4 research outputs found

    Improved performance of botia fish Chromobotia macracanthus with the utilization of blood clam shell in the recirculation system

    Get PDF
    ABSTRACT   Intermediate and holding rearing of botia face several problems such as the limited land, water quality, and decreased growth. The application of a recirculation culture system using the blood clam filter is increased to water quality and expected to solve the problems. This study aimed to analyze the production performance of botia fish on intermediate and holding rearing in the recirculation system by utilizing blood clams as the filter. This study used a factorial completely randomized design with two factors; clam particle sizes (1 mm, 2 mm, and 3 mm) and dosages (1.4 g/L, 1.8 g/L, and 2.2 g/L). Every experiment was conducted in three replication. The aquarium used in this study was 40×40×60 cm3. The size of fish samples was 3.5 ± 0.5 cm with the stocking density (3 fish/L, each test aquarium). The recirculation system was applied seven days before the fish were stocked. Every 15 days, weight and length of fish were measured (for 60 days). The results of physical (temperature) and chemical (pH, dissolved oxygen, ammonia dan nitrite) water quality in the recirculation system using the blood clam filter showed good conditions for botia fish. The stress response of botia blood glucose and TKO fluctuates with environmental changes. Mineral water and fish produced by calcium, magnesium, and phosphorus increase until the end of maintenance. There is an interaction at TKH between particle size and the dose of blood shells, whereas, LMPW, LMPL, and RKP significantly different only the use of dose 2.2 g/L.   Keywords:  Clamshells, botia fish, pH value, minerals, recirculation. ABSTRAK   Permasalahan pada proses penampungan ikan botia yaitu keterbatasan lahan, kualitas air yang buruk dan pertumbuhan ikan botia yang lambat. Penerapan sistem resirkulasi menggunakan cangkang darah dapat meningkatkan kualitas air dan kinerja produksi. Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja produksi budidaya ikan botia pada sistem resirkulasi dengan pemanfataan cangkang kerang darah sebagai bahan filter. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dua faktor, yaitu ukuran partikel cangkang kerang darah (1 mm, 2 mm, dan 3 mm) dan dosis cangkang kerang darah (1.4g/L, 1.8g/L dan 2.2g/L). Setiap perlakuan dilakukan dengan tiga kali ulangan. Akuarium yang digunakan dalam penelitian berukuran 40×40×60 cm3. Ikan yang digunakan berukuran 3.5 ± 0.5 cm dengan padat tebar 3 ekor/L. Sistem resirkulasi dioperasikan selama tujuh hari sebelum ikan ditebar. Bobot dan panjang ikan diukur setiap 15 hari selama 60 hari pemeliharaan. Penelitian dalam sistem resirkulasi menggunakan cangkang kerang darah pada media filter menghasilkan kondisi kualitas air suhu, pH, oksigen terlarut, amonia dan nitrit air. Respons stres ikan berupa glukosa darah dan tingkat konsumsi oksigen (TKO) berfluktuasi seiring dengan perubahan lingkungan. Mineral air dan ikan yang dihasilkan meliputi kalsium, magnesium dan fosfos meningkat hingga akhir pemeliharaan. Parameter tingkat kelangsungan hidup (TKH) memiliki interaksi  antara ukuran partikel dan dosis cangkang kerang darah, sedangkan untuk laju pertumbuhan bobot mutlak (LPMB), laju pertumbuhan panjang mutlak (LPMP) dan rasio konversi pakan (RKP) berbeda nyata dengan penggunaan dosis 2.2 g/L.   Kata kunci:  Cangkang kerang darah, ikan botia, pH, mineral, resirkulasi

    PELATIHAN SERTIFIKASI BALAI BESAR POM DAN HALAL BAGIPOKLAHSAR RUMAH LELE ATHALLAH SERTA SIVITAS AKADEMIK UNIVERSITAS SUMATERA SELATAN

    Get PDF
    Persyaratan keamanan produk harus dipenuhi oleh pelaku usaha pangan (UMKM) di sepanjang rantai pasok agar masyarakat terjamin kesehatan dan keamanannya saat mengkonsumsi produk.  Kehalallan suatu produk menjadi kebutuhan wajib bagi setiap konsumen muslim. Salah satu permasalahan yang membuat daya saing UMKM masih rendah terbatasnya kemampuan para pelaku usaha terdaftar dalam BPOM dan Halal pada kemasan produk.  Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan Standar Keamanan Produk komersil bersertifikasi BPOM dan Halal. Kegiatan pelatihan dilakukan di Kampus C universitas Sumatera Selatan, Jakabaring, Banyuasin, Sumatera Selatan. Kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan dalam Pendaftaran dalam mengurus izin edar BPOM dan pelatihan persyaratan untuk mendapatkan sertifikasi Halal pada produk para pelaku UMKM. Kegiatan yang dilaksanakan pada saat pelatihan dihadiri 50 peserta yang terdiri dari Dosen Universitas Sumatera Selatan, anggota pohlaksar rule athallah dan mahasiswa Universitas Sumatera Selatan. Kata kunci: BPOM, halal, keamanan pangan ABSTRACT Product safety requirements must filled by business actors (Micro, Small and Medium Enterprises) along the supply chain so that people are guaranteed health and safety when consuming products.  The halalness of a product is a mandatory need for every Muslim consumer. One of the problems that makes the competitiveness of Micro, Small and Medium Enterprises is still low, the limited ability of business actors to be registered in BPOM and Halal on product packaging.  This community service activity purposed to improve the Safety Standards of commercial products certified by BPOM and Halal. The training activities were carried out at Campus C of the University of South Sumatra, Jakabaring, Banyuasin, South Sumatra. The activities carried out are training in registration in managing BPOM distribution permits and training on the requirements to obtain Halal certification on the products of Micro, Small and Medium Enterprises actors. The activity carried out during the training was attended by 50 participants consisting of Lecturers at the University of South Sumatra, members of the pohlaksar rule athallah and students University of South Sumatra. Keywords: BPOM, halal, food safet

    MODIFIKASI KITOSAN ASAP CAIR Cocos nucifera SEBAGAI PENGAWET ALAMI PANGAN (ANTIBAKTERI Staphylococcus aureus)

    Get PDF
    Pengawet menjadi salah satu bahan tambahan pangan yang semakin sering digunakan. Terlebih lagi dengan kemajuan teknologi produksi pangan. Pengawet alami sangat diperlukan untuk mengganti penggunaan formalin yang banyak beredar di masyarakat. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri kitosan kombinasi asap cair dari tempurung kelapa (C. nucifera) sebagai pengawet alami. Pengujian dengan bakteri Staphylococcus aureus. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali. Perlakuan penelitia yaitu A0 (1% Kitosan + 1% Asam Asetat + 1% Glukosa), A1 (1% Kitosan + 1% Asam Asetat + 1% Glukosa + 1% Asap Cair), A2 (1% Kitosan + 1% Asam Asetat + 1% Glukosa + 3% Asap Cair) dan A3 (1% Kitosan + 1% Asam Asetat + 1% Glukosa + 5% Asap Cair). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil aktivitas antibakteri asap cair tempurung kelapa (Cocos nucifera) berpengaruh nyata terhadap aktivitas bakteri Staphylococcus aureus. Aktivitas antibakteri terjadi karea muatan positif antara kitosan glukosa menghasilkan ikatan muatan negatif. Muatan tersebut menyebabkan membrann sel pecah dan membentuk antibakteri. Konsentrasi aktivitas antibakteri dan antioksidan terbaik adalah perlakuan adalah perlakuan A3 (konsentrasi 1% kitosan + 1% glukosa + 3% asap cair tempurung kelapa) yang mendapat hasil yang optimal terhadap bakteri Staphylococcus aureus.Pengawet menjadi salah satu bahan tambahan pangan yang semakin sering digunakan. Terlebih lagi dengan kemajuan teknologi produksi pangan. Pengawet alami sangat diperlukan untuk mengganti penggunaan formalin yang banyak beredar di masyarakat. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri kitosan kombinasi asap cair dari tempurung kelapa (C. nucifera) sebagai pengawet alami. Pengujian dengan bakteri Staphylococcus aureus. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali. Perlakuan penelitia yaitu A0 (1% Kitosan + 1% Asam Asetat + 1% Glukosa), A1 (1% Kitosan + 1% Asam Asetat + 1% Glukosa + 1% Asap Cair), A2 (1% Kitosan + 1% Asam Asetat + 1% Glukosa + 3% Asap Cair) dan A3 (1% Kitosan + 1% Asam Asetat + 1% Glukosa + 5% Asap Cair). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil aktivitas antibakteri asap cair tempurung kelapa (Cocos nucifera) berpengaruh nyata terhadap aktivitas bakteri Staphylococcus aureus. Aktivitas antibakteri terjadi karea muatan positif antara kitosan glukosa menghasilkan ikatan muatan negatif. Muatan tersebut menyebabkan membrann sel pecah dan membentuk antibakteri. Konsentrasi aktivitas antibakteri dan antioksidan terbaik adalah perlakuan adalah perlakuan A3 (konsentrasi 1% kitosan + 1% glukosa + 3% asap cair tempurung kelapa) yang mendapat hasil yang optimal terhadap bakteri Staphylococcus aureus

    Workforce Classification in West Java 2018 With Random Forest

    Get PDF
    Pengangguran di Indonesia merupakan masalah yang serius. Tingginya angka pengangguran di Indonesia tersebut dikarenakan jumlah lapangan kerja yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah angkatan kerja yang terus meningkat. Berdasarkan data BPS, Provinsi Jawa Barat sebagai penyumbang terbesar jumlah pengangguran di indonesia, dengan angka tingkat pengangguran terbuka sebesar 8,52 persen.  Tujuan penelitian ini untuk melakukan klasifikasi penduduk angkatan kerja kedalam kelompok berstatus pengangguran atau bukan pengangguran (bekerja) di Provinsi Jawa Barat tahun 2018 dengan metode random forest menggunakan pendekatan machine learning. Model random forest ini dibentuk dengan 80 persen dari data total atau sebanyak 16.059 data untuk data training dan 20 persen dari data total atau sebanyak 4.015 data untuk data testing. Penelitian ini menggunakan data Sakernas 2018 dan terdapat tujuh variabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu klasifikasi wilayah, jenis kelamin, umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja. Dalam model random forest yang terbentuk, variabel status pernikahan dan tingkat pendidikan seseorang memiliki kontribusi besar dalam menentukan status pengangguran
    corecore