7 research outputs found

    Effectiveness of Noise Barriers Based on Waste Materials in Case Study of Residential Noise Due to Double-Track Railways

    Get PDF
    The noise pollution in residential areas adjacent to double-track railways can significantly disturb the comfort and well-being of residents. The noise originates from passing trains on these double-track railways. The research problem aims to compare the noise levels in the residential area with the standard noise threshold and evaluate the effectiveness of a noise barriers based on waste material called sustainable noise barrier. The effectiveness of reducing noise levels for communities residing near the dual railway lines. The sustainable noise barrier is constructed using waste cardboard and sawdust as sound absorbers for reducing noise from passing trains. The objective of the research is to analyze the noise levels in the residential areas near the dual railway lines, referring to the noise threshold value specified in Kep.MenLH No.48 of 1996, which is 55 dBA. Additionally, the research aims to assess the effectiveness of the sustainable noise barrier in mitigating noise pollution in these residential areas. The research employs a quantitative experimental method, following the SNI 8427 of 2017 standard for measuring residential noise pollution and determining the sustainable noise barrier's effectiveness using Insertion Loss (IL) and Sound Transmission Loss (STL) measurements in both laboratory-scale and existing conditions (alongside the double-track railways). The research findings indicate that the noise levels in residential areas adjacent to dual railway lines exceed the threshold value, reaching 78.08 dBA. However, the sustainable noise barrier proves to be effective in reducing noise pollution by 27 dB at a frequency of 1,000 Hz in the residential areas neighboring the double-track railways. This research suggests that limiting noise disturbances in residental areas bordering railway lines is one solution with noise barriers

    Terapan Pengelasan GMAW APLIKATIF Masyarakat Kayang Makmur Desa Bader Kab. Madiun

    Get PDF
    Kurangnya pemahaman terkait kreativitas dan inovasi tentang peralatan pertanian. Hal ini berdampak pada beberapa masalah keterampilan dan pendidikan di masyarakat Dusun Kayang Makmur, Desa Bader khusus nya di sektor pertanian yang sebagian besar telah menggunakan peralatan pertanian. Kurangnya penanganan dan keterampilan serta ketidakmampuan masyarakat dalam memperbaiki alat pertanian, mengakibatkan peralatan pertanian belum mampu dimanfaatkan dengan optimal. Alat pertanian dimanfaatkan dengan optimal jika perawatannya diperhatikan dengan baik, misalnya setelah pemakaian dilakukan pembersihan dan pengecekan alat secara berkala. Alat pertanian yang terbuat dari besi dan baja membutuhkan perawatan dan perbaikan dalam bentuk pengelasan. Sebelum melakukan pengelasan hal yang harus diperhatikan adalah prosedur pengelasan yang benar seperti instalasi alat yang tepat, posisi pengelasan yang benar serta pemahaman Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sehingga efektifitas pengelasan mudah dicapai dan mitra faham tentang prosedur pengelasan, instalasi alat, kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Hasil Kegiatan yang didapatkan mitra adalah mampu mengelola dan mengembangkan kreatifitas serta inovasi, sehingga produk yang dibuat dapat meningkatakan keterampilan masyarakat

    Teknologi SMAW Untuk Kebutuhan Proses Fabrikasi Produk Bidang Pengelasan Pada Masyarakat Pedesaan di Sektor Pertanian

    Get PDF
    Abstrak   Pertanian adalah sektor utama di Desa Bader, Dusun Kayang Makmur, Kabupaten Dolopo, khususnya pada RT 16, RW 06. Alat bantu pertanian mayoritas berbahan logam yang dapat aus, korosi, dan patah. Kerusakan/patah pada alat pertanian berbahan logam, seperti cangkul, bajak, dan sabit lebih efektif dilakukan perbaikan dengan pengelasan SMAW Aplikatif. Kerusakan alat pertanian umumnya bisa diposisikan secara horizontal karena bisa dilepas dari komponen lainnya, sehingga posisi pengelasan yang mudah dan sesuai adalah 1F dan 2F. Penerapan teknologi bidang pengelasan dilakukan secara teori dan praktek dalam kegiatan Program Kemitraan Masyarakat (PKM). Metode pelatihan mengadopsi dari IPTEK yang diterapkan pada perkuliahan di Politeknik Negeri Madiun. Pengabdian untuk menghasilkan luaran peserta yang mampu memperbaiki alat pertanian berbahan logam, dan membuat produk berbahan dasar logam dengan proses pengelasan SMAW.   Kata kunci—  Dusun Kayang Makmur, Pertanian, Pengelasan Aplikatif, SMAW, Program Kemitraan Masyaraka

    Estimation urban railway demand in Yogyakarta using Bivariate Ordered Probit Model

    No full text
    The urban railway system is believed to solve transportation problems caused by the high growth of private vehicles and urbanization. This study is going to analyze the potential demand for the urban railway in Yogyakarta, Indonesia based on bivariate ordered probit model. The survey of preference stated with 120 samples conducted in Yogyakarta. The model of train demand is distinguished between public transport users and private vehicle users using seven scenarios. In-train travel time, waiting time, tariff, and ticketing discount for students are four factors considered in the model. The demand model shows that in-train travel time is the most important factor influence for train demand. Meanwhile, the scenario result reveals that respondents except student are willing to pay more to obtain shorter travel time, students who use private vehicle are reluctant to shift into the train, and ticketing discount brings no effect to stimulate them to use the train

    Estimation urban railway demand in Yogyakarta using Bivariate Ordered Probit Model

    No full text
    The urban railway system is believed to solve transportation problems caused by the high growth of private vehicles and urbanization. This study is going to analyze the potential demand for the urban railway in Yogyakarta, Indonesia based on bivariate ordered probit model. The survey of preference stated with 120 samples conducted in Yogyakarta. The model of train demand is distinguished between public transport users and private vehicle users using seven scenarios. In-train travel time, waiting time, tariff, and ticketing discount for students are four factors considered in the model. The demand model shows that in-train travel time is the most important factor influence for train demand. Meanwhile, the scenario result reveals that respondents except student are willing to pay more to obtain shorter travel time, students who use private vehicle are reluctant to shift into the train, and ticketing discount brings no effect to stimulate them to use the train

    Implementasi Iptek di Sektor Bisnis Rintisan (Start-Up) secara Daring pada Komuditas Madu Lebah Kelanceng di Wilayah Pacitan

    Get PDF
    Pengembangan usaha madu klanceng dari lebah trigona sapiens merupakan peluang bagi masyarakat khususnya di pedesaan yang memiliki potensi sumber daya kakayaan hayati. Pengabdian Kepada Masyarakat ini dilaksanakan di Karang Taruna RT 01 RW 02, Dusun Padangan, Desa Banjarsari, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Kegiatan ini berlangsung dari bulan Maret sampai Oktober 2021. Tujuannya adalah untuk membantu pengembangan usaha dan pemasaran madu klanceng. Metode yang digunakan dalam pengabdian kepada masyarakat ini menggunakan dua metode, yakni metode teori pelatihan bisnis rintisan (Start-Up) melalui webinar bersama dengan narasumber pengusaha madu kelanceng dan praktek proses pelatihan bisnis rintisan (Start-Up) dalam memasarkan produk madu di sosial media dan market place. Teknik pengemasan pada saat pelatihan telah diaplikasikan dengan memakai botol yang lebih higienis dan menarik. Selain itu Tim PKM juga memberikan penyuluhan dan fasilitasi dalam distribusi dan penjualan. Dengan kegiatan PKM ini diharapkan karang taruna semakin mampu dalam mengelola usahanya sehingga memiliki produk unggulan yang bernilai ekonomi tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan

    PELATIHAN OPERASIONAL SMART AUTOMATION FISHERY UNTUK BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR DENGAN TENAGA SURYA

    Get PDF
    Desa Petungrejo merupakan salah satu desa di Kabupaten Magetan yang memiliki potensi dalam mengembangkan budidaya ikan nila berskala nasional. Kekurangan budidaya ikan nila yang dilakukan oleh Karang Taruna di Desa Petungrejo adalah teknologi budidayanya masih bersifat konvensional sehingga pengeluaran kebutuhan energi untuk budidaya menjadi kurang efisien atau menghabiskan biaya yang banyak. Sehingga diperlukan sebuah solusi dengan mengembangkan dan memberi pelatihan teknologi seperti alat Smart Automation Fishery berbasis Internet of Things (IoT) yang dapat menyelesaikan permasalahan budidaya ikan nila yang ada di Desa Petungrejo. Smart Automation Fishery memiliki fitur yang dapat mengukur kualitas air, mengatur daya aerator sehingga dapat meningkatkan kualitas dan jumlah produksi ikan nila. Selain itu teknologi ini dilengkapi dengan sumber energi terbarukan yaitu panel surya, dan penyimpan energi listrik baterai. Dengan operasional aerator selama 7 jam (08.00 sampai 15.00) teknologi ini mampu mengurangi biaya sebesar 26,94%. Kegiatan ini menghasilkan 80% peserta menyatakan sangat paham terhadap pemaparan materi teknis pengoperasian dan praktek pengoperasian alat, 70% peserta menyatakan sangat paham terhadap pengoperasian alat, serta 70% peserta menyatakan paham terhadap pemahaman troubleshooting alat Smart Automation Fishery sehingga kegiatan ini dinilai berhasil
    corecore