33 research outputs found
PENGENALAN TEKNIK PEMELIHARAAN DAN MANFAAT JAMBU KRISTAL DI DESA MEKAR JAYA, KECAMATAN BANJARAN, KABUPATEN BANDUNG
Konsumsi buah-buahan sangat dianjurkan untuk peningkatan gizi masyarakat dan ketahanan tubuh. Namun demikian kemampuan untuk membeli buah-buahan masih terbatas karena pada umumnya masyarakat lebih mementingkan untuk membeli kebutuhan pokok. Ditengah masa endemi ini, diperlukan daya tahan tubuh yang tinggi agar tidak sakit, salah satunya melalui asupan buah dengan kandungan vitamin C yang tinggi. Melalui penanaman jambu kristal dan dipelihara dengan baik di pekarangan rumah masyarakat, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi (khususnya vitamin C) secara mandiri tanpa membeli. Dipilihnya Kampung Empel, Desa Mekar Jaya, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung karena merupakan daerah yang cocok untuk ditanami jambu kristal dan masyarakatnya mempunyai pekarangan yang luas. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) ini adalah penjajagan, penyuluhan, pendampingan dan evaluasi. Materi yang diberikan saat penyuluhan adalah pemeliharaan tanaman jambu kristal dan manfaatnya untuk kesehatan. Kegiatan yang dilakukan adalah persiapan bibit jambu kristal, penanaman jambu kristal di halaman dan pemeliharaan jambu kristal. Hasil dari kegiatan ini adalah masyarakat lebih mengenal pemeliharaan jambu kristal dan manfaat buah jambu kristal serta peningkatan minat masyarakat untuk meningkatkan gizi dan daya tahan tubuh melalui konsumsi jambu kristal, mengingat masa pandemi covid saat itu. Kegiatan penyuluhan ini berdampak positif terhadap prospek dan minat untuk menanam jambu kristal di pekarangan rumah
RESPONS BIBIT BATANG BAWAH KEMIRI SUNAN TERHADAP CAMPURAN MEDIA TANAM SUBSOIL DAN BIOCHAR
Bibit batang bawah dengan karakteristik yang baik sebagai komponen dalam perbanyakan kemiri sunan secara grafting dipengaruhi oleh media tanam pembibitan. Ketersediaan topsoil sebagai media tanam pembibitan semakin menipis sehingga diharapkan campuran subsoil dan biochar dapat menjadi alternatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons bibit batang bawah kemiri sunan terhadap campuran media tanam subsoil dan biochar sebagai alternatif media tanam pembibitan. Percobaan dilakukan di Rumah Percobaan Laboratorium Kultur Terkendali Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari 9 perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan campuran media tanam subsoil dan biochar terdiri dari 2 jenis biochar, yaitu biochar sekam padi dan biochar tempurung kelapa. Biochar diaplikasikan pada 3 taraf dosis: 25 g/polibag, 50 g/polibag, dan 75 g/polibag. Campuran media tanam subsoil dan biochar sekam padi dengan dosis 50 g/polibag menunjukkan respon bibit batang bawah kemiri sunan yang cenderung baik pada terhadap tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun
RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN KOMBINASI KULTIVAR JARAK PAGAR DENGAN DOSIS MIKORIZA TERBAIK DAN KONSENTRASI SITOKININ DI DATARAN MEDIUM
The current condition is a lot of the transfer of agricultural land functions into housing and industry. Utilization of marginal land is one of the important solutions to be done. One type of marginal soil is inceptisol, with limiting factors for low soil chemical fertility, especially the element P. The element P can become available for plants with the help of AMF. To reveal the performance of plant growth through the combination of three Jatropha cultivars with the best dose of arbuscular mycorrhizal fungi and cytokinin concentrations on plant photosynthesis results in two different locations. The experiment starts from January 2019 until June 2019 at an altitude of 0-50 meters above sea level (lowlands) and altitudes from 750 to 850 meters above sea level. The combined trial evaluated jatropha cultivar and the best arbuscular mycorrhizal fungi dose and repeated cytokinin concentrations three times. The results of the experimentshowed that there was a significant effect on each treatment and the interaction between the treatments with the best results was the concentration of cytokinin 400 mg L-1 for plant height growth variables, and the concentration of cytokinin 300 mg L-1 for the variable chlorophyll content of leaves, number of leaves, whereas cytokinin concentration 100 mg L-1 for stomatal conduction activity
Pengaruh Aplikasi Bacillus sp. dan Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
Salah satu upaya untuk mewujudkan pertanaman kelapa sawit secara berkelanjutan adalah dengan penggunaan bakteri menguntungkan dan pupuk organik berbahan baku tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh bakteri Bacillus sp. dan TKKS terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran dari bulan Februari sampai dengan Agustus 2022. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan sembilan perlakuan yang diulang tiga kali dan setiap unit percobaan terdiri atas dua tanaman. Perlakuan yang diuji meliputi aplikasi A = 12,5 g pupuk NPK, B = 25 ml Bacillus sp., C = 150 g kompos TKKS, D = 25 ml Bacillus sp. + 100 g kompos TKKS, E = 25 ml Bacillus sp. + 150 g kompos TKKS, F = 25 ml Bacillus sp. + 200 g kompos TKKS, G = 35 ml Bacillus sp. + 100 g kompos TKKS, H = 35 ml Bacillus sp. + 150 g kompos TKKS, dan I = 35 ml Bacillus sp. + 200 g kompos TKKS per tanaman pada bibit kelapa sawit yang ditanam pada polybag. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemberian 25 mL Bacillus sp. yang diberikan bersamaan dengan aplikasi 150 g – 200 g kompos TKKS per tanaman di pembibitan awal (pre nursery) dan awal pembibitan utama (main nursery) menghasilkan kandungan klorofil daun bibit kelapa sawit tertinggi. Pemberian bakteri menguntungkan Bacillus sp. dan TKKS secara tunggal atau kombinasi berpengaruh sama baiknya dengan pupuk NPK terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit
Pengaruh Pupuk Kompos Kulit Buah Kakao Dan Pupuk Tablet Terhadap Produksi Kakao (Theobroma cacao L.)
Cocoa is one of the estate crop whose role is quite important for the national economy, particularly as a provider of employment, income and foreign exchange. The high export opportunities of cocoa beans has not been followed by the production of cocoa beans in Indonesian. The production of dried cacao beans in Indonesia is still low. The low productivity of seeds generally caused by Cherelle wilt of cacao. Wilting occurs due to inability of the cherelle to compete with the other cherelle in absorbing nutrients. Fertilization is an effort to maintain and fulfill the nutrients in the plants. This research is aimed to assess the effect of fertilization using cocoa pod husk and NPK tablets fertilization on cocoa crop yields. This experiment was conducted at PT. PP. Bajabang Indonesia, Cipeundeuy, West Bandung regency from December 2016 to March 2017. The experiment was conducted using a Simple Randomized Block Design that consists 10 treatments: control, single N, P, K fertilizer 297 g/tree, cocoa pod husk 9 kg/tree, cocoa pod husk 9 kg/tree + single N, P, K fertilizer 297 g/tree, cocoa pod husk 18 kg/tree + single N, P, K fertilizer 297 g/tree, cocoa pod husk 9 kg/tree + NPK tablet fertilizer 20 tablets/tree, NPK tablet fertilizer 20 tablets/tree, cocoa pod husk 9 kg/tree + NPK tablet fertilizer 10 tablets/tree, cocoa pod husk 18 kg/tree + NPK tablet fertilizer 20 tablets/ tree, cocoa pod husk 18 kg/ tree + NPK tablet fertilizer 10 tablets/tree. The result of experiment showed that there was an influence of cocoa pod husk and NPK tablet fertilizer on cocoa fruit weight at 12 MSP, that is cocoa pod husk 9 kg/tree + NPK tablet fertilizer 20 tablets/tree. Number of cherelle wilted at 12 MSP with cocoa pod husk 9 kg/tree + NPK tablet fertilizer 20 tablets/tree
Respons Pertumbuhan Bibit Setek Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Klon Gmb 7 pada Berbagai Interval Penyiraman
Cekaman kekeringan pada bibit teh dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat hingga kematian tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan bibit teh terhadap cekaman kekeringan dan mencari interval penyiraman yang ideal bagi pertumbuhan bibit teh. Penelitian dilaksanakan di Pusat Penelitian Teh dan Kina, Gambung Jawa Barat berada pada ketinggian ±1.350 m di atas permukaan laut (dpl) mulai Januari sampai Maret 2020. Bibit setek teh klon GMB 7 umur 6 bulan diberi perlakuan penyiraman dengan interval 0, 1, 3, 5, 7 dan 9 hari ditambah perlakuan tanpa penyiraman dan aplikasi kitosan sebagai anti-transpirant. Hasil yang didapat setelah hari ke-57, interval penyiraman 7 hari sekali memberikan pengaruh nyata dan respons tertinggi terhadap luas daun, indeks luas daun dan bobot kering tajuk, namun tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang. Penyiraman pada semua interval yang berbeda dan perlakuan kitosan menunjukkan nilai jumlah daun, root shoot ratio dan pengurangan daun yang lebih tinggi dibanding tanpa penyiraman. Berdasarkan analisis regresi non linear, kecenderungan penurunan root shoot ratio, bobot kering tajuk, jumlah dan luas daun mulai terjadi setelah mencapai titik optimumnya pada interval penyiraman 6 hari sekali. Oleh karena itu, penyiraman 6 hari sekali merupakan interval ideal untuk mempertahankan pertumbuhan bibit teh klon GMB7 pada kondisi cekaman kekeringan saat proses adaptasi
Oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) shaded model at immature stage II and application of arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) on growth and yields of soybean (Glycine max (L.) Merrill
The practice of intercropping soybeans among oil palm trees is an approach used to optimize plantation land. Oil palm
(OP) at the second immature stage (IS-2) or the age of 2 years provides shade of around 40%. This research aimed
to observe soybean growth and yields under shade conditions close to those of oil palm shading conditions at IS-2
and to determine the optimal dosage of Arbuscular Mycorrhizal Fungi (AMF) to apply to the soybeans. The shade
intensity treatment used artificial shading nets close to actual shade intensity in OP plantation, i.e., 40% shading. The
experiment was conducted at the Experimental Station, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran, from October
2019 to January 2020. The experimental design used was a split-plot design with shade intensity as the main plots (0
and 40%) and AMF dosage as subplots, consisting of six treatments of 0, 2, 4, 6, 8, and 10 g/plant, with each treatment
repeated four times. The results showed that at 10 weeks after planting, the interaction effect of 40% shade intensity
with a dosage of 10 g AMF per plant resulted in the highest chlorophyll index. Independently, the AMF dosage of 10
g per plant produced the maximum plant height, number of productive branches, dry weight of plants, and number
of seeds per pod
Characteristics of The Three Cultivar Physiological Growth of Jatropha curcass L. in Two Different Locations Based on Topography
The purpose of this study was to reveal the sensitivity of cross-location based on topography by giving different FMA consortiums to physiological growth characteristics in three Jatropha curcass L. cultivars. Based on these objectives, the nature of this research is verification. Experiments were carried out in two different places based on topography. The trial time starts from November 2017 to May 2018. Experiments A simple randomized block design (RBD) pattern consisting of fifteen treatment combinations is repeated twice. The experimental results showed that the dose of 10 gr FMA consortium (glomus sp., Acaulospora sp., Gigaspora sp.). With the same spore density gave the best performance of Jatropha plant growth in two different locations based on topography. Observation of chlorophyll content in leaves (age 21, 63, 21 DAP in two locations), plant height (age 21, 63, 21 DAP in two locations), stem diameter (age 21, 63, 21 DAP in two locations) and number of branches secondary (age 21 DAP in two locations) there was a significant effect on the single factor of giving the FMA consortium but there was no interaction between location and treatment
Respons Pertumbuhan Tanaman Kopi Robusta (Coffea robusta L.) Tercekam Aluminium di Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara Bervegetasi Sengon (Periode El Nino)
ABSTRACTResponse on plant growth of Robusta coffee (Coffea robusta L.) to aluminum stress in reclamation of coal mines vegetated sengon (El Nino period)Reclamation of coal mines commonly has low fertility rates with high aluminum saturation. Aluminum stress could be negative impact on plants that are not tolerant, can cause toxicity and inhibition of plant growth. This research in order to determine the effect of aluminum stress on plant growth of robusta coffee in reclamation of coal mines vegetated sengon. Stress aluminum effect on plant growth of Robusta coffee in reclamation is shown on parameter of plant height, stem diameter, leaf area, shoot dry weight, root length are lower than Robusta coffee plants in nurseries (control), and parameter of volume root, root dry weight are higher than the control. The content of aluminum (Al) in leaves of coffee plant in reclamation (117.7 ppm) is higher than control (26.1 ppm). Based on roots observation do not shown symptom of inhibition or toxicity of aluminum stress, and result of analysis of Al content in the roots is 25 ppm belongs to category is low( < 60 ppm), then the Robusta coffee plant belongs to the category tolerant to aluminum stress in reclamation of coal mines vegetated sengon.Keywords: Coffee, Stress, Aluminum (Al), Roots, ReclamationABSTRAKLahan reklamasi bekas tambang batubara umumnya memiliki tingkat kesuburan rendah dengan kejenuhan aluminium tinggi. Cekaman aluminium berdampak negatif bagi tanaman yang tidak toleran dan dapat menimbulkan toksisitas sehingga mengakibatkan penghambatan pertumbuhan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cekaman aluminium terhadap pertumbuhan tanaman kopi robusta pada lahan reklamasi bekas tambang batubara bervegetasi sengon. Hasil penelitian memperlihatkan cekaman aluminium di lahan reklamasi bekas tambang batubara bervegetasi sengon berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kopi Robusta, yang ditunjukkan pada parameter tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, bobot kering pupus, panjang akar yang lebih rendah dibandingkan tanaman kopi Robusta di nurseri (kontrol), dan parameter volume akar, bobot kering akar yang lebih tinggi dibandingkan kontrol. Kandungan aluminium (Al) di daun pada lahan reklamasi lebih tinggi (117,7 ppm) dibandingkan kontrol (26,1 ppm). Berdasarkan pengamatan akar pada tanaman kopi di lahan reklamasi, tidak terlihat gejala penghambatan atau toksisitas akibat cekaman Al, dan hasil pengujian kandungan Al di akar adalah 25 ppm, termasuk kategori rendah (< 60 ppm), maka tanaman kopi Robusta termasuk kategori toleran terhadap cekaman aluminium yang terdapat di lahan reklamsi bekas tambang batubara bervegetasi sengon.Kata kunci : Kopi, Cekaman, Aluminium (Al), Akar, Lahan reklamas
PERTUMBUHAN TANAMAN KELAPA (Cocos nucifera L.) DENGAN PEMBERIAN AIR KELAPA
Di Indonesia sebagian besar perkebunan kelapa merupakan perkebunan rakyat dimana teknik budidaya yang diterapkan belum diperhatikan dengan baik yang menyebabkan produktivitasnya rendah. Penggunaan input misalnya air kelapa sebagai ZPT alami diharapkan dapat menjadi teknologi yang bermanfaat dalam mengembangkan salah satu aspek teknik budidaya dalam pengelolaan tanaman kelapa. Air kelapa mengandung banyak bahan mineral dan hormon sitokinin dan auksin yang dapat membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air kelapa muda terhadap pertumbuhan tanaman kelapa belum menghasilkan (TBM). Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Ciparanje Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor Kabupaten Sumedang pada bulan Maret 2017 – Mei 2017. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan air kelapa yang terdiri dari tiga taraf konsentrasi yaitu A = 100% air kelapa, B = 50% air kelapa + 50% air, C = 100% air yang masing-masing diulang enam kali. Uji lanjut menggunakan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian air kelapa dengan konsentrasi 100% menghasilkan respons terbaik pada pertumbuhan luas daun kelapa pada fase TBM. Air kelapa dengan konsentrasi 50% cenderung menghasilkan peningkatan pertumbuhan tinggi kelapa TBM