635 research outputs found
Wacana âInvestigative Reportingâ
Investigative reporting, as the result of recent journalism development, becomes a new benchmark in journalism practice. To learn more about investigative journalism, one can learn from Ida Tarbell, a legend of investigative journalism, and his works. Tarbell began his journalism practice by doing preliminary research over hundreds of documents. This phase was called paper trail. Tarbell used combination of data gathering methods to gaining in depth and perspective on his issue. In order to enliven his story, Tarbell utilized narrative technique to tell his story. In recent times, Tarbell reportage become a model of basic investigative journalism. As pointed out in this article, data was dig through a series of phases: (1) surface facts; (2) repertorial enterprise; dan (3) interpretation and analysis. Based on this basic procedures, Paul N. Williams described 11 steps of investigative reporting, started from conception to publication and follow-up stories. The key of success in writing investigative reporting is probing and digging, attentively, intensively
Optimasi Multirespon Hambat Panas, Kekuatan Bending dan Densitas Komposit Berbahan Baku Ampas Tebu - Tepung Ketan Sebagai Bahan Papan Partikel Menggunakan Metode Taguchi dan PCR-TOPSIS
Bagasse berpotensi digunakan sebagai bahan penguat komposit karena sifatnya yang kuat dan ringan. Keuntungan menggunakan serat alam adalah biayanya rendah, memiliki sifat termal yang baik, penggunaan energi rendah dan ramah lingkungan karena bersifat biodegradable. Pada penelitian ini, komposit papan partikel dibuat dengan mencampurkan ampas tebu dengan perekat tepung ketan. Untuk menentukan kekuatan komposit, dilakukan uji hambat panas, uji bending, dan densitas. Digunakan kombinasi metode Taguchi dan PCR-TOPSIS untuk menyelesaikan persoalan multirespon. Design of Experiment (DOE) dirancang menggunakan metode Taguchi dan didapatkan Orthogonal Array L16 (45). Nilai dari variabel respon yang dihasilkan mewakili tiga respon dan akan diubah menjadi nilai PCR-TOPSIS. Nilai tersebut digunakan sebagai parameter untuk menentukan setting level optimal. Sebanyak 48 spesimen komposit dibuat untuk uji thermal conductivity yang mengacu pada standar ASTM E-1225, uji bending mengacu pada standar ASTM D 1037, dan uji densitas mengacu standar ASTM D-3800. Solusi optimal yang didapatkan berdasarkan kombinasi dua metode ini adalah presentase tepung ketan 12.5%, ukuran partikel mesh 40, kepadatan 6:4 dan perlakuan perendaman menggunakan borax 5%. Hasil dari komposit papan partikel yang dibuat memiliki nilai hambat panas sebesar 16,736 0C/W, nilai kekuatan bending 6,378 MPa, dan densitas 0,754 gram/cm3 sehingga memenuhi standard yang disyaratkan oleh ANSI A208.1-1999
Kemungkinan Bahasa Sastra Diadopsi Jurnalisme
Upaya penyampaian pesan jurnalistik cetak, yang ber-feed back tidak langsung, diatasi dengan lebih mengaransir aspek âhuman interestâ dalam susunan pelaporan. Efek medium âcetakâ, yang tidak audio visual, dieliminir jurnalisme. Tiap peristiwa yang diletakkan tiap ujud fakta, dikemas lagi ke dalam pengisahan teknik âfiksiâ sastra untuk menghampiri âbayanganâ pembaca akan news value (nilai berita) yang punya daya greget. Pembaca diharapkan akan asyik membayangkan rincian kisah fakta-berita yang tengah aktual terjadi, serta akan diberi ulasan yang lebih mendalam dalam perspektif yang lebih meluas. Kekuatan tulisan sastra, misalnya, menjadi alat menjiplak jurnalis: mengembangkan sebuah pelaporan yang lebih menggigit âdramatisasiâ, dan pelebaran isi pesan (pemaknaan) dienkoding masyarakat. Pencairan fakta dan fiksi, misal yang lain, juga membangun kepercayaan bahwa Kenyataan âsemiotisâ pun memiliki daya guna bagi pelaporan fakta-berita. Kenyataan sosial dan realitas empirik ternyata bisa didekati dengan sebuah upaya membangun penyampaian pesan lewat semiotika pencitraan
Menulis Ilmiah Kualitatif: Sekadar Pengantar
Dunia ilmiah, selama ini, banyak dikenali sebagai dunia serius. Dunia objektif. Penalaran. Kaku. Tidak boleh dibuat main-main. Ini dimunculkan, antara lain, dalam penulisan ilmiah, yang bersifat kuantitatif. Semua itu tidaklah salah. Bukan sesuatu yang buruk, sebab sudah memiliki logikanya sendiri. Namun terlepas dari berbagai pandangan orang tentang penulisan ilmiah kuantitatif, banyak orang kemudian merasa enjoy membaca laporan riset kualitatif. Sebuah laporan kualitatif, lazimnya, dipenuhi dengan pelbagai deskripsi, detail penuh warna, dan sifat-sifat yang cenderung tidak formal. Berdasarkan karakteristik itulah, di antaranya, tulisan kualitatif memiliki daya enterprise. Bila dirunut, jejak sejarahnya bertaut dengan kisah sastra (literary) memasuki dunia akademik
Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan Pelagis Kecil di Perairan Utara Aceh
The objective of this study was to evaluate the distribution of small pelagic fish in northern Aceh water. The study was conducted on March, 2016 by using the systemtic questionnaire method. The correspondent were collected from the native fisherman along fisheries post of Lampulo, Krueng Raya, and Lhok Seudu. The collected data was then processed to obtrain the thematic maps. The result showed that the caught here categorized into six species, and predominantly by Decapterus ruselli. The waters among Sumatera and Weh Island have the highest amount of caught fish, ini which correlated to the lower temperature in those areas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sebaran daerah penangkapan ikan pelagis kecil di Perairan Utara Aceh.Penelitian dilakukan pada Maret 2016 dengan menggunakan metode kuesioner.Koresponden dari penelitian ini dikumpulkan dari nelayan yang berasal Pelabuhan Perikanan (PP) Lampulo, Krueng Raya, dan Lhok Seudu.Data yang terkumpulakan di olah kembali dengan peta tematik. Dari hasil penelitian ini menujukkan di Perairan Utara Aceh memiliki enam jenis spesies yang berbeda dan ikan layang deles (Decapterus ruselli) memiliki hasil tangkapan terbanyak di Perairan Utara Aceh. Batas perairan Sumatra dan Pulau Weh memiliki hasil tangkapan yang paling banyak tertangkap.Ikan pelagis kecil sanggat menyukai suhu yang lebih rendah
Pengaruh Strategi Quantum Learning terhadap Hasil Belajar Menulis Teks Tanggapan Deskriptif
In the implementation of the learning ability to write descriptive response text. lack of use of a variety of strategies causes students to feel bored following learning. The reality happened to students of class VII A as an experimental (group) class, and class VII B as a class (group) control of 5 Wonomulyo State Junior High School in Polewali Mandar District. The population of this study was the entire class VII of the 5th Junior High School of Wonomulyo, Polewali Mandar Regency, totaling 176 people, who were placed in five classes. The sample in this study were 2 classes randomly selected from 6 classes based on the results of simple random sampling and prior to determining the sample beforehand the initial test (Pre-test) was carried out to all participants in class VII of the 5 Wonomulyo Junior High School and the class that obtained grades the same or almost the same average is taken as an assessment class. This assessment will use 1 experimental class and 1 control class. Based on the results of simple random sampling, class VII A as an experimental class, and class VII B as a control class. The data analysis technique used is descriptive statistical analysis and inferential statistical analysis. The inferential statistical test results show that the value of t count at equal variances assumed = 2.034 df = 54, and obtained t table = 2.004 so that t count = 2.034> t table = 2.004 and significance 0.00
Implementasi Dan Dampak Penerapan Legislasi Penyuluhan Pertanian Terhadap Capaian Swasembada Pangan
EnglishLaw No. 16/2006 on Agricultural Extension System, Fisheries and Forestry and its derivative regulations have not improved extension workers\u27 performance to meet farmers\u27 needs including that to succeed food self-sufficiency. This paper aims to analyze (1) implementation of extension laws especially in food self-sufficiency achievement; (2) problems faced by officials and extension workers in implementing agricultural extension; and (3) impacts of extension laws on of food self-sufficiency achievement target. Primary data and information were collected through interviews and group discussions using an ethno-methodology approach. The results showed that extension laws implementation did not fully match with the Law No. 32/2004, especially its derivatives such as PP No. 41/2007 and PP No. 38/2007. However, such derivative legislation was consistent with Law No. 16/2006 and supported rice self-sufficiency achievement in 2014. Implementation of agricultural extension laws deals with the position of agriculture sector is not the priority such that coordination and synchronization between central and regional governments\u27 development programs are still weak. Extension workers\u27 assistance to farmers improved food productivity by 29 to 32.7%. It is necessary to enhance extension workers\u27 assistance to farmers through farmers\u27 capacity building, not solely to increase the food productionIndonesiaUndang Undang No. 16/2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (SP3K); serta peraturan Perundang-undangan di bawahnya tampaknya belum memberikan ruang bagi penyuluh untuk dapat bekerja dengan baik sesuai kebutuhan petani. Dalam hal ini termasuk menjawab kebutuhan untuk membuat penyuluh lebih progresif dalam menyukseskan swasembada pangan. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis (1) implementasi peraturan Perundangan di bidang penyuluhan dengan pencapaian sasaran swasembada pangan; (2) permasalahan implementasi di bidang penyuluhan; dan (3) dampak implementasi legislasi penyuluhan pertanian terhadap capaian sasaran swasembada pangan. Wawancara dan diskusi kelompok dengan pendekatan ethnomethodology dilakukan untuk mendapatkan informasi yang holistik terkait dengan tujuan evaluasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa implementasi peraturan Perundang-undangan di bidang penyuluhan belum sepenuhnya sinkron dengan UU No.32/2004, terutama poduk turunannya, yaitu PP No. 41/2007 dan PP No. 38/2007. Produk turunan Perundang-undangan di bidang penyuluhan telah konsisten dengan UU No. 16/2006, dan telah mendukung pencapaian swasembada beras di tahun 2014. Permasalahan implementasi di bidang penyuluhan pertanian terkait dengan posisi sektor pertanian sebagai âurusan pilihan\u27 sehingga koordinasi dan sinkronisasi antara program pembangunan pusat dan daerah masih lemah. Dampak implementasi legislasi penyuluhan terlihat dari peran pendampingan/pengawalan penyuluh terhadap petani telah memberikan kontribusi terhadap peningkatan produktivitas padi sebesar 29â32,7%. Implikasinya secara nasional adalah intensitas pendampingan penyuluh terhadap petani perlu ditingkatkan yang berorientasi pada peningkatan kapasitas petani, bukan semata-mata pada peningkatan produksi
Pengaruh Kegiatan Painting Dan Keterampilan Motorik Halus Terhadap Kreativitas Anak Usia Dini Dalam Seni Lukis
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kegiatan painting dan keterampilan motorik halus terhadap kreativitas anak usia dini dalam seni lukis kelompok B taman kanak-kanak. Metode penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen dengan desain treatment by level 2x2.Sampel dalam penelitian ini sebanyak 66 anak.Teknik pengumpulan sampel teknik multistage sampling. Teknik analisis data menggunakan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian yang diperoleh adalah: 1) hasil kreativitas anak usia dinidalam seni lukis pada kelompok anak yang diberi kegiatan finger painting lebih tinggi dibandingkan kelompok anak yang diberi kegiatan brush painting, 2) terdapat pengaruh interaksi antara kegiatan painting dan keterampilan motorik halus terhadap kreativitas anak usia dini dalam seni lukis, 3) hasil kreativitas anak usia dini dalam seni lukis pada kelompok anak yang memiliki keterampilan motorik halus tinggiyang diberi kegiatan finger painting lebih tinggi dibandingkan kelompok anak yang diberi kegiatan brush painting, 4) hasil kreativitas anak usia dini dalam seni lukis pada kelompok anak yang memiliki keterampilan motorik halus rendah yang diberi kegiatan finger painting lebih rendah dibandingkan kelompok anak yang diberi kegiatan brush painting
Petrografi Dan Geokimia Unsur Utama Granitoid Pulau Bangka: Kajian Awal Tektonomagmatisme
Pulau Bangka tersusun oleh Granit Klabat dan variasi granitoidnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik Granitoid Pulau Bangka untuk diaplikasikan dalam mempelajari magmatisme, situasi tektonik dan hubungan antar granitoidnya untuk kemungkinan dikembangkan dalam eksplorasi. Metodologi yang digunakan dengan analisis petrografi dan geokimia unsur utama berdasarkan hasil analisis penelitian terdahulu. Penyebaran Granitoid Pulau Bangka terdiri atas Bangka Barat, Selatan, Tengah dan Timur (Belinyu). Umur granitoid berkisar dari Permian Akhir hingga Trias Akhir. Hasil analisis petrografi menunjukkan tipe granitoidnya dominan sebagai Alkali Feldspar dan Syeno Granite, sedangkan analisis geokimia sebagai Alkali dan Syeno Granite. Diagram variasi SiO2 menunjukkan penurunan proporsi unsur-unsur utama CaO, MgO, TiO2, Al2O3 dan P2O5 dengan kenaikan SiO2 dipengaruhi fraksinasi dengan afinitas magma sebagai calc-alkalic dengan kandungan K yang tinggi (high K Calc Alkaline). Afinitas tersebut dapat terbentuk pada continental arc dimana tektonik yang berperan berupa subduksi dan kolisi. Tipologi granitoidnya secara umum sebagai peraluminous, dengan tipe I. Pada Granitoid Bangka Tengah dan Timur (Belinyu) dicirikan proporsi magnetit, magnesian, dan lebih primitif, sedangkan tipe S pada Granitoid Bangka Selatan dan Barat dicirikan oleh tingginya K2O dan kehadiran mineral alumina seperti biotit + muskovit + kordierit yang melimpah. Bangka Island is composed by Klabat Granite and its granitoid variations. This study aims to investigate the characteristics of granitoid Bangka Island to be applied in the study of magmatism, tectonic situations and relationships developed in granitoid for possible exploration. The methodology used by observations with a thin section of rock (petrography) and secondary major elements analysis from previous research. Granitoid samples are collected from Western, Southern, Central and East (Belinyu). Granitoid ages range from Late Permian to Late Triassic. Petrographic analysis showed dominant granitoid type as Alkali FeldsparâSyeno Granite, whereas geochemical analysis as Alkali -Syeno Granite. SiO2 variation diagram shows declining in the proportion of the major elements CaO, MgO, TiO2, Al2O3 and P2O5 with increasing SiO2 influenced by affinity fractionation as calc-alkalic magma with high K content. Affinity can be formed on continental arc where subduction and collision involved. Preliminary result granitoid typology as peraluminous, with I type. In Central and Eastern Bangka (Belinyu) characterized by high proportion of magnetite, magnesian, and more primitive, while S type in the South and West Bangka are characterized by high K2O and the presence of abundant biotite + muscovite + cordierite
- âŠ