4 research outputs found

    ANALISIS HUBUNGAN ANTARA POLIMORFISME GEN ADISINTEGRIN AND METALLOPROTEASE33 DAN PROTEIN EGF DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIKPADA SUKU JAWA DI LAMPUNG

    Get PDF
    Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan. Penyakit ini ditandai dengan, emfisema, bronkitis kronis dan obstruksi saluran nafas kecil. Hambatan kronis aliran nafas menjadi ciri khas PPOK. Diduga rokok menjadi faktor penyebab PPOK, tetapi tidak semua perokok menderita PPOK. Ternyata perokok yang mempunyai gangguan pada enzim yang berperan dalam keseimbangan proteolisis dan anti proteolisis lebih mudah terserang PPOK. Salah satu enzim ini adalah protein A disintegrin and metallo protease 33 (ADAM 33) yang merupakan enzim proteolisis. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara polimorfisme gen ADisintegrin And Metalloprotease33 dan EGFdengan penyakit paru obstruktif kronikpada suku jawa di lampung. Penelitian ini bersifat crosssectional comparative, dimana sampel yang diambil adalah perokok dengan PPOK. Pada subjek penelitian ini dilakukan terlebih dahulu spirometri untuk melihat fungsi paru. Pemeriksaan polimorfisme ADAM33 dilakukan dengan ekstraksi DNA, amplikasi dan sequencing, dan kadar EGF ditentukan dengan metode ELISA. Data yang diperoleh dianalisis dengan Chi Squareuntuk melihat hubungan Antara Polimorfisme Gen ADisintegrin And Metalloprotease33 dan EGFdengan penyakit paru obstruktif kronikpada suku Jawa di Lampung. Hasil penelitian didapatkan, bahwa tidak terdapat hubungan antara polimorfisme gen ADAM33 dengan kejadian PPOK dan terdapat hubungan yang bermakna antara kadar EGF dengan hambatan jalan nafas (p=0,004). Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa polimorfisme gen ADAM33 ditemukan pada perokok PPOK dan non PPOK dan tidak berhubungan dengan PPOK, sedangkan peningkatan kadar EGF berhubungan dengan PPOK

    PERBEDAAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA SISWA KELAS 6 SD PEROKOK AKTIF, PEROKOK PASIF, DAN BUKAN PEROKOK DI KABUPATEN PRINGSEWU

    No full text
    Abstrak: Perbedaan Arus Puncak Ekspirasi Pada Siswa Kelas 6 SDPerokok Aktif, Perokok Pasif, dan Bukan Perokok di KabupatenPringsewu. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa70% perokok memulai kebiasaan tersebut sebelum berusia 19 tahun karenaterbiasa melihat anggota keluarganya merokok. Provinsi Lampung salah satuprovinsi di Indonesia dengan jumlah kasus perokok yang cukup tinggi. Arus puncakekspirasi merupakan salah satu pemeriksaan untuk mendeteksi adanya PenyakitParu Obstruksi Kronik (PPOK) yang diakibatkan karena terganggunya jalan napaspada paru. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan nilai aruspuncak ekspirasi (APE) pada siswa kelas 6 SD perokok aktif, perokok pasif danbukan perokok pada siswa kelas 6 SD di Kabupaten Pringsewu. Penelitian yangdilakukan ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode penelitianobservasi analitik. Populasi penelitian ini siswa kelas 6 SD di Kabupaten Pringsewusejumlah 7.222 siswa. Sampel pada penelitian ini sebanyak 379 orang siswa. Alatpengumpulan data menggunakan metode pemeriksaan alat peak flow meter untukmengukur kadar arus puncak ekspirasi pada siswa SD. Analisis data menggunakan One-Way Anova. Distribusi frekuensi responden yang merupakan perokok aktif sebanyak 75 responden (19.8%), Rata-rata Arus puncak ekspirasi yaitu 97,39% dengan standar devisi 16,727%. Pada nilai rata-rata APE bukan perokok mempunyai nilai yang lebih baik dari yang terpapar rokok, sehingga pada perokok aktif mempunyai nilai lebih rendah dari bukan perokok dan perokok pasif yang menyebabkan penurunan fungsi paru. Kesimpulan ada perbedaan arus puncak ekspirasi pada perokok aktif, perokok pasif dan bukan perokok pada Siswa Kelas 6 SD di Kabupaten Pringsewu.

    PERBEDAAN KADAR KARBON MONOKSIDA (CO) PADA SISWA KELAS 6 SD PEROKOK AKTIF, PEROKOK PASIF DAN BUKAN PEROKOK DI KABUPATEN PRINGSEWU

    No full text
    Abstrak : Perbedaan Kadar Karbon Monoksida (Co) Pada Siswa Kelas 6 Sd Perokok Aktif, Perokok Pasif Dan Bukan Perokok Di Kabupaten Pringsewu. Merokok adalah salah satu faktor resiko yang menyebabkan banyak peradangan pada sistem respirasi, dari beberapa jenis kandungan bahan kimia yang terdapat pada rokok salah satu yang berbahaya bagi tubuh adalah karbon monoksida (CO). Karbon monoksida (CO) dengan mudah mengikat hemoglobin dari pada oksigen, karbon monoksida menggantikan oksigen dalam darah ketika dihirup menyebabkan kemampuan darah untuk mentransport oksigen kejaringan tubuh berkurang menyebabkan hipoksia. Mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata antara kadar karbon monoksida (CO) pada siswa kelas 6 SD perokok aktif, perokok pasif dan bukan perokok di Kabupaten Pringsewu. Penelitian ini menggunakan metode observasi analitik dengan pendekatan cross-sectional. Parameter yang digunakan adalah kuisioner dan pemeriksaan menggunakan alat untuk mengukur kadar karbon monoksida (CO) yaitu Smokerlyzer. Pengambilan sampel dilakukan di 9 sekolah dasar yang mewakili 9 kecamatan di Kabupaten Pringsewu. Didapatkan 379 sampel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu kelas 6 SD, siswa perokok aktif, perokok pasif dan bukan perokok. Terdapat perbedaan rata-rata kadar karbon monoksida (CO)  pada perokok aktif, perokok pasif dan bukan perokok dengan hasil rata-rata CO pada perokok aktif adalah 1,60 %, perokok pasif 1,42 % dan kadar karbon monoksida (CO) pada bukan perokok 1,56 %. Terdapat perbedaan rata-rata antara kadar karbon monoksida (CO) pada perokok aktif, perokok pasif dan bukan perokok

    Asthma control test (ACT): comparison with the accurate use of inhalers for the treatment among patients with asthma

    No full text
    Background: Asthma is a heterogeneous disease characterized by chronic inflammation of the respiratory tract. Pharmacological therapies that are often given by inhalation are Dry Powder Inhaler (DPI) and Metered-Dose Inhaler (MDI). According to the GLOBAL INITIATIVE FOR ASTHMA Asthma Control Test (ACT) is a questionnaire that can be used to measure the level of asthma controlPurpose: To determine the relationship between the correct use of inhalers and the results of the Asthma Control Test (ACT) in asthma patientsMethod: The design of this study was an analytic survey with a cross-sectional approach. The parameter used were asthma control test questionnaires taken from primary data in the form of a survey. There were 126 total samples of respondents who met the inclusion criteria, namely asthma patients who used inhalers and underwent at least 3 months of treatment.Results: Spearman correlation test was obtained p = 0.000 which means that there is a significant relationship between the accuracy of inhaler use and the results of the asthma control test and a strong positive correlation coefficient of r = 0.667 and, for the 95% confidence interval in this study, it was obtained (95%CI = 3.09-3.83).Conclusion: There is a relationship between the correct use of inhalers and the results of the asthma control test (ACT) in asthma patients
    corecore