14 research outputs found

    Seleksi Galur Kedelai (Glycine max (L.) Merill ) Generasi F3 Pada Tanah Salin Dengan Metode Pedigree: The Selection of Soybean’s (Glycine max (L.) Merill ) Line F3 Generation on Saline Land By Pedigree Methode

    Get PDF
    This study aims to select soybean (Glycine max L. Merill) that can grow and produce well in F3 generation in saline soils. The study was conducted at the Experimental Farm, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan with altitude ± 25 m above sea level, which was conducted in August 2015 to January 2016, using an analysis of path on soybean varieties Anjasmoro. Parameters measured were the number of productive branch, flowering age, harvesting age, number of pods, number of empty pods, seed pro duction per plant, and planting seed weight.The results showed that the plant which had the highest production at the plant number P1 (61) 7.2 g, the slowest was at plant number P3 (84) 0.1 g and 2.6 to 7.2 g were obtained by the selection boundary. The components that provide the largest direct effect on seed production per plant is the amount of seed crop (0.96) but the largest indirect effect was the number of pods (0.84). Penelitian ini bertujuan untuk memilih tanaman kedelai ( Glycine max L.Merill ) yang dapat tumbuh dan berproduksi secara baik pada generasi F3 di tanah salin. Penelitian dilakukan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 hingga Januari 2016. Menggunakan analisis sidik lintas pada kedelai varietas Anjasmoro. Parameter yang diamati adalah jumlah Cabang prOduktif, umur berbunga, umur panen, jumlah polong, jumlah polong hampa, produksi biji per tanaman, dan berat biji pertanama n. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman yang memiliki produksi tertinggi yaitu pada nomor tanaman P1(61)7,2 g, yang terendah pada nomor tanaman P3(84) 0,1 g dan diperoleh batas seleksi 2,6-7,2 g. Komponen yang memberikan pengaruh langsung tertinggi terhadap produksi biji per tanaman adalah adalah jumlah biji pertanaman yaitu sebesar 0,96 dan komponen yang memberikan pengaruh tidak langsung yang terbesar adalah langsung jumlah polong sebesar 0,84

    Adaptasi Tanaman Ubijalar ( Ipomoea batatas L.) Dataran Tinggi pada Dataran Rendah: Adaptation of Upland Sweet potato (Ipomoea batatas L.) on The Low lands

    Get PDF
    As many as 5 genotypes of upland sweetpotato (G1, G2, G3, G4, G5) were planted on lowland area. This study aims to determine the adaptation of upland sweetpotato crops planted on the lowland area. The research was conducted at Tanjung Selamat Regency Deli Serdang from May to October 2017. The design used in this study was randomized block design. The results of this study indicated sweetpotato. G4 had the highest weight of bulb compared to other genotypes (466,67 g). G3 had the largest number of tubers compared to other genotypes (4,67). G1 had the heaviest weight of bulb weight compared to other genotypes (197,81 g). G1 and G2 had the thickest thickness of the cortex compared to other genotypes. Upland sweetpotato grown in the highland were more adaptable compared to those were grown in the low land area. It can be shown from all production parameters orbserved. Sebanyak 5 genotipe ubijalar (G1, G2, G3, G4, G5) dataran tinggi ditanam pada dataran rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adaptasi tanaman ubijalar (Ipomoea batatas L.) dataran tinggi pada dataran rendah. Penelitian dilaksanakan di Tanjung Selamat Kabupaten Deli Serdang mulai bulan Mei sampai dengan Oktober 2017. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak kelompok. Hasil penelitian ini menunjukkan ubijalar G4 memiliki bobot umbi paling berat jika dibandingkan dengan genotip lainnya (466,67 g). G3 memiliki jumlah umbi paling banyak jika dibandingkan dengan genotip lainnya (4,67). G1 memiliki rataan bobot umbi paling berat jika dibandingkan dengan genotip lainnya (197,81 g). G1 dan G2 memiliki ketebalan korteks paling tebal jika dibandingkan dengan genotip lainnya (9 atau sangat tebal). Ubijalar dataran tinggi yang ditanam pada dataran tinggi lebih mudah beradaptasi dibandingkan yang ditanam pada dataran rendah. Dapat dilihat dari semua parameter produksi yang diamati

    Keragaan Morfologi dan Kandungan Antosianin Padi Beras Merah (Oryza sativa L.) di Kecamatan Munte dan Kecamatan Payung, Kabupaten Karo

    Get PDF
    Keragaan morfologi dan kandungan antosianin padi beras merah (Oryza sativa L.) pada Kecamatan Munte dan Kecamatan Payung di Kabupaten Karo. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi morfologi dan kandungan antosianin padi beras merah (Oryza sativa L.). Penelitian ini dimulai dari Juni 2017dan selesai pada Januari 2018 di kecamatan Munte dan Kecamatan Payung Kabupaten Karo.Metode survei deskriptif menggunakan panduan International Rice Research Institute (IRRI). Teknik penentuan lokasi secara sengaja dan pengamblan sampel secara kebetulan.Uji kandungan antosianin menggunakan metode analitik dengan menghomogenkan sampel. Hasil eksplorasi didapatkan 72 genotipe yang dibagi menjadi tiga lokasi lahan. Berdasaran uji kandungan antosianin didapatkan lahan A memiliki kandungan tertinggi yaitu 0,5 mg/100 g dan terendah yaitu lahan B 0,08 mg/100 g

    Keragaman Karakter Morfologis dan Hubungan Kekerabatan Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff. ex T. Anders) di Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batubara di Sumatera Utara: Diversity of Morphological Character and Relationship of Gelugur Acid (Garcinia atroviridis Griff. Ex T. Anders) in Asahan Regency and Batubara Regency in North Sumatra

    Get PDF
    This research aims to identify morphological character and relation plant of acid gelugur (Garcinia atroviridis Griff. Ex T. Anders) that exist in Regency of Asahan and Regency of Batubara in North Sumatera. This research was conducted in Asahan and Batubara regency in February-April 2017 with survey method using IPGRI gelmatic descriptors guide. Sampling technique is accidental sampling. The results showed that in three regencies of Sumatera Utara there were 20 accessions of gelugur acid that identified Asahan Regency there were 9 accessions and there were 11 accessions of Batubara Regency. Result of morphological characterization for crown shape (pyramid, round, longitudinal and pattern-shaped), stem surface (slippery, coarse, very coarse), leaf (jorong, elongated, lanceolate), flower (female flowers and hermaphrodite flowers) , Evenly, longitude, longitude). The lowest dissimilarity value or the closest kinship relationship in Asahan and Batubara regency is 1,390 with 4 differences from 19 qualitative characters and the highest dissimilarity value or the furthest kinship relationship in Asahan and Batubara regency is 63,636 with 7 differences from 19 qualitative characters.   Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakter morfologis dan hubungan kekerabatan tanaman asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff. Ex T. Anders) yang ada di di Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batubara di Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batubara pada bulan Februari-April 2017 dengan metode survei menggunakan panduan deskriptor asam gelugur IPGRI. Teknik pengambilan sampel secara accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di tiga Kabupaten Sumatera Utara terdapat 20 aksesi asam gelugur yang diidentifikasi Kabupaten Asahan terdapat 9 aksesi dan Kabupaten Batubara terdapat 11 aksesi. Hasil karakterisasi morfologis untuk bentuk tajuk (piramida, bulat panjang, membujur dan berbentuk pola), permukaan batang (licin, kasar, sangat kasar), daun (jorong, memanjang, lanset), bunga (bunga betina dan bunga hermaprodit), buah (bulat, merata, bujur telur, bujur Hubungan kekerabatan terjauh di Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batubara dengan nilai dissimilarity sebesar 63.636 dimana terdapat 7 perbedaan dari 19 karakter kualitatif sedangakan hubungan kekerabatan terdekat di Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batubara memiliki nilai dissimilarity sebesar 0,622 dengan 4 perbedaan dari 19 karakter kualitati

    Kombinasi 2,4 D Dan BAP Untuk Induksi Kalus Embriogenik Beberapa Varietas Kedelai (Glycine Max (L.) Merrill) Pada Kondisi Hipoksia Secara In Vitro: The Combination 2,4-D and BAP to Induce Embryogenic Callus from Some Varieties of Soybean (Glycine max (L.) Merrill) on Hypoxic and In Vitro Condition

    Get PDF
    The purpose of this research was to determinate the growth response of embryogenic callus from some varieties of soybean (Glycine max (L.) Merrill) on hypoxic and in vitro condition.The research was conductedat The Tissue Culture Laboratory of Agriculture FacultyinUniversity of Sumatera Utara on April until December 2016. This research had two stages, induction of embryogenic callus and analysis metabolism of callus after hypoxic condition with t -test. This analysis used factorial Completely Randomized Design with two factors. The first factors were varieties of soybean and the second factors werecombination of Plant Growth Regulator (PGR)(5 mg/l 2,4-D + 1 mg/l BAP, 10 mg/l 2,4-D + 1,5 mg/l BAP, and 15 mg/l 2,4-D + 2 mg/l BAP). The result showed t he varieties, combination of PGR, and interaction of varieties and PGR give significant effect to weight callus. The result of T-test showed that in hypoxic condition, POD enzyme exercise on Gepak Kuning’s callus in 5 mg/l 2,4-D + 1 mg/l BAP was different before and after hypoxic condition. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan perkembangan kalus emberiogenik pada berbagai varietas kedelai dengan pemberian kombinasi 2,4-D dan BAP pada kondisi hipoksia secara in vitro. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Ja ringan Tanaman Universitas Sumatera Utara, pada bulan April sampai Desember 2016. Metode penelitian dilakukan dengan 2 tahapan yaitu induksi kalus embriogenik dan uji-t terhadap analisis aktivitas metabolit kalus setelah penggenangan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah varietas yang diuji (Baluran, Gepak Kuning, dan Grobogan). Faktor kedua adalah kombinasi Zat Pengatur Tumbuh (5 mg/l 2,4-D + 1 mg/l BAP, 10 mg/l 2,4-D + 1,5 mg/l BAP, dan 15 mg/l 2,4-D + 2 mg/l BAP). Hasil analisis data menunjukkan bahwa varietas, kombinasi ZPT, dan interaksi vaerietas dan ZPT berpengaruh nyata terhadap induksi kalus pada peubah amatan bobot kalus. Berdasarkan analisis uji-t, aktivitas enzim POD pada varietas Gepak Kuning yang diinduksi media 5 mg/l 2,4-D + 1 mg/l BAP memberikan respon yang berbeda nyata sebelum dan sesudah penggenangan

    Pengaruh Kolkisin Terhadap Keragaman Genotip dan Fenotip Tanaman Aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) Varietas Lady Valentine: The Effect of Colchicine on The Genotypic and Phenotypic Diversity of The Aglaonema Plant (Aglaonema cochinense Schoot Var. Lady Valentine)

    Get PDF
    The aim of the research was to determine the effect of colchicine on the genotypic and phenotypic diversity of the Aglaonema plant. The research was conducted at the greenhouse of Faculty of Agriculture, North Sumatera University Medan with 32 meters altitude, from January 2017 to May 2017. The plant materials were immersed in 5 ppm and 10 ppm colchicine for 3 and 6 hours. The result showed that the colchicine concentration significantly affected the increased plant height. The plants were immersed in 10 ppm colhicine for 6 hours showed the morphological and chromosomal difference compared with the control and other treatment.   Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kolkhisin terhadap keragaman genotip dan fenotip tanaman aglaonema, Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian USU Medan, pada ketinggian ± 32 meter di atas permukaan laut dari bulan Januari sampai Mei 2017. Penelitian dilakukan dengan cara perendaman bahan tanam selama 3 jam dan 6 jam pada konsentrasi larutan kolkhisin 5 ppm dan 10 ppm. Hasil penelitian menunjukkan tanaman aglaonema hasil perlakuan berbagai konsentrasi kolkhisin berpengaruh nyata pada peubah amatan pertambahan tinggi tanaman. Hasil penelitian menunjukkan tanaman aglaonema hasil perlakuan perendaman selama 6 jam di dalam larutan kolkhisin 10 ppm memiliki karakter morfologis dan kromosom yang paling berbeda dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan lainnya

    Identifikasi Karakter Morfologi Buah Naga (Hylocereus sp.) Di Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi Sumatera Utara : Identification of Morphological Characteristic of Dragon Fruit (Hylocereus sp.) in Sitinjo District of Dairi Regency North Sumatera

    Get PDF
    This reserach aimed to identify the morphological chracteristics and phylogenetic relationship of Dragon Fruit (Hylocereus sp.) plants. The research was started from April 2017 until May 2017 at Sitinjo district of Dairi Regency North Sumatera with survey methode using dragon fruit descriptor of Hylocereus by International Union For The Protection Of New Varieties (UPOV). Sampling technique using purposive sampling. Exploration results was obtained 24 genotypes of Dragon Fruit plants based on identified fruit morphological characteristic. Based on clustering analyze the closest genetic relationship is on genotype G17 and G23 which has 2 differences of 7 characteristic with dissimilarity coeficient is 1,000 and the furthest genetic relationship is on genotype G18 and G26 with dissimilarity coeficien is 4,796 which has 5 differences of 7 characteristic.   Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan hubungan kekerabatan genotipe tanaman Buah Naga (Hylocereus sp.). Penelitian ini dimulai dari April 2017 dan selesai pada Mei 2017 di Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi Sumatera Utara dengan metode survei deskriptif menggunakan panduan Descriptor for Hylocereus sp dari International Union For The Protection Of New Varieties of Plant (UPOV). Tekhnik pengambilan sampel secara purposive sampling. Hubungan kekerabatan terdekat terdapat pada G23 dan G17 yang memiliki 2 perbedaan karakter dari 7 karakter buah yang diamati dengan nilai 1,000 dan kekerabatan terjauh pada G18 dan G26 dengan nilai koefiisen dissimilaritas adalah 4,796.yang memiliki 5 perbedaan karakter dari 7 karakter buah yang diamati

    Pertumbuhan Varietas Pak Coy (Brassica rapa L. ssp. chinensis (L.)) dengan Pemberian NAA (Naphthalene-3-acetic Acid) pada Media Hidroponik Terapung: Growth of Pak Coy Varieties (Brassica rapa L. ssp. chinensis (L.)) with Applied NAA (Naphthalene-3-acetic Acid) on Floating Hydroponics Medium

    Get PDF
    The objective of the research was to know growth respons of Pak Coy varieties with applied NAA on floating hydroponics medium. This research was conducted at experimental fields on Compost Centre, Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara, from February-April 2017 with factor such as varieties (Green and Red) and applied NAA (0, 10, 20 ppm) using two way randomized design then analyzed using Duncan Multiple Range Test on 5%. The parameters observed were plants length, number of leaf, chlrorophyll values, stems diameters, roots length, fresh weight per sample,fresh weight per plot and fresh apical weight. The results showed that varieties was significantly different on number of leaf 3, 4, and 5 weeks after planted, chlrorophyll values on morning, noon and afternoon, stems diameters, fresh weight per sample,fresh weight per plot and fresh apical weight. Applied NAA on hydroponics medium was significantly different on all parameters. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan varietas Pak Coy dengan pemberian NAA pada media hidroponik terapung. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Compost Centre, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, dimulai dari bulan Februari hingga April 2017 dengan faktor varietas (Green dan Red) dan pemberian NAA (0, 10, 20 ppm) menggunakan Rancangan Acak kelompok (RAK). Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%. Peubah yang diamati adalah panjang tanaman, jumlah daun, kandungan klorofil daun, diameter batang, panjang akar, bobot segar per sampel, bobot segar per plot dan bobot segar tajuk per sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor varietas berpengaruh nyata terhadap peubah amatan jumlah daun pada umur 3, 4 dan 5 MST, nilai klorofil pada pagi, siang dan sore hari, diameter batang, bobot segar per sampel, bobot segar per plot dan bobot segar tajuk. Pemberian larutan NAA pada nutrisi hidroponik menunjukkan pengaruh nyata terhadap semua peubah amatan yang diamati

    Analisis Keragaman Genetik DNA Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Menggunakan Primer Spesifik untuk Beta Karoten : Genetic diversity analysis of oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) DNA using specific primer for beta carotene

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaman genetik DNA kelapa dengan menggunakan primer spesifik untuk beta karoten. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Bio Molekuler SSPL (Socfindo Seed Production and Laboratories) Bangun Bandar, Dolok Masihul, Serdang Bedagai-Sumatera Utara, dimulai dari bulan Februari hingga Agustus 2016. Sebanyak 38 sampel stok DNA dari tanaman kelapa sawit yang dikeluarkan oleh PT. Socfin Indonesia diidentifikasi menggunakan marka molekuler primer spesifik Beta untuk karakter beta karoten. Hasil penelitian menunjukkan analisis filogenik dendogram menggunakan DARwin 6.0.13 membagi 38 sampel menjadi tiga kelompok utama

    Responses of the antioxidative enzymes in Malaysian rice (Oryza sativa L.) cultivars under submergence condition

    Get PDF
    The potential involvement of activated oxygen species by submergence stress was studied in two Malaysian rice cultivars, MR219-4 and MR219-9, and cultivar FR13A that is known to be tolerant to submergence. Seedlings of these three rice cultivars were subjected to different submergence periods (4, 8, and 12 days). Under 8 days of complete submergence, FR13A cultivar showed higher lipid peroxidation in terms of malondialdehyde level and activities of antioxidative enzymes, superoxide dismutase (SOD), catalase (CAT), ascorbate peroxidase (APX), and glutathione reductase (GR) when compared to the MR219-4 and MR219-9 cultivars. MR219-9 showed higher SOD, APX, and GR activities after 12 days of submergence. The levels of SOD activity indicated that detoxification of O2 - to H2O2 was maintained at a stable level throughout the submergence stress until up to 8 days and increased rapidly at 12 days of submergence. The results indicated that tolerance to submergence in rice is associated until 8 days submergence for MR219-4 and FR13A cultivars. These findings suggested that tolerance to submergence stress in rice might be proven by increased the capacity of antioxidative system. In addition, CAT activity has much higher affinity for scavenges H2O2 than APX. Therefore, ascorbate glutathione cycle might be more efficient to scavenge H2O2
    corecore