7 research outputs found

    PENYULUHAN NAPZA PADA KARANGTARUNA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN OBAT

    Get PDF
    ABSTRAKPenyalahgunaan narkoba menjadi permasalahan mendesak di Indonesia. Narkotika, alcohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya atau yang biasa dikenal dengan sebutan NAPZA merupakan benda terlarang dan sangat berbahaya bagi penggunanya dimana benda ini sudah menjadi trend dikalangan anak muda atau remaja. Hasil survei BNN menyebutkan 4 dari 100 orang pelajar/mahasiswa pernah menggunakan narkoba. Sebanyak 32 juta jiwa warga Jawa Tengah, terdapat 1,3% atau sekitar 195 ribu jiwa warga Jawa Tengah adalah penyalah guna Narkoba. Menurutnya, angka prevalensi ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan Provinsi lain seperti Jawa Barat yang hanya sebesar 0,8%. Korban penyalahgunaan NAPZA di Kabupaten Purbalingga berjumlah 197 kasus. Berbagai upaya penangulangan terus dilakukan, namun karena tingginya mobilitas penduduk antar wilayah menyebabkan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA. Pada tahun 2019 di Purbalingga ditemukan 32 kasus baru yang ditangani oleh BNN Kabupaten Purbalingga, dengan rincian 4 orang perempuan dan 28 orang laki-laki. Dengan rentang umur 14-41 tahun. Hasil akhir dari kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada mitra untuk memiliki pengetahuan NAPZA dan dapat meningkatkan kesadaran remaja untuk menjauhi narkoba. Metode yang digunakan dengan ceramah, diskusi, tanya jawab dan evaluasi kegiatan. Terdapat peningkatan pengetahuan tantang NAPZA pada karangtaruna Desa Talagening sebagai upaya dalam pencegahan penyalahgunaan obat-obatan yang dapat merusak kesehatan fisik dan jiwa. Kata Kunci: penyuluhan; NAPZA; karangtaruna; pencegahan penyalahgunaan obat. ABSTRACTDrug abuse is an urgent problem in Indonesia. Narcotics, alcohol, psychotropic substances and other addictive substances or commonly known as drugs are prohibited objects and are very dangerous for users where these objects have become a trend among young people or teenagers. The results of the BNN survey stated that 4 out of 100 students have used drugs. As many as 32 million people in Central Java, there are 1.3% or around 195 thousand people of Central Java who are drug abusers. According to him, this prevalence rate is higher when compared to other provinces such as West Java which is only 0.8%. The number of victims of drug abuse in Purbalingga Regency is 197 cases. Various countermeasures have been carried out, however due to the high mobility of the population between regions it has led to increased drug abuse. In 2019 in Purbalingga, 32 new cases were found handled by the Purbalingga District National Narcotics Agency, with details of 4 women and 28 men. With an age range of 14-41 years. The end result of this activity is expected to provide benefits for partners to have knowledge of drugs and to increase awareness of adolescents to stay away from drugs. The method used is lectures, discussions, questions and answers and evaluation of activities. There is an increase in knowledge about drugs in the Talagening Village organization as an effort to prevent drug abuse that can damage physical and mental health. Keywords: counseling; drugs; Karangtaruna; prevention of drug abuse

    COVID-19 Prevention Practices for Employees who Work From Office (WFO)

    Get PDF
    Background: COVID-19 pandemic in Indonesia has not ended yet. Since the New Habit Adaptation, previously known as the New Normal, employees have started return to work in offices. At the end of July 2020, the addition of new cases received a large number of contributions from employees working in the office, raising a new cluster known as the office cluster. Objective: This study aimed to analyze the association between characteristics and practice of preventing the transmission of COVID-19 among employees in Purwokerto, Central Java. Methods:  This is a quantitative study with a cross-sectional design. Online data collection was conducted in early August 2020. The variables were the respondents’ characteristics (gender, age, occupation, and income) and the practice of COVID-19 prevention among employees in the office (wearing a mask, maintaining physical distance, handwashing, opening doors and windows for air circulation). Fifty-seven employees started working in offices in Purwokerto who were involved in this research. Results: Most respondents were adults (82.5%), women (70.2%), working as private employees (77.2%) with an income above the minimum wage (73.7%). Almost all respondents have widely adopted the practice of washing hands (86%) and using masks (98.2%) since the pandemic’s emergence. However, many employees were unable to perform physical distancing (26.3%), stayed away from the crowd (29.8%), opened workspace doors/windows (56.1%), and tried to work outdoor (86%). There is no association between characteristics and prevention practice. Private companies need to tighten their health protocols and monitoring. They should provide rewards and punishments for employees who did not obey the regulation. Also, local governments need to supervise all companies in their area to enforce health protocols seriously

    EARLY DETECTION KANKER SERVIKS SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN DERAJAT HIDUP PEREMPUAN

    Get PDF
    ABSTRAKKanker merupakan penyebab kematian terbesar di dunia. Pada tahun 2018 terdapat 18,1 juta kasus dengan angka kematian sebesar 9,6 juta. Di Indonesia kanker serviks menduduki peringkat kedua setelah kanker payudara yang diderita oleh perempuan dengan angka kejadian 23,4/100.000 penduduk dengan rata-rata kematian sebesar 13,9/100.000 penduduk. Menurut perkiraan Kementrian Kesehatan RI saat ini, jumlah perempuan penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks. Jawa Tengah merupakan propinsi tertinggi kedua di Indonesia dengan angka kejadaian kanker serviks sebesar 19.734 kasus. Kabupaten Banyumas tiap tahun meningkat, tahun 2010 terdapat 196 kasus, tahun 2011 terdapat 243 kasus dan pada tahun 2012 terdapat 268 kasus. Pasien yang dirawat di Rumah Sakit rata-rata sudah memasuki stadium lanjut, hanya 18,5% yang masih tahap stadium 1. Tujuan dilakukan kegiatan ibm untuk meningkatkan pengetahuan early detection kanker serviks sebagai upaya peningkatan derajat hidup perempuan. Metode yang digunakan dengan ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi iva dan pap smear serta evaluasi kegiatan. Terdapat peningkatan pengetahuan tentang tanda gejala kanker serviks dan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeriksaan IVA dan papsmear sebagai upaya peningkatan derajat hidup perempuan. Kata kunci : early detection; kanker serviks; derajat hidup perempuan. ABSTRACTCancer is the biggest cause of death in the world. In 2018 there were 18.1 million cases with a mortality rate of 9.6 million. In Indonesia cervical cancer is ranked second after breast cancer suffered by women with an incidence of 23.4 / 100,000 population with an average death of 13.9 / 100,000 population. According to current estimates of the Indonesian Ministry of Health, the number of women with new cervical cancer ranges from 90-100 cases per 100,000 population and 40 thousand cases of cervical cancer occur annually. Central Java is the second highest province in Indonesia with a cervical cancer survival rate of 19,734 cases. Banyumas Regency has increased every year, in 2010 there were 196 cases, in 2011 there were 243 cases and in 2012 there were 268 cases. Patients treated at the hospital on average had entered an advanced stage, only 18.5% were still in stage 1. The aim was to carry out ibm activities to increase knowledge of early detection of cervical cancer as an effort to increase the degree of life of women. The method used by lectures, discussions, questions and answers, demonstrations iva and pap smears and evaluation of activities. There is an increase in knowledge about the symptoms of cervical cancer and an increase in public awareness of the importance of IVA and Pap smear testing in an effort to increase the degree of life of women. Keywords : early detection; cervical cancer; degree of life of women

    PEMANFAATAN TANAMAN KELOR SEBAGAI UPAYA PENURUNAN ANGKA KEJADIAN STUNTING DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI DESA TALAGENING, JAWA TENGAH

    Get PDF
    Abstrak: Desa Talagening merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Bobotsari. Angka kejadian stunting di Desa Talagening cukup tinggi yaitu berjumlah 23 balita yang bertumbuh pendek dan 4 balita bertubuh sangat pendek. Dari jumlah 23 balita tersebut terdapat 2 balita yang memiliki status gizi kurang. Upaya penurunan stunting terus dilakukan oleh pemerintah Desa Talagening. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka penurunan stunting yaitu dengan pemberian makanan tambahan yang dapat memenuhi angka kecukupan gizi anak salah satunya dengan memanfaatkan bahan yang ada di masyarakat yaitu daun kelor.Pendekatan yang dilakukan dengan mengukur tingkat pemahaman stunting dari adanya pre dan post test, diskusi dan membuat produk makanan bergizi dari daun kelor. Data hasil pre test dan post test menunjukan peningkatan prosentase pemahaman peserta sebessar 80% dan adanya kesesuaian dengan kebutuhan dari masyarakat Kegiatan ini diikuti oleh 11 kader Nasyiatul Aisyiyah dan 10 remaja Desa Talagening. Untuk memecahkan masalah yang ada, dilakukan dengan beberapa metode kegiatan seperti ceramah, diskusi, dan praktik dalam kegiatan. Kegiatan ini merupakan upaya untuk penurunan angka stunting di wilayah Talagening. Upaya sosialisasi, pelatihan, pendampingan dan publikasi kegiatan menjadi rangkaian yang memiliki tujuan untuk pencegahan dengan melibatkan institusi pendidikan, kesehatan dan kader yang akan terjun ke masyarakat.Abstract: Talagening Village is one of the villages located in Bobotsari District. The incidence of stunting in Talagening Village is quite high, namely 23 toddlers who grow short and 4 toddlers with very short stature. Of the 27 toddlers, there are 2 toddlers who have less nutritional status. Efforts to reduce stunting continue to be carried out by the Talagening Village government. One of the efforts that can be made in the context of reducing stunting is by providing additional food that can meet the child's nutritional adequacy rate, one of which is by utilizing materials available in the community, namely Moringa leaves. This activity was attended by 11 Nasyiatul Aisyiyah cadres and 10 adults from Talagening Village. The approach taken is to measure the level of understanding of stunting from pre and posttests, discussions and making nutritious food products from Moringa leaves. To solve existing problems, it is carried out with several methods of activities such as lectures, discussions, and practice in activities. This activity is an effort to reduce stunting rates in the Talagening area. Socialization efforts, training, mentoring and publication of activities are a series that have a goal of prevention by involving educational institutions, health and cadres who will be involved in the community

    PENCEGAHAN STUNTING DENGAN PEMANFAATAN TANAMAN KELOR BAGI IBU NIFAS

    Get PDF
    Children who experience a condition of failure to thrive can be seen by the difference in height where the child is lower than the child's height according to his age or commonly referred to as a stunted child, chronic malnutrition at the beginning of a child's life is the cause. Prevention of stunting in children is attempted on 1,000 HPK (First Day of Life) by giving special attention, one of which is through exclusive breastfeeding. The target for reducing stunting in 2018-2023 is based on the Regional Medium Term Plan (RPJMD) for Banyumas Regency by 15% in 2022. Meanwhile, the target for reducing stunting in Central Java Province for Banyumas Regency in 2022 is 18.1%. The incidence of stunting in Banyumas Regency in children under two years and children under five years is 406 people, pregnant women with a risk of stunting who require referrals are 1749 people and catin (prospective brides) who have a risk of stunting are 84 people. Miraceltree is a plant that has a high nutritional content in Indonesia, often called Moringa leaves with the scientific name Moringa Oleifera. Along with this, WHO indicates that Moringa leaves are an alternative food ingredient as an effort to deal with nutritional problems or malnutrition. The purpose of this research is to explore the benefits of Moringa leaves for postpartum mothers who are breastfeeding so that breast milk production increases so that their nutritional intake is fulfilled as a stunting prevention measure. The qualitative method was chosen in this study with a case study (Case Study). In-depth interviews were used in the study of data on ten postpartum mothers, one village midwife and one coordinating midwife for triangulation in the working area of the Kalibagor Health Center, Banyumas Regency. Lack of information is a factor in the low knowledge about the benefits of Moringa leaves and how to process them. Many general public assume that Moringa leaves are plants that are often found in the home environment and have no benefit in improving nutrition. Several factors influence the utilization of Moringa leaves, namely knowledge or understanding, information, culture, education from health workers (Nakes) and social media

    Pengembangan Aplikasi Skrining dan Pemantauan Risiko Preeklamsi Awitan Dini Berbasis Android untuk Ibu Hamil di Layanan Primer

    Get PDF
    Early onset preeclampsia is a hypertensive condition during pregnancy that has a significant impact on maternal morbidity and mortality rates globally. The incidence of preeclampsia with complications in Indonesia is 14%, which is higher than the general incidence of preeclampsia. This serious condition can be a threat to the lives of the mother and fetus if not prevented. One effort to reduce the incidence of early onset preeclampsia is to take preventive measures by identifying risk factors from the start. The application of technology to education in the health sector has been widely developed. Android-based applications make it easier for users to gain knowledge about the risk factors for pregnancy, one of which is early onset preeclampsia. Early onset preeclampsia can be predicted by screening for risk factors at less than 20 weeks of gestation. The activeness of pregnant women in Understanding the risk of early onset preeclampsia plays an important role in reducing the incidence of preeclampsia complications in pregnancy. The development of an application for the screening and monitoring of early onset preeclampsia aims to make it easier for pregnant women to independently screen and monitor pregnancy. The resulting features included risk factor screening, health worker consultation, and early onset preeclampsia education. A Likert scale was used to assess the material in the application by three material expert validators. The results of the total validation of material experts obtained highly feasible results (92.22%) to be tested on users with several improvements.Preeklamsi awitan dini merupakan suatu kondisi hipertensi pada kehamilan yang berdampak signifikan terhadap tingkat morbiditas dan mortalitas ibu secara global. Angka kejadian preeklamsi yang mengalami komplikasi di Indonesia mencapai 14%, lebih tinggi daripada angka kejadian preeklamsi pada umumnya. Kondisi serius tersebut dapat menjadi ancaman bagi nyawa ibu dan janin jika tidak dicegah. Salah satu upaya untuk mengurangi kejadian preeklamsi awitan dini yaitu melakukan tindakan pencegahan dengan cara mengidentifikasi faktor risiko sejak awal. Penerapan teknologi aplikasi untuk edukasi di bidang kesehatan saat ini sudah banyak dikembangkan. Aplikasi berbasis Android memudahkan pengguna mendapatkan pengetahuan tentang faktor risiko kehamilan salah satunya preeklamsi awitan dini. Preeklamsi awitan dini dapat diprediksi dengan melakukan skrining faktor risiko pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Keaktifan ibu hamil dalam memahami risiko preeklamsi awitan dini berperan penting dalam penurunan angka kejadian komplikasi preeklamsi pada kehamilan. Pengembangan aplikasi skrining dan pemantauan preeklamsi awitan dini bertujuan untuk memudahkan ibu hamil melakukan skrining dan pemantauan kehamilan secara mandiri. Fitur yang dihasilkan berupa skrining faktor risiko, konsultasi tenaga kesehatan, dan edukasi preeklamsi awitan dini. Skala likert digunakan untuk menilai materi pada aplikasi oleh 3 validator ahli materi. Hasil total validasi ahli materi diperoleh hasil sangat layak (92,22%) untuk diuji cobakan kepada pengguna dengan beberapa perbaikan

    PEMANFAATAN BUKU KIA SEBAGAI SARANA DETEKSI DINI STUNTING SECARA MANDIRI

    No full text
    Keadaan anak-anak sekarang mencerminkan kondisi bangsa di masa depan. Jika anak-anak terlahir sehat, tumbuh dengan baik dan didukung oleh pendidikan yang berkualitas maka mereka akan menjadi generasi yang menunjang kesuksesan pembangunan bangsa. Sebaliknya kondisi stunting pada anak beresiko meningkatkan permasalahan kesehatan dimasa depan. Penanganan stunting perlu koordinasi antar sektor dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan. ‘Aisyiyah sebagai organisasi perempuan tentunya memiliki andil yang cukup besar dalam penanganan stunting karena kader ‘Aisyiyah yang begitu banyak dan tersebar di seluruh Indonesia. Tujuan melakukan kemitraan merupakan sarana meningkatkan kemandirian kader dalam melakukan deteksi dini stunting. Hasil adanya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pada kader “Aisyiyah desa Suro tentang Stunting. Metode yang digunakan adalah ceramah,  FGD (focus group discussion);  melakukan praktek/simulasi. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita (di bawah lima tahun) akibat kekurangan gizi kronis dan menyebabkan anak terlalu pendek untuk usianya. Buku KIA merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melakukan deteksi dini stunting pada balita secara mandiri
    corecore