7 research outputs found

    Rekonstruksi Etnoteknologi Noken Kulit Pohon oleh Suku Yali di Kampung Hubakma Kabupaten Yalimo

    Full text link
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis pohon yang kulitnya dimanfaatkan sebagai bahan anyaman noken serta merekonstruksi proses pembuatannya. Metode deskriptif dengan teknik observasi lapangan dan wawancara semi struktural digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 7 jenis pohon yang kulitnya dimanfaatkan sebagai bahan anyaman noken yaitu: Ficus arfakensis, Ficus copyosa, Artocarpus altilis, Ficus elastica, Ficus sp., Gnetum gnemon dan Pipturus argenteus. Rekonstruksi pembuatan noken dimulai dari pengambilan bahan baku, pengupasan kulit, penjemuran serat, perendaman, pemisahan dan pemintalan serat, sampai pada penganyaman dan pewarnaan noken, serta pemasaran. Transfer pengetahuan menganyam noken hanya terjadi pada kaum perempuan saja yaitu dari ibu kepada anak-anak perempuan. Salah satu kegiatan konservasi jenis pohon bahan baku noken yang dilakukan oleh masyarakat suku Yali adalah dengan membudidayakannya jenis-jenis tersebut

    Variasi Nilai Total Estimasi Biomasa dan Nekromasa pada Beberapa Tipe Hutan di Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat

    Full text link
    Tujuan dari Penelitian ini adalah mengestimasi jumlah biomasa tumbuhan hidup dan nekromasa tumbuhan dan sisa bahan organik tumbuhan yang telah mati pada beberapa tipe tutupan lahan dan membandingkan jumlah biomasa dan nekromasa dari beberapa tipe tutupan lahan tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode quantitatif dengan mengukur berbagai sampel biomasa dan nekromasa pada beberapa tipe hutan. Hasil penelitian memperlihatkan nilai total estimasi biomasa tegakan dan karbon tertinggi pada hutan primer Gunung Meja dengan nilai biomasa tegakan 650 ton/Ha dan karbon tersimpan sebesar 299 ton/Ha. Sementara nilai akumulasi terendah diperoleh pada hutan bekas perladangan Sowi Gunung. Nilai nekromasa serasah tertinggi diperoleh pada hutan sekunder tua Aipiri sebesar 7,33 Mg h-1, sementara nekromasa serasah terendah diperoleh di hutan Sowi Gunung sebesar 1,5 Mg h-1. Nilai nekromasa dan karbon dari sisa kayu mati dan tunggak tertinggi diperoleh pada hutan sekunder tua Aipiri masing-masing sebesar 23,5 ton/Ha dan 10,81 ton/Ha. Sementara nilai terendah diperoleh pada hutan primer Gunung Meja 14,1 ton/Ha dan 6,486 ton/Ha. Tingginya variasi tersebut mengindikasikan perbedaan  tipe hutan, tingkat kerapatan tegakan, tutupan hutan, rata-rata suhu dan kelembaban, intensitas cahaya. &nbsp

    Pemanfaatan dan Bentuk Pengolahan Kulit Kayu Berbasis Pengetahuan Lokal dan Identitas Budaya Masyarakat Maybrat

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan informasi terkait pemanfaatan sumber daya hutan terutama komponen kulit vegetasi hutan untuk kebutuhan harian masyarakat melalui pengolahan kerajinan tangan di Kampung Ainot, Kabupten Maybrat. Untuk mendapatkan data, diskusi dan wawancara dilakukan dengan responden yang dipilih, sementara bentuk pengolahan dan teknis pengerjaannya diobservasi secara langsung di lapangan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat tiga jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Kampung Ainot antara lain: Gnetum gnemon L., Kleinhovia hospita dan Trichospermum sp. Selanjutnya dari jenis-jenis ini dianyam dan menghasilkan produk anyaman seperti noken (yu), topi (way tau), koba (am) tanggu (seff) dan benang jahit. Sejauh ini belum ada upaya konservasi jenis-jenis tersebut dikarenakan jumlahnya yang masih cukup banyak dan intensitas pengambilannya yang masih rendah

    Struktur dan Komposisi Vegetasi Riparian pada Habitat Ikan Pelangi Arfak (Melanotaenia Arfakensis, Allen 1990) di Sungai Nimbai dan Aimasi Prafi Manokwari

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe vegetasi riparian, struktur dan komposisinya sebagai habitat ikan pelangi arfak di sekitar sungai Nimbai and Aimasi daerah Prafi Manokwari. Data vegetasi diambil pada 8 lokasi dengan metode pengambilan data melalui desain plot sebanyak 5 di sepanjang sisi sungai Nimbai dan 3 sepanjang sisi sungai Aimasi melalui pengamatan tegakan semai, pancang, tiang dan pohon. Pada tingkatan semai dibuat plot dengan ukuran 4 m2, pancang dengan plot ukuran 25 m2, pancang dengan plot ukuran 100 m2, serta tingkat pohon dengan plot ukuran 400 m2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sungai Nimbai, terdapat sebaran vegetasi riparian di sisi sungai, terutama pada bangian tengah dan hulu yang mana masih dalam kondisi baik, sementara pada bagian hilir cenderung mulai mengalami Perubahan yang disebabkan oleh kegiatan kelapa sawit, pertanian dan pembukaan lahan, serta pemukiman. Sebaliknya, kondisi vegetasi riparian terlihat dalam kondisi baik pada sisi sungai Aimasi. Tutupan vegetasi jenis riparian disekitar sungai Nimbai didominasi oleh tipe hutan sekunder tua, semak dan jenis rumput-rumputan. Sementara tutupan vegetasi pada sungai Aimasi dominan adalah hutan primer dan sebagian berupa hutan sekunder muda. Selanjutnya perlu adanya upaya revegetasi disekitar hutan Nimbai terutama pada daerah hilir

    Daya Dukung Jasa Ekosistem Penyedia Air dan Pangan di Kawasan Hutan Tuwanwowi Kabupaten Manokwari

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekosistem hutan di kawasan Tuwanwowi guna mendukung jasa ekosistem sebagai penyedia air dan sumber pangan bagi kehidupan masyarakat disekitarnya. Metode yang digunakan yaitu metode kuantitatif dan teknik wawancara guna menghimpun informasi. Analisis ketersediaan air dilakukan dengan menggunakan metode koefisien limpasan, sementara identifikasi status daya dukung lahan dilakukan dengan membandingkan SL dan DL dari hasil perhitungan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ketersediaan lahan (SL) sebesar 1.568,8 ha sedangkan nilai kebutuhan lahan (DL) adalah 35,442 ha yang berarti nilai SL < DL dan daya dukung lahan dinyatakan surplus atau melimpah. ketersediaan air (SA) yang tersimpan mencapai 48.621.821,78 m3/tahun dan kebutuhan air (DA) sebesar 7.241,8 jiwa m3/tahun yang mana mengindikasikan bahwa kebutuhan akan lahan di kampung Somi dan Wasai lebih kecil dari ketersediaan lahan

    Pattern of tree diversity in lowland tropical forest in Nikiwar, West Papua, Indonesia

    No full text
    Trees are significant components of ecosystems built by several widespread species. For instance, Papua forest is known to comprise abiotic and biotic elements. Also, certain plants have grown in popu- larity to a point where they are discovered almost everywhere. The purpose of this study, therefore, was to investigate tree diversity, distribution, and the importance of conservation. Data were collected in four locations using a total of 24 sample plots spread across Idoor, Karst, Persemaian, and Torembi, where seven, four, seven, and five plots were allocated, respectively. These forests formed a mixed natural plantation comprising 76 species from 35 families. Furthermore, Idoor and Karst generated the highest species diver- sity and varied significantly compared to Persemaian, while Torembi showed similarities with the other three locations. This condition formed three ecosystem communities across Persemaian, Karst, Idoor, and Torembi. Also, the composition of the dominant species showed variations at the seedling and sapling levels believed to structure the understory, while the pole and tree levels characterized the overstory. The total species status was described as critically endangered (CR) of two species, vulnerable (VU) of six species, least con- cern (LC) of 28 species, and data deficient (DD) species. Therefore, location management is advised to not only pay significant attention in terms of economic benefits but also ecological, including the provisions for ex-situ and in-situ conservation to support sustainable forest management
    corecore