52 research outputs found

    ANALISIS EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KLORAMFENIKOL DAN SEFTRIAKSON DALAM PENGOBATAN DEMAM TIFOID ANAK DI RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN

    Get PDF
    Demam tifoid merupakan  penyakit  yang  disebabkan  oleh bakteri Salmonella typhi terutama menyerang bagian pencernaan. Kloramfenikol merupakan obat pilihan utama untuk pengobatan demam tifoid. Seftriakson merupakan obat yang efektif untuk pengobatan demam tifoid dalam jangka pendek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan kloramfenikol dan seftriakson pada pengobatan demam tifoid anak.Rancangan  penelitian ini menggunakan cross-sectional  dengan sampel adalah pasien demam  tifoid  anak  yang di  rawat  inap Rumah  Sakit  Umum  Daerah  Dr.  H.  Abdul Moeloek menggunakan  data  rekam medik periode tahun 2012-2014. Sebanyak 29  pasien  diberi  pengobatan kloramfenikol dan 29 pasien diberi pengobatan seftriakson. Analisa statistik menggunakan Mann Whitney Test.Berdasarkan  hasil  penelitian  diperoleh  lama perawatan pasien yang menggunakan kloramfenikol  adalah 4,18 ± 1,25 hari  sedangkan pasien     yang   menggunakan    seftriakson    adalah 2,38 ± 0,49 hari. Hilangnya demam pada pasien yang menggunakan kloramfenikol adalah pada hari ke 2,41 ± 0,68 dan pasien yang  menggunakan  seftriakson adalah pada hari ke  1,98 ± 0,28.Analisis  efektivitas  pengobatan  demam  tifoid  anak menunjukkan bahwa seftriakson mempunyai efektivitas pengobatan yang lebih baik   dibandingkan   dengan   pengobatan   demam   tifoid   anak   menggunakan kloramfenikol

    GAMBARAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE GYSSENS DI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) H. ABDUL MOELOEK TAHUN 2015

    Get PDF
    Latar Belakang: Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Etiologi pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia, hal ini berdampak kepada antibiotik yang akan diberikan. Gyssens mengembangkan evaluasi penggunaan antibiotik untuk menilai ketepatan penggunaan antibiotik yang meliputi ketepatan indikasi, ketepatan pemilihan berdasarkan efektivitas, toksisitas, harga dan spektrum, lama pemberian, dosis, interval, rute dan waktu pemberian.Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui gambaran penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia dengan menggunakan metode gyssens di Instalasi Rawat Inap RSUD H Abdul Moeloek tahun 2015.Metode Penelitian: Non eksperimental dengan rancangan penelitian secara deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah pasien dengan diagnosa pneumonia yang menjalani rawat inap dalam catatan rekam medik selama tahun 2015 di RSUD Abdul Moeloek sebnayak 108 orang, sampel sebanyak 85 orang. Data yang diperoleh dianalisis secara deskripstif non analitik kemudian dibandingkan dengan Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Pneumonia Indonesia tahun 2003Hasil Penelitian: Penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia dengan menggunakan metode gyssens di Instalasi Rawat Inap RSUD H Abdul Moeloek tahun 2015 yang rasional sebesa 44,7%, sedangkan yang tidak rasional adalah sebesar 55,3%.Kesimpulan: Penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia dengan menggunakan metode gyssens di Instalasi Rawat Inap RSUD H Abdul Moeloek tahun 2015 yang rasional sebesa 44,7%, sedangkan yang tidak rasional adalah sebesar 55,3%

    HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI PIL KB DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA SUBUR DI BPS ADE YULIANTI AMd.Keb DESA PARUNGSARI KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN TAHUN 2015

    Get PDF
    Hipertensidijumpaipada 2-4%wanita pemakai pil kontrasepsi, terutama yangmengandung etilestradiol (Zat Steroida yang terkandung dalam hormon estrogen).Kejadianhipertensimeningkatsampai2-3kalilipatsetelah4tahunpenggunaanpilkontrasepsi yangmengandungestrogen.Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan lama pemakaian kontrasepsi pil KB dengankejadian hipertensi pada wanita usia subur di BPS Ade Yulianti AMd.Keb Desa ParungsariKabupaten Lebak Provinsi Banten tahun 2015.Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.Populasi adalah akseptor Pil KB di BPS Ade Yulianti AMd.Keb Desa Parungsari KabupatenLebak Provinsi Banten sebanyak 175 orang, sampel diambil sebanyak 122 orang. Analisis datayang digunakan adalah uji chi square.Hasil Penelitian: Sebagian besar lama pemakaian kontrasepsi pil KB pada wanita usia subur diBPS Ade Yulianti AMd.Keb Desa Parungsari Kabupaten Lebak Provinsi Banten tahun 2015adalah ≤ 2 tahun yaitu sebanyak 62 orang (50,8%). Kejadian hipertensi pada wanita usia suburdi BPS Ade Yulianti AMd.Keb Desa Parungsari Kabupaten Lebak Provinsi Banten tahun 2015sebanyak 45 orang (36,9%). Ada hubungan lama pemakaian kontrasepsi pil KB dengankejadian hipertensi pada Wanita Usia Subur di BPS Ade Yulianti AMd.Keb Desa ParungsariKabupaten Lebak Provinsi Banten tahun 2015 dengan p-value = 0,000 dan OR = 7,280.Kesimpulan: Ada hubungan lama pemakaian kontrasepsi pil KB dengan kejadian hipertensipada Wanita Usia Subur di BPS Ade Yulianti AMd.Keb Desa Parungsari Kabupaten LebakProvinsi Banten tahun 2015Kata Kunci

    HUBUNGAN STATUS ANTROPOMETRI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA SISWI KELAS II MADRASAH ALIYAH DI PERGURUAN DINIYYAH PUTRI KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2014

    Get PDF
    Latar Belakang: Salah satu indikator untuk melihat status gizi remaja adalah pengukuran tidak langsungmenggunakan status antropometri untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi, ketidakseimbangan initerlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Memahamistatus antropometri penting karena dapat menggambarkan kondisi suplai asupan dan kebutuhan gizi.Tujuan penelitian: Untuk mengetahui hubungan status antropometri dengan kadar hemoglobin pada siswi kelas IIMadrasah Aliyah di Perguruan Diniyyah Putri Kabupaten Pesawaran tahun 2014.Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah analitik korelatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional.Populasi penelitian adalah seluruh siswi kelas II Madrasah Aliyah di Perguruan Diniyyah Putri Kabupaten Pesawaransebesar 66 orang dengan sampel 66 responden. Analisis data bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah chiSquare dengan uji kemaknaan 95%Hasil Penelitian: Status antropometri termasuk dalam kategori kurang baik yaitu sebanyak 34 orang (51,5%) danyang mengalami anemia sebanyak 40 orang (60,6%). Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan status antropometridengan kadar hemoglobin pada siswi kelas II Madrasah Aliyah di Perguruan Diniyyah Putri Kabupaten Pesawaran tahun2014 dengan p-value = 0,000 dan OR = 4,000.Kesimpulan: Ada hubungan status antropometri dengan kadar hemoglobin pada siswi kelas II Madrasah Aliyah diPerguruan Diniyyah Putri Kabupaten Pesawaran tahun 2014

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TER HADAP KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI FILARIASIS DIKABUPATEN BOGOR

    Get PDF
    Filariasis (penyakit kaki gajah) adalahpenyakit penular yang disebabkan cacingfilaria yang ditularkan oleh berbagai jenisnyamuk. Penyakit ini bersifat kronik(menahun) dan bila tidak mendapatkanpengobatan menimbulkan cacat menetapberupa pembesaran kaki, lengan dan alatkelamin. Salah satu cara mencegah filariasisadalah dengan cara mengkonsumsi obat DEC3 butir dan 1 butir albendazol setiap tahun.Keefektifan program sangat tergantung padasikap dan prilaku yang menunjukkankepatuhan masyarakat dalam minum obattersebut. Penelitian ini berjutuan untukmengetahui faktor-faktor yang mempengaruhisikap dan prilaku masyarakat terhadapkepatuhan minum obat anti filariasis diKabupaten Bogor Desa Bojong Gede dalamkepatuhan kepatuhan mengkomsi obat AbtiFilaria, sedangkan tujuan khususnya adalahuntuk mengetahui faktor pendidikan,pendapatan, dan penegetahuan. Penelitian inimenggunakan desain crossectional denganpendekatan kuantitatif dan bersifatretrospektif. Jumlah sampel 65 orang (33 lakilakidan 32 perempuan). Teknik pengambilansampel dengan menggunakan total sampling.Analisis data yang dilakukan yang dilakukanadalah univariat, dan bivariat menggunakanperson correlation, sperman correlation danchi square. Berdasarkan hasil univariat diketahui bahwa responden perempuan (49,2%),Dewasa sebesar (69,2%), BerpendidikanMenengah sebesar (50,8%), Berpendapatancukup sebesar (24,6%), dan berpengetahuancukup sebesar (56,9%). Hasil bivariatmenunjukkan bahwa tidak ada faktor yangberpengaruh terhadap sikap dan prilaku.Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankanuntuk masyarakat rw 02 Kabupaten BogorDesa Bojong Gede agar mengubah waktu danpelaksaan program, serta lebih memperluaspendidikan kesehatan kesemua kelompokumur

    GAMBARAN PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID SISTEMIK JANGKA PANJANG TERHADAP KEJADIAN KATARAK DI POLI MATA RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG

    Get PDF
    Kortikosteroid merupakan anti inflamasi yang identik dengan kortisol, hormon steroid alami pada manusia yang disintesin dan disekresi oleh korteks adrenal.Efek samping dari terapi kortikosteroid ini baik kortikosteroid topikal maupun sistemik dapat timbul akibat pemberian yang terus menerus terutama dalam dosis yang besar diantaranya seperti osteoporosis, katarak, gejala Cushingoid, dan gangguan kadar gula darah. Penelitian ini bertujuan mengetahui distribusi frekuensi pasien katarak yang memiliki riwayat penggunaan Kortikosteroid sistemik jangka panjang di Poli Mata Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung Februari 2016.Jenis penelitian ini menggunakan metode survey descriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 127 diambil menggunakan proportional random sampling.Hasil penelitian pada distribusi frekuensi karakteristik responden didapatkan (7,10%) responden mengalami jenis katarak Trauma, (18,9 %) responden mengalami jenis katarak yang disebabkan oleh Diabetes Melitus, (0,7 %) responden megalami katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jenis steroid, (73,3 %) responden mengalami jenis katarak yang lainnya. (31,5 %) responden menggunakan kortikosteroid, (68,5 %) responden tidak menggunakan kortikosteroid. (97,5 %). Kesimpulan: Walaupun hanya 31,5% yang menggunakan terapi kortikosteroid pada pasien katarak hal ini harus tetap diperhatikan oleh para klinisi dalam pengelolaan pasien pemakai terapi kortikosteroid jangkan panjang

    HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KADAR HEMOGLOBIN TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN ANGKATAN 2014 UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG

    Get PDF
    Latar Belakang : Tumbuh kembang anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitasdan kuantitas yang baik serta benar. Sarapan adalah suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum melakukan aktivitasbelajar mengajar. Tanpa sarapan seseorang akan mengalami hipoglikemia atau kadar glukosa di bawah normal.Hipoglikemia mengakibatkan susah berkonsentrasi dalam belajar. Itu semua karena kekurangan glukosa yang merupakansumber energi bagi otak. Seseorang yang mempunyai kadar hemoglobin di dalam darah lebih rendah dari nilai normal,menyebabkan gangguan dalam berkonsentrasi. Untuk bisa mempertahankan daya ingat maupun kemampuanberkonsentrasi diperlukan energi yang tersedia dalam tubuh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungankebiasaan sarapan pagi dan kadar hemoglobin terhadap konsentrasi belajar pada mahasiswi program studi kedokteranangkatan 2014 universitas malahayati bandar lampung.Metode : Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Subjek berjumlah 146 responden pengukuran kadarhemoglobin menggunakan easy touch nesco GHb dan pengukuran konsentrasi menggunakan tes Wechsler AdultIntelligence Scale (WAIS) . Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Maret 2015. Analisis data menggunakan ujiSpearman dengan program SPSS versi 16.00.Hasil : Responden dengan katakteristik sarapan pagi tertinggi sebanyak 57 orang (39,0%), karakteristik kadarhemoglobin rendah paling banyak 84 orang (57,5%), konsentrasi belajar kurang paling banyak 81 orang (51,5%). Hasil ujiChi-square didapatkan ada hubungan antara kebiasaan sarapan pagi (p = 0,000) dan kadar hemoglobin (p = 0,000)terhadap konsentrasi belajar.Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan pagi (p = 0,000) dan kadar hemoglobin(p = 0,000) terhadap konsentrasi belajar pada mahasiswi program studi kedokteran angkatan 2014 universitas malahayatibandar lampung

    Gambaran Klinis Pasien Apendisitis Akut dengan Menggunakan Penilaian Tzanakis Skor dan Alvarado Skor di RSUD DR H Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2014

    Get PDF
    Kejadian apendisitis di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung pada tahun 2014 setiap bulannya termasuk 10 penyakit tersering.Masalah baru muncul ketika nyeri tekan perut kanan bawah tidak memastikan adanya apendisitis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran klinis pasien apendisitis akut menggunakan penilaian Tzanakis skor dan Alvarado skor di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2014. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan retrospektif menggunakan studi rekam medik. Populasi adalah seluruh data pasien apendisitis di ruang rawat inap bedah Mawar dan Kutilang RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2014 sebanyak 94 orang. Analisis data menggunakan analisis univariat dengan menggunakan tabel dalam penyajian data. Hasil penelitian terdapat 76 pasien yang memenuhi kriteria untuk dimasukkan dalam penelitian. Dari 76 pasien tersebut didapatkan gambaran klinis apendisitis akut berdasarkan Tzanakis skor yaitu USG (60.53%), nyeri kuadran kanan bawah(100%), nyeri lepas kuadran kanan bawah(40.79%), dan leukosit >12.000mm3(52.63%). Alvarado skor yaitu nyeri berpindah di kuadran kanan bawah(11.84%), anoreksia(86.84%), mual dan muntah(48.68%), nyeri kuadran kanan bawah(100%), nyeri lepas kuadran kanan bawah(40.79%), peninggian suhu 37.5°C-38°C(30.26%), leukositosis(68.42%), pergeseran sel darah putih ke kiri(65.79%)

    PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK PENDERITA RHEUMATOID ARTHRITIS DI BAGIAN PENYAKIT DALAM RSUD Dr. H. ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

    Get PDF
    Rheumatoid arthritis merupakan salah satu penyakit sendi akibat gangguan autoimun sistemik, dan merupakan penyakit sendi kedua tersering setelahosteoarthritis. Prevalensi rheumatoid arthritis meningkat di usia pertengahan dekade 4 sampai 5. Rheumatoid arthritis lebih sering menyerang wanita dari pada pria.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi prevalensi dan karakteristik penderita rheumatoid arthritis di Bagian Penyakit Dalam RSUD Dr.H.Abdoel Moeloek Bandar Lampung Periode Juni – Desember 2010Jenis penelitian ini survei desktiptif secara retrospektif, penelitian ini dilakukan di Bagian Rekam Medik RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung Periode Juni – Desember 2010 Sampel penelitian ini adalah semua pasien rheumatoid arthritis yang tercatat di rekam medik rawat jalan yang berjumlah 127 orangPrevalensi rheumatoid arthritis di Bagian Penyakit Dalam RSUD Dr.H.Abdoel Moeloek Bandar Lampung sebesar 12.5%. Karakteristik penderita rheumatoid arthritis mayoritas terdapat pada kelompok umur 44 – 50 tahun (29,1%), kebanyakan berjenis kelamin perempuan (72,4%) lebih banyak terkena dari pada laki-laki (27,6%). Nyeri sendi merupakan keluhan utama (63,0%)

    Pengaruh Pemberian Calcitriol terhadap Kadar Limfosit pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar Jantan yang Dipapar Asap Rokok

    Get PDF
    The health impact for active and passive smokers is damage to the organs and respiratory tract. The body organs initially experience inflammation which increases the number of white blood cells, one of which is an increase in lymphocytes. One of the efforts to reduce the damage caused free radical by cigarette smoke is by consuming Calcitriol. Objective: To determine the effect of presenting Calcitriol on lymphocyte levels in male Wistar rats (Rattus norvegicus) exposed to cigarette smoke. Methods: This type of research is a pure experimental (true-experiment) using a pre and post-test research design with a control group design to check lymphocyte levels in male Wistar rats (Rattus norvegicus). 24 rats were divided into 6 groups simultaneously. Random, namely the control group 1 (exposed to cigarette smoke and not given Calcitriol), group 2 (exposed to cigarette smoke and not given Calcitriol), placebo control group (exposed to cigarette smoke and given olive oil), treatment 1 (exposed to cigarette smoke and given Calcitriol with a dose of 0.25 µgr / head), treatment 2 (exposed to cigarette smoke and given Calcitriol at a dose of 0.5 µgr / head) and treatment 3 (exposed to cigarette smoke and given Calcitriol at a dose of 1 µgr / head). Results: Paired t-test lymphocyte levels showed evidence that stated (p <0.05) in the K2 group (p = 0.014), the K3 group (p = 0.049), the P1 group (p = 0.012) and the P3 group (0.001) . Meanwhile, group K1 (p = 0.115) and group P2 (p = 0.066) had no statistical difference. Conclusion: Calcitriol administration can reduce lymphocyte levels in male Wistar rats exposed to cigarette smoke
    corecore