Penetapan Kuantitas dan Kualitas Minyak Atsiri Tanaman Rimpang Jahe (Zingiber officinale Roscoe) dari Kabupaten Kediri

Jahe (Zingiber officinale Roscoe) bermanfaat besar bagi dunia kesehatan, sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi salah satu obat fitofarmaka. Mengingat bahwa tanaman jahe mudah tumbuh di berbagai daerah dengan perbedaan tanah, iklim, dan ketinggian, juga waktu panen dan umur jahe yang berlainan akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas kandungan minyak atsiri sebagai bahan berkhasiat dari rimpang jahe, sehingga perlu diperoleh profil kuantitas dan kualitas minyak atsiri rimpang jahe yang nantinya dapat digunakan sebagai data pendukung dalam mengembangkan jahe menjadi bahan baku fitofarmaka. Pada penelitian ini dilakukan penetapan kuantitas dan kualitas minyak atsiri rimpang jahe yang berasal dari Kabupaten Kediri (Kecamatan Puncu, Kecamatan Kepung dan Kecamatan Pesantren), yang meliputi penetapan kadar, pengamatan organoleptis, penentuan bobot jenis, indeks bias, serta profil KLT, KLT­ Densitometri, dan Kromatografi Gas. Dari penelitian yang dilakukan disimpulkan kadar minyak atsiri dalam rimpang jahe adalah 1,25%-2,33%; bobot jenisnya 0,759-0,882 dan indeks biasnya 1,4755-1,4807. Pada Profil KLT teramati pada Kecamatan Puncu terdapat 6 noda, Kecamatan Kepung terdapat 7 noda dan Kecamatan Pesantren terdapat 5 noda, sedangkan pada Profit KLT-Densitometri teramati 5 puncak pada Kecamatan Puncu, 7 puncak pada Kecamatan Kepung dan 4 puncak pada Kecamatan Pesantren dan pada masing-masing kecamatan teramati adanya 2 puncak dengan luas area yang besar yaitu pada Rf 0,43 dan 0,69-0,7. Pada profil Kromatografi Gas (dengan kolom HP INNOWAX) dari Kecamatan Puncu, Kecamatan Kepung, Kecamatan Pesantren berturut­ turut teramati 39, 25, 30 puncak, dan terdapat 3 puncak dengan waktu retensi yang relatif sama 3,304-3,344 menit; 4,203-4,241 menit dan 14,949-15,076 menit namun dengan luas area yang berbeda-beda