangan kapur, pengikisan protein, dan penghilangan lemak. Kulit sapi kemudian diasamkan dengan asam sulfat 1% dan asam formiat 1%, serta garam. Penelitian ini merupakan penelitian faktorial dengan 2 faktor, yaitu jenis dan konsentrasi garam, yang disusun dalam RAL dengan tiga ulangan. Garam yang digunakan adalah garam A dan B dengan masing-masing taraf uji, yaitu 5, 6, 7, dan 8 Be. Data hasil pengujian dianalisa dengan Analisis Sidik Ragam (ANOVA) dan kemudian dibandingkan dengan standar SNI 06-3534-1994. Diperoleh kesimpulan bahwa jenis dan konsentrasi garam berpengaruh nyata (P0,05). Garam yang efektif digunakan untuk pikel kulit sapi adalah garam A pada konsentrasi 5 Be dengan mutu kulit pikel, yaitu kadar air 46,48%, kadar NaCl 6,06%, dan pH 2,19, serta bundel serat yang lebih kompak dan padat

    Inoculums Preparation and Detoxification Process in Monascus Fermented Rice Production

    Full text link
    Monascus fermented rice (MFR), or angkak are well known for their ability to produce Monacolin K, a statin compound that potential as a cholesterol-lowering agent. The objective of the research is to study the inoculum preparation and detoxification process in MFR production. In this study, the inoculum was prepared by cultivated M. purpureus HD001 in YMP, YES, and MSG medium. Rice was inoculated with 10% of inoculum and incubated at 30oC, for 14 days. The growth rate and moisture content of MFR were evaluated in the period from 0 to 14th day. The dried MFR was extracted with ethanol 95%, and the ratio of Monacolin K/citrinin was estimated by measuring the absorbances of extract at λ238 (Monacolin K) and λ500 (citrinin). MFR was detoxified by 0.1% v/v of H2O2, at room temperature for one hour. Monacolin K and citrinin content in MFR extract was analyzed by HPLC. Results showed that the growth of Monascus purpureus HD001 on rice which inoculated by MSG inoculum was faster than YES and YMP inoculum. Maximum growth of M.purpureus occurs on the 8th day. The highest moisture content also enerated by MFR which inoculated by MSG inoculum. Maximum absorbance of Monacolin K (l238) of MFR which inoculated by MSG inoculum was obtained on the 8th day. HPLC data showed that detoxification of MFR with 0.1% H2O2 was able to reduce citrinin 58.45% and Monacolin K 22.04%. After treatment with 0.1% H2O2, ratio of Monacolin K/citrinin in MFR samples was increased 1.87 times when compared to before treatment

    The Comparative Study of Papain Enzyme From Papaya Fruits California Variant and Indonesian Local Variant

    Full text link
    Papain (E.C.3.4.22.2) is a proteolytic enzyme which has important role due toits diverse uses in textile, pharmaceutics, cosmetics and food industries.Papain enzyme can be found in almost all parts of the papaya plant and mostof the stem and fruit. The objective of this study is to compare the Californiavar. and Indonesian local var. of papaya fruits, in papain production and alsoto characterize the enzyme properties. Results showed that the highest yield ofcrude papain was obtained from local papaya latex (24.87%) whichprecipitated by ethanol with ratio of 1:2. The highest of activity enzyme,soluble protein and specific enzyme activity obtained from the local papayawere 3154 ± 11.31unit/mL, solubility protein of 0.94± 0.08 mg/mL andspesific enzyme activity of 3355.32 unit/mg protein, respectively. The activityof enzyme fraction F7 obtained from purification by DEAE sepharose columnwas 202.33 U/mL dan the molecular weight of this fraction was between 17-28 kDa.©

    Adsorpsi Limbah Krom Tanning dengan Adsorben Karbon Aktif dari Palm Kernel Cake (PKC)

    Full text link
    Proses penyamakan kulit sangat kompleks dan melalui banyak tahapan, dimana setiap tahapan diperlukan air serta bahan-bahan kimia dalam jumlah besar yang berpotensi menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Penggunaan karbon aktif berbahan baku Palm Kernel Cake (PKC) diharapkan mampu mengadsorpsi senyawa-senyawa yang menjadi sumber pencemar seperti menurunkan kadar krom total dan BOD serta meningkatkan nilai pH dan warna dari limbah penyamakan kulit khususnya krom tanning. Adsoprsi dilakukan pada suhu 40 °C, 50 °C, dan 60 °C selama 30 menit dengan berat karbon aktif masing-masing 1 g, 2 g, 3 g, 4 g, dan 5 g. Limbah tanning yang telah diadsoprsi kemudian didiamkan selama 24 jam dan selanjutnya disaring. Pada filtrat yang diperoleh kemudian dilakukan pengamatan terhadap warna, pH, BOD serta kadar krom total. Kesimpulan diperoleh bahwa karbon aktif mampu menaikkan pH menjadi 6,6, menurunkan kandungan BOD menjadi 50,7 mg/L dengan efisiensi sebesar 87,03%, kadar krom total menjadi 1,03 mg/L dengan efisiensi penurunan sebesar 99,87% serta warna limbah yang semula berwarna biru tua menjadi tidak berwarna. Kondisi optimal untuk adsoprsi limbah krom tanning adalah suhu 50 °C dan karbon aktif seberat 4 gram

    Adsorpsi Limbah Krom Tanning dengan Adsorben Karbon Aktif dari Palm Kernel Cake (PKC)

    Full text link
    Proses penyamakan kulit sangat kompleks dan melalui banyak tahapan, dimana setiap tahapan diperlukan air serta bahan-bahan kimia dalam jumlah besar yang berpotensi menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Penggunaan karbon aktif berbahan baku Palm Kernel Cake (PKC) diharapkan mampu mengadsorpsi senyawa-senyawa yang menjadi sumber pencemar seperti menurunkan kadar krom total dan BOD serta meningkatkan nilai pH dan warna dari limbah penyamakan kulit khususnya krom tanning. Adsoprsi dilakukan pada suhu 40 °C, 50 °C, dan 60 °C selama 30 menit dengan berat karbon aktif masing-masing 1 g, 2 g, 3 g, 4 g, dan 5 g. Limbah tanning yang telah diadsoprsi kemudian didiamkan selama 24 jam dan selanjutnya disaring. Pada filtrat yang diperoleh kemudian dilakukan pengamatan terhadap warna, pH, BOD serta kadar krom total. Kesimpulan diperoleh bahwa karbon aktif mampu menaikkan pH menjadi 6,6, menurunkan kandungan BOD menjadi 50,7 mg/L dengan efisiensi sebesar 87,03%, kadar krom total menjadi 1,03 mg/L dengan efisiensi penurunan sebesar 99,87% serta warna limbah yang semula berwarna biru tua menjadi tidak berwarna. Kondisi optimal untuk adsoprsi limbah krom tanning adalah suhu 50 °C dan karbon aktif seberat 4 gram

    Penggunaan Garam Berkualitas untuk Peningkatan Mutu Kulit Wetblue Kambing dan Sapi

    Full text link
    Garam memiliki peran yang sangat penting dalam proses penyamakan kulit. Selain memudahkan masuknya bahan penyamak ke dalam kulit, garam juga berperan dalam menentukan sifat mekanik dan estetika kulit. Selama ini, industri hanya menggunakan garam krosok dengan kadar NaCl rendah, berwarna putih kusam, dan cenderung mengandung kotoran lebih banyak sehingga mutu kulit yang dihasilkan juga rendah. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini dengan tujuan memanfaatkan garam berkualitas untuk meningkatkan mutu kulit wetblue kambing dan sapi. Penelitian ini menggunakan kulit kambing dan sapi yang dipikel dengan garam A, B, dan C (kontrol) pada konsentrasi 7 % dan kemudian disamak dengan penyamak krom dimana semua perlakuan diulang sebanyak 3 (tiga) kali. Kulit samak yang diperoleh selanjutnya di uji suhu kerut, pH dan kadar airnya. Data hasil pengujian kemudian dianalisa secara deskriptif dan dibandingkan dengan SNI 1796:2010 dan SNI 3538:2011 serta garam kontrol. Dari penelitian diperoleh kesimpulan bahwa garam A dan B mampu meningkatkan mutu kulit wetblue kambing dan sapi serta memiliki suhu kerut dan penampang melintang kulit yang lebih baik dibandingkan garam C, kecuali untuk pH, dan kadar air yang cenderung sama

    Aplikasi Nanopartikel Perak dengan Bioreduktor Daun Sambiloto (Andrographis Peniculata) dan Kulit Pisang Kepok (Musa Paradisiaca L) sebagai Antibakteri pada Kulit

    Full text link
    Nanopartikel perak banyak dikembangkan karena sifat-sifatnya sebagai antimikroba, digunakan dalam berbagai bidang industri, diantaranya industri kulit. Antimikroba sangat dibutuhkan dalam proses penyamakan kulit agar kulit menjadi lebih awet. Kulit dapat dikonversi menjadi aneka barang kulit dengan sentuhan finishing yang eksotis seperti ecoprint dan batik kulit. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh nanopartikel perak dengan reduktor ekstrak daun sambiloto dan kulit pisang kepok sebagai anti bakteri pada kulit domba tersamak. Dalam penelitian ini, digunakan nanopertikel perak yang disintesis dengan reduktor daun sambiloto dan ekstrak pisang kepok. Hasil uji aktifitas pertumbuhan bakteri S.aureus dan E.coli, menunjukkan bahwa daun sambiloto sebagai reduktor mempunyai kemampuan terbaik untuk menghambat bakteri E.coli. Hasil analisis FTIR menunjukkan penurunan absorbansi terutama dalam penyerapan gugus –OH dan N-H serta gugus -C=O karena gugus-gugus tersebut berinteraksi dengan nanopartikel perak. Hasil pengamatan morfologi menggunakan SEM menunjukkan adanya butiran berbentuk bulat (spherical) yang tersebar dalam jaringan kulit yang berarti telah terjadi ikatan nanopartikel perak pada struktur jaringan kulit domba tersamak. Jumlah butiran bulat yang tersebar pada struktur jaringan kulit domba tersamak setelah diberi nanopartikel perak dengan reduktor daun sambiloto tampak lebih banyak dibandingkan dengan kulit setelah diberi nanopartikel perak dengan reduktor kulit pisang kepok
    corecore