13 research outputs found
ANALISIS CROWD CONTROL PADA PEMENTASAN KESENIAN KERAKYATAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa pementasan kesenian Jaranan di Kabupaten Kediri masih menghadapi tantangan dalam penerapan crowd control untuk mencegah tawuran. Penelitian ini berpegang pada dua poin penting yang ingin dijelaskan diantaranya; (1) Bagaimana pelaksanaan crowd control pada pementasan kesenian Jaranan di Kediri, dan (2) Bagaimana bisa terjadi kejadian tawuran pada saat pementasan kesenian Jaranan. Menganalisis pelaksanaan pertunjukan kesenian Jaranan ini mengungkap tentang bagaimana penyelenggara mengatur kerumunan yang banyak dan dipengaruhi beberapa faktor seperti perilaku penonton, sarana prasarana, dan petugas pelaksana pengamanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlu ada peningkatan dan inovasi dalam melaksanakan crowd control seperti menambah petugas keamanan, pelibatan warga lokal, hingga penggunaan teknologi CCTV untuk memantau jalannya pertunjukan agar tetap kondusif. Selain itu juga perlu adanya instrumen peraturan yang tegas agar para pelaku tawuran mendapatkan efek jera sehingga tidak mengulangi kembali. Keterbatasan penelitian ini adalah data didapatkan dari sudut pandang penonton. Perlu adanya penelitian lebih mendalam dengan melibatkan sudut pandang penyelenggara hingga pihak keamanan sehingga kesimpulan yang didapatkan bersifat lebih komprehensif
KOREOGRAFI BEKSAN LESMANA SARPAKENAKA KARYA WAHYU SANTOSO PRABOWO
KOREOGRAFI BEKSAN LESMANA SARPAKENAKA KARYA WAHYU SANTOSO PRABOWO ( Relig Baru Priambodo, 2022). Skripsi Program Studi S-1 Seni Tari fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Surakarta (ISI) Surakarta
Koreografi Beksan Lesmana Sarpakenaka karya Wahyu Santoso Prabowo merupakan penelitian yang bermula dari fenomena-fenomena terkait dengan eksistensi tari tradisi gaya Surakarta. Hal tersebut ditunjukkan oleh Wahyu Santoso Prabowo yang menyusun Beksan Lesmana Sarpakenaka di era pandemi covid-19. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu menguraikan bagaimana koreografi Beksan Lesmana Sarpakenaka karya Wahyu Santoso Prabowo dan proses penciptaannya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Untuk mengungkap permasalahan bentuk koreografi, teori yang digunakan yaitu teori dari Sumandiyo Hadi tentang elemen-elemen dalam koreografi, sedangkan untuk mengungkap permasalahan tentang proses penciptaan menggunakan teori dari Slamet M.D yang memuat tahapan proses dari observasi, eksplorasi, eksperimen, perenungan, pembentukan dan pelatihan. Hasil penelitian yang memuat bentuk menguraikan bahwa Beksan Lesmana Sarpakenaka merupakan tari berpasangan, yang ditarikan oleh dua orang penari. Penari memerankan tokoh Lesmana dan tokoh Sarpakenaka. Tokoh Lesmana ditarikan oleh penari putra dan ditarikan dengan karakter putra alus, sedangkan tokoh Sarpakenaka ditarikan oleh penari putri dengan karakter putri lanyap. Tari tersebut merupakan tari bertema heroik. Terdapat kekhasan pada tokoh Sarpakenaka dengan bentuk jari tangan bernama naga rangsang, yang menggambarkan ular
International Certification as a Mechanism for Protecting the Human Rights of Indonesian Coffee Farmers
International Certification as a Mechanism for Protecting the Human Rights of Indonesian Coffee Farmers
DOI 10.1007/s11153-006-0013-6 ORIGINAL PAPER Life, death and (inter)subjectivity: realism and recognition in continental feminism
Abstract I begin with the assumption that a philosophically significant tension exists today in feminist philosophy of religion between those subjects who seek to become divine and those who seek their identity in mutual recognition. My critical engagement with the ambiguous assertions of Luce Irigaray seeks to demonstrate, on the one hand, that a woman needs to recognize her own identity but, on the other hand, that each subject whether male or female must struggle in relation to the other in order to maintain realism about life and death. No one can avoid the recognition that we are each given life but each of us also dies. In addition, I raise a more general, philosophical problem for analytic philosophers who attempt to read Continental philosophy of religion: how should philosophers interpret deliberately ambiguous assertions? For example, what does Irigaray mean in asserting, ‘Divinity is what we need to become free, autonomous, sovereign’? To find an answer, I turn to the distinctively French readings of the Hegelian struggle for recognition which have preoccupied Continental philosophers especially since the first half of the last century. I explore the struggle for mutual recognition between women and men who must face the reality of life an
