4 research outputs found

    PERANCANGAN IDENTITAS VISUAL OBJEK WISATA GUCI KABUPATEN TEGAL UNTUK MENINGKATKAN BRAND RECALL

    Get PDF
    ABSTRAK Objek wisata Guci merupakan salah satu wisata alam dengan daya tarik berupa pemandian air panas yang bersumber dari mata air di kaki gunung Slamet Kabupaten Tegal. Sejak berdiri tahun 1974 wisata ini terus berkembang, namun belum memiliki identitas visual yang mampu menunjukkan karakter objek wisata Guci. Tujuan perancangan ini untuk menciptakan identitas visual berupa logo objek wisata Guci agar mudah dikenali masyarakat dan menjadi pembeda dengan wisata lain. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dimana sumber data berasal dari observasi, wawancara, serta dokumen seperti artikel, surat kabar, dan lainnya. Data dianalisis menggunakan metode analisis SWOT sehingga diperoleh hasil berupa strategi perancangan yaitu merancang identitas visual berupa logo objek wisata Guci yang mampu merepresentasikan karakter objek wisata Guci beserta penerapannya pada berbagai media untuk memperluas pasar dan meningkatkan brand recall.    ABSTRACT Guci tourism object is one of the natural attractions with an attraction in the form of hot water baths sourced from springs at the foot of Mount Slamet, Tegal Regency. Since its establishment in 1974, this tourism has continued to grow, but does not yet have a visual identity that can show the character of the Guci tourist attraction. The purpose of this design is to create a visual identity in the form of a Guci tourism object logo so that it is easily recognized by the public and becomes a differentiator from other tours. This study uses a qualitative descriptive method where the data sources come from observations, interviews, and documents such as articles, newspapers, and others. Data were analyzed using the SWOT analysis method to obtain the results in the form of a design strategy, namely designing a visual identity in the form of a Guci tourism object logo that can represent the character of the Guci tourist attraction and its application to various media to expand the market and increase brand recall.. 

    The development of ecosystem misconception diagnostic test

    Get PDF
    Misconception is a problem that is often found in learning biology concepts. Ecosystem concept is one of the biology concepts in which misconceptions are found a lot. As a learning problem, misconceptions need to be addressed as soon as possible. The purpose of this research is to produce a valid and reliable diagnostic test instrument for misconceptions in the form of a three-tier multiple choice test which is presented through Google Form platform. This development research applied the research and development method with a 4D development model. The developed diagnostic test instrument was validated by two expert validators and obtained a mean score of 3.27 (very feasible). Through the results of item validation, from 40 questions there are 30 valid items with an average correlation coefficient value of 0.67 and 10 invalid items with an average correlation coefficient value of 0.10. The diagnostic test instrument was also tested for readability to students and got an average value of 3.41 (very feasible) and was tested for readability to teachers and got an average value of 3.74 (very feasible). This shows that the developed product is very valid and reliable to be used as a diagnostic test instrument for misconceptions

    Etnobotani: Tumbuhan Ritual Keagamaan Hindu-Bali

    Full text link
    Pulau Bali dikenal sebagai pulau seribu pura dengan mayoritas penduduk beragama Hindu menggunakan tumbuhan dalam kegiatan ritual keagamaan Hindu-Bali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui macam-macam tumbuhan ritual keagamaan Hindu-Bali. Penelitian ini terkait etnobotani yang dilaksanakan pada bulan April tahun 2018 pada tiga lokasi yaitu kebun raya Bali, taman wisata alam Danau Buyan, dan Pura Ulun Danu Beratan, Kabupaten Tabanan dan Buleleng, Bali. Data dikumpulkan melalui teknik wawancara, observasi, dan studi pustaka. Narasumber ditentukan dengan teknik purposive sampling dan simple random sampling. Analisis data dilakukan melalui deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ditemukan terdapat 101 spesies tumbuhan yang digunakan dalam ritual keagamaan Hindu-Bali. Bagian umbi 11 spesies, bagian batang 10 spesies, bagian biji 5 spesies, bagian daun 29 spesies, bagian bunga 17 spesies, bagian buah 9 spesies, dan bagian kulit batang 20 spesies. Mayarakat Hindu-Bali mempercayai bahwa suatu warna melambangkan dewa, yaitu kuning melambangkan Mahadewa, hitam melambangkan Dewa Wisnu, putih melambangkan Dewa Shiwa, dan merah melambangkan dewa Brahma.Kata kunci: Etnobotani, Hindu-Bali, tumbuhan ritual Etnobotani: hindu-Bali religious ritual plant. Bali Island is known as the Thousand Pura Island with a Hindu population used in Hindu-Balinese religious ritual activities. The study of botany relating to the culture of society is called Ethnobotany. Types of Hindu-Balinese religious rituals. The study was conducted in April 2018 at three locations in the Bali Botanic Garden, Danau Buyan Nature Park, and Ulun Danu Beratan Temple, Tabanan and Buleleng regency, Bali Province. Data collected through interview techniques, observation, and literature study. The informants were determined by purposive sampling and simple random sampling techniques. Data analysis was performed through descriptive qualitative. The results found 101 species of plants used in Hindu-Balinese religious rituals. Tuber parts 11 species, 10 stem species, 20 bark species, 29 leaf species, 17 flower species, 9 fruit species, and 5 species seeds. Hindu-Balinese people believe that one of the colors symbolizes deity, namely yellow symbolizes Mahadeva, black symbolizes Lord Vishnu, white symbolizes Lord Shiva, and red symbolizes the Brahma

    Pengembangan Penuntun Praktikum Ekosistem Dan Interaksi Dalam Ekosistem

    No full text
    AbstrakPenelitian ini memiliki tujuan untuk mengembangkan dan memvalidasi penuntun praktikum biologi pada materi ekosistem dan interaksi dalam ekosistem. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan pendekatan kuantitatif. Model pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan 4-D Thiagarajan yang terdiri dari tahap define, design, develop, dan disseminate. Produk hasil pengembangan telah diuji melalui proses validasi yang dilakukan oleh dua orang ahli. Validator pertama merupakan lulusan S2 Pendidikan Biologi dan validator kedua merupakan Guru Biologi di Sekolah Menengah Atas Negeri. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner validasi. Data penelitian berupa nilai validitas berdasarkan kriteria kevalidan. Terdapat 3 aspek yang dinilai, yaitu aspek kebahasaan, penyajian dan tampilan.Hasil dari validasi memperoleh kriteria kevalidan pada aspek kebahasaan sebesar 4,5 (sangat valid), aspek penyajian sebesar 4,2 (sangat valid) dan aspek tampilan sebesar 4,4 (sangat valid). Hasil validasi dari ketiga aspek tersebut menunjukkan bahwa pengembangan penuntun praktikum pada materi ekosistem dan interaksi di dalam ekosistem layak untuk digunakan
    corecore