27 research outputs found

    Pembuatan Dan Kualitas Karton Dari Campuran Pulp Tandan Kosong Kelapa Sawit Dan Limbah Padat Organik Industri Pulp

    Full text link
    Industri karton skala kecil yang menggunakan bahan baku limbah padat organik industri pulp/kertas (sludge) saat ini mengalami kesulitas kontinuitas pasokan bahan serat lain sebagai campuran limbah padat organik tersebut (khususnya pulp dan kertas bekas). Di lain hal, limbah industri pengolahan minyak kelapa sawit dalam bentuk tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebagai bahan serat berligno-selulosa berlimpah jumlahnya dan belum banyak dimanfaatkan, sehingga berindikasi pemanfaataannya sebagai bahan baku industri karton. Terkait dengan hal tersebut, TKKS sesudah dijadikan serpih, diolah menjadi pulp untuk karton menggunakan proses semi-kimia soda panas tertutup pada ketel pemasak skala semi-pilot hasil rekayasa hasil rekayasa Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (P3KKPHH, Bogor). Rata-rata rendemen pulp TKKS yang diperoleh 60,17%. Lembaran karton dibentuk di industri karton skala kecil, dari campuran pulp TKKS 50% dan limbah padat organik industri kertas 50%; dan dari pulp TKKS 100%, masing-masing dengan penambahan bahan aditif (kaolin 5%, alum 2%, tapioka 4%, dan sizing darih rosin 2%). Sifat fisik dan kekuatan karton asal pulp TKKS 100% dan asal campurannya dengan limbah padat organik industri pulp (50 : 50%) lebih tinggi dari pada karton produksi industri rakyat (dari campuran kertas 50% kertas bekas dan 50% limbah padat organik industri kertas, tetapi tanpa aditif), dan memenuhi kriteria karton komersial. Di samping itu, terdapat kesan visual menarik pada permukaan karton dari campuran pulp TKKS dan limbah padat organik, mengakibatkan sesuai untuk kertas karton indah (kartu undangan, sampul buku, karton hiasan, dsb). Ini mengisyaratkan prospek penggunaan pulp TKKS yang dicampur dengan limbah padat organik industri pulp, sebagai bahan baku alternatif/pengganti campuran limbah padat organik pada industri karton rakyat yaitu kertas bekas

    Pembuatan Karton Skala Industri Kecil Dari Campuran Limbah Pembalakan Kayu Hutan Tanaman Industri Dan Sludge Industri Kertas

    Full text link
    Industri karton skala kecil yang dewasa ini menggunakan bahan baku campuran lumpur padat (sludge) dan kertas bekas mengalami kesulitan mendapatkan kertas bekas tersebut. Di lain hal, limbah pembalakan hutan tanaman industri berlimbah potensinya sehingga disarankan penggunaannya sebagai pengganti kertas bekas untuk campuran sludge tersebut. Terkait dengan hal tersebut, telah dilakukan percobaan pembuatan karton skala industri kecil menggunakan campuran pulp limbah pembalakan tersebut dan sludge industri kertas pada 2 proporsi yaitu 25% : 75% dan 100% : 0%. Pengolahan limbah pembalakan menjadi pulp dilakukan dalam ketel pemasak skala semi pilot dengan kondisi pulping semi-kimia soda pada konsentrasi alkali (NaOH) 14% dan 16%, perbandingan berat limbah dengan larutan pemasak 1:5,5, suhu maksimum pemasakan 120°C selama 3 jam pada tekanan 1,2-1,5 atmosfir. Hasil pulp pada konsentrasi 14% lebih sesuai sebagai campuran sludge ditinjau dari rendemen, konsumsi alkali dan bilangan Kappa. Pembentukan lembaran karton dari campuran tersebut dilakukan di industri karton rakyat (skala kecil), dengan menggunakan aditif yaitu kaolin 5%, tawas (alum sulfat) 2%, perekat tapioka 4% dan rosin soap 2%. Rendemen dan sifat fisik/kekuatan karton dari campuran pulp limbah pembalakan (25%) dan sludge (75%) berikut bahan aditif lebih rendah dari campuran dengan proporsi 100%:0% (ke dua proporsi tersebut menggunakan aditif). Akan tetapi sifat fisik/kekuatan karton dari campuran tersebut (25%:75%) masih lebih baik/tinggi dari pada sifat karton produksi industri rakyat yang menggunakan campuran kertas bekas (50%) dan sludge (50%) tanpa aditif dan banyak memenuhi persyaratan karton komersial. Dengan demikian pulp limbah pembalakan tersebut berprospek cerah sebagai campuran sludge dan sebagai bahan substitusi kertas bekas yang banyak digunakan industri karton rakyat

    Pembuatan dan Kualitas Karton dari Campuran Pulp Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Sludge Industri Kertas

    Full text link
    Industri karton skala kecil saat ini mengalami kesulitan kontinuitas pasokan bahan baku (khususnya pulp dan kertas bekas). Limbah industri pengolahan minyak kelapa sawit dalam bentuk tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebagai bahan serat berligno selulosa berlimpah jumlahnya dan belum banyak dimanfaatkan, sehingga berindikasi pemanfaatannya sebagai bahan baku industri karton.TKKS sesudah dijadikan serpih, diolah menjadi pulp menggunakan proses semikimia soda panas tertutup pada ketel pemasak skala semi-pilot hasil rekayasa Pusat Litbang Hasil Hutan (Bogor) pada kondisi pemasakan: konsentrasi alkali (NaOH) 10%, nilai banding serpih TKKS dengan larutan pemasak 1:5.5, dan waktu pemasakan 2 jam pada suhu maksimum 120oC dan tekanan 1,2 - 1,5 atmosfir. Rata-rata rendemen pulp TKKS yang diperoleh 60,17%, bilangan kappa 38,17, dan konsumsi alkali9,81%. Lembaran karton dibentuk dari campuran pulp TKKS 50% dan sludge industri kertas 50%; dan dari pulp TKKS 100%, masing-masing dengan penambahan bahan aditif (kaolin 5%, alum 2%, tapioca 4%, dan rosin size 2%).Sifat fisik karton asal pulp TKKS 100% dan asal campurannya dengan sludge industri kertas (50%-50%) lebih tinggi dari pada karton produksi industri rakyat (dari campuran kertas bekas 50% dan sludge 50%, (tetapi tanpa bahan aditif). Hal ini mengisyaratkan prospek penggunaan pulp TKKS yang dicampur dengan sludge, sebagai bahan baku altermatif/pengganti pada industri karton yang menggunakan kertas bekas

    Pembuatan Pulp Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Karton Pada Skala USAha Kecil

    Full text link
    Industri karton skala kecil saat ini mengalami kesulitan kontinuitas pasokan bahan baku (khususnya pulp dan kertas bekas). Limbah pengolahan minyak kelapa sawit sebagai bahan serat berlignoselulosa jumlahnya berlimpah, dan sebegitu jauh belum banyak dimanfaatkan, sehingga berindikasi potensial sebagai bahan baku industri karton. Pembuatan pulp tandan kosong kelapa sawit (TKKS) untuk karton dilakukan dengan proses semi-kimia soda panas pada ketel pemasak, dengan kondisi pemasakan TKKS tetap, yaitu konsentrasi soda (NaOH) 10%, perbandingan berat TKKS dengan larutan pemasak 1:5,5, dan suhu maksimum 120C yang dipertahankan selama 2 jam. Ketel ini merupakan bagian peralatan pada pembuatan karton skala kecil. Rendemen pulp TKKS mencapai 60,17%. Lembaran karton dibentuk di industri rakyat dari pulp TKKS 100%, dan dari campurannya dengan kertas bekas dan sludge industri kertas (50%:25%:25%), masing-masing bahan serat tersebut diberi bahan aditif (kaolin 5%, alum 2%, dan perekat tapioka 4%). Rendemen dan sifat kekuatan karton dari campuran bahan serat (pulp TKKS, kertas bekas, dan sludge) sedikit di bawah sifat karton dari pulp TKKS 100%, tetapi masih lebih baik dari pada sifat karton buatan industri rakyat dari campuran kertas bekas - sludge (50%:50%, tanpa aditif); dan sebagian besar memenuhi persyaratan standar karton komersial, kecuali indeks tarik dan indeks sobek. Kekurangan tersebut diharapkan dapat diatasi dengan penggunaan bahan rosin-soap sizing dan lebih banyak perekat tapioka

    Production of Mangium (Acacia Mangium) Wood Vinegar and Its Utilization

    Full text link
    Production of wood vinegar from mangium (Acacia mangium) wood bolts/pieces with their diameter of 3 17 cm, length of 30 67 cm, moisture content of 84.4%, and specific gravity of 0.52 conducted in a dome-shaped kiln with 1.2 m'-capacity afforded a yield of 40.3%. The mangium wood vinegar was produced through condensation (cooling) of smoke/gas fractions released during the charcoaling (carbonization) process of mangium wood. The process could be regarded as an integrated production of wood vinegar and charcoal. The yield of wood vinegar combined with the resulting charcoal was 73.9% based on the dry weight of inputed mangium wood. Results of chromatography analysis on mangium wood vinegar as conducted in Japan revealed its organic acid content at 73.9 ppm, phenol content 8.09 ppm, methanol 3.34 ppm, acidity degree 4.91 ppm, and pH 3.89. Similar analysis on the mangium wood vinegar was conducted in Indonesia's laboratories, and the results were comparable with those of Japan. Results of inhibition testings on particular microorganisms (i.e. Pseudomonas aerogjnosa, Stafi/ococms attreus, and Candidi albicans fimgz) indicated that the mangium wood vinegar could inflict antirnicrobe action on those microorganism with its effectiveness somewhat below that of liquid betel soap which could be purchased from drugstores. The experimental use of mangium wood vinegar at 3-5% concentration on ginger (Zingiber officinale var. white ginger) plants revealed significantly positive growth responses/ characteristics with respect to their height, leaf length, and sprout/ shoot development, in comparison with the untreated ginger plants (control). Such responses/characteristics were not significantly different from those using atonik's growth hormone. Likewise, the preliminary use of mangium wood vinegar at 2-percent concentration on teak (Teaonagrandis)plants, end stacks of Sborea Ieprosula and Swietenia mahagoni plants, and rice plants haveinflicted their favorable growth responses/ characteristics as well

    Penyempurnaan Sifat Papan Serat Berkerapatan Tinggi Dari Campuran Rumput Gelagah, Tandan Kosong Kelapa Sawit, Dan Bambu

    Full text link
    Papan serat hardboard (HB) dari campuran Rumput Gelagah (RG), Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dan bambu andong berpotensi untuk dikembangkan. Namun, percobaan pendahuluan menunjukkan HB tersebut tidak memenuhi persyaratan produk HB dari Japanese Industrial Standard (JIS) dan International Standard Organization (ISO). Tulisan ini mempelajari modifikasi pembuatan HB agar memenuhi standar produk tersebut. Modifikasi yang dilakukan meliputi penambahan konsentrasi alkali dalam pemasakan pulp dan merubah komposisi perekat. Hasil penelitian menunjukkan kualitas HB modifikasi meningkat dan mampu memenuhi persyaratan standar JIS dan ISO. Campuran serat pulp RG dan bambu andong/betung dimasak dengan konsentrasi alkali 10,5% dan 12% untuk serat dari TKKS. Campuran perekat yang digunakan adalah tannin-resorsinol-formaldehida (TRF), alum (tawas) dan emulsi lilin. Campuran serat yang paling banyak memenuhi standar adalah RG pulp (50%) + TKKS pulp (50%), diikuti RG pulp (100%), TKKS pulp (50%) + pulp bambu andong (50%), RG pulp (50%) + pulp bambu betung (50%). Serat yang masih kurang prospektif (bambu betung) diharapkan dapat diperbaiki melalui penggunaan perekat TRF dalam jumlah lebih banyak, arang aktif berukuran nano dan cross-linking agent

    Uji Coba Mesin Serpih Mudah Dipindahkan untuk Produksi Serpih dari Limbah Industri Penggergajian Kayu

    Full text link
    Limbah industri penggergajian kayu dengan potensi 7,8 juta m3 per tahun belum banyak dimanfaatkan. Salah satu pemanfaataanya adalah pembuatan pulp untuk kertas dan papan serat, tetapi sebelumnya limbah tersebut perlu dijadikan serpih dengan alat layak teknis dan ekonomis/finansial, diantaranya mesin serpih mudah di pindahkan (SMD).Hasil percobaan mesin SMD terhadap limbah penggergajian dari campuran lima jenis kayu (Manii, Pinus, Jeunjing, Duren dan Jengkol) kapasitas penyerpihan (1,432 ± 0,089) m3 atau 1548,48 (berat basah) atau 854,46 kg (berat kering) per jam, ternyata secara teknis setara dengan penyerpihan kayu konvensional 1,5 - 2,0 m3 per jam atau 870,28 kg (berat kering) per jam. Produktifitas mesin SMD (bruto/serpih belum disaring) : 1542,18 kg (berat basah) atau 854,88 kg (berat kering) per jam. Produktifitas serpih tersaring: 732,29 kg serpih kering per jam atau 2933,16 kg per hari, atau 880 ton per tahun. Rendemen serpih 98,22 persen (belum disaring) atau 84,25 persen (sudah disaring).Hasil penelaah finansial/ekonomis harga pokok produk Rp. 263.343,00 per ton serpih kering tersaring; BEP (titik impas) 938,51 ton produksi serpih per tahun di mana lebih besar dari perhitungan produktivitasnya (880 ton ton serpih kering per tahun), pay-back period singkat (dua tahun); dan nilai layak bersih positif (+ RP. 5.734.964,77). Nilai-nila tersebut mengindikasikan kelayakan finansial ekonomis pengoperasion mesin SMD untuk limbah industri penggergajian

    Daya Tahan 16 Jenis Rotan terhadap Bubuk Rotan (Dinoderus Minutus Fabr.)

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan 16 jenis rotan terhadap serangan bubuk rotan kering (Dinoderus minutus Fabr.) dengan menggunakan contoh uji berukuran panjang 2 cm dan diameter di bawah 12 mm. Pengujian berlangsung dalam botol plastik yang di dalamnya terdapat 10 ekor bubuk rotan kering dewasa sehat dan aktif. Parameter yang diuji adalah persentase penurunan berat rotan dan persentase kumbang bubuk yang hidup, kemudian melalui bantuan pentelaahan statistik 16 jenis rotan tersebut diklasifikasikan menurut kelas ketahanannya. Di samping itu dilakukan pula pengamatan secara subyektif terhadap derajat serangan kumbang bubuk terhadap rotan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 16 jenis rotan yang diteliti, 5 jenis (31,25%) termasuk kelas ketahanan tinggi (kelas I dan II), sisanya 11 jenis (68,75%) termasuk kelas ketahanan rendah (kelas III, IV dan V). Dalam penggunaan rotan dengan kelas ketahanan rendah diperlukan proses pengawetan

    Pemanfaatan Kayu Manis (Cinnamomun Burmanii) Berdiameter Kecil untuk Balok I-joist sebagai Bahan Konstruksi (Utilization Of Small-Diameter Cinammon Logs For I-joist Beam AS Construction Material)

    Full text link
    Wood-processing industries currently face the limitation of large-diameter wood logs, due to their scarce stocks from natural forests. Wood from plantation forests can deserve consideration as an alternative raw material for those industries. However, plantation-forest woods are usually of small-diameter sizes and lower qualities compared to those of natural forest woods. One solution to deal with those problems is the conversion of plantation-forest woods into the reconstituted wood products, which can be arranged to various desirable sizes, and more beneficial for construction and other purposes. Hereby, the manufacturing of reconstituted wood products, called I-joist beam was tried from small-diameter plantation forest wood species, i.e. cinnamon wood (Cinnamomum burmanii). The assembling used phenol-resorcinol-formaldehyde adhesive. Mechanical properties of the I-joist beam with vertical-gluing profiles between laminae in the web portion were lower than those of the corresponding small-sized defect-free solid wood, but higher than those of I-joist with horizontal-gluing profiles between laminae in the web as well as the horizontally laminated beam made-up of cinnamon wood-laminae. The angle between wood ray and gluing line (plane) correlated negatively with the strengths of I-joist beam. These results indicated the positive prospect of manufacturing I-joist beam from small-diameter cinnamon wood for construction material

    Menduga Potensi Produksi Kayu Bulat dari Hutan Kalimantan Timur Menggunakan Metode Pendugaan Nisbah dan Pendugaan Regresi

    Full text link
    For predicting the roundwood potential in the forest region of East Kalimantan, roughly two kinds of data are required. These includes sample data and population data. Sample data collected are the area or size of several selected forest region and the volume of the corresponding roundwood production, while population data include the total forest area of East Kalimantan.The prediction methods applied are ratio estimate and regression estimate. Using ratio estimate, the volume of roundwood production potential predicted was 8 093 575 cu.m (7 032 723 to 9 154 427 cu.m). On the other hand, with the application of regression estimate, the uolume of roundwood production potential was 8 505 603 cu.m. (7 889 057 to 9 122 149 cu.m.).Examination of the residuals indicated that assumption of normality of data was satisfie
    corecore