35 research outputs found
Building Indonesian Food Security A Review And Suggestions
Availability, access, utilization, and stability access are the central canal between economic distresses and food security. Food security in pandemic era should sort out with conservation, seed banks, building water reservoir, urban farming, and those programs involved the Penta helix to speed gaining the goals. The Government, private sectors, institutions, local community, and social entrepreneurs have to work all together to succeed in food security.
 
Evaluating the Stability and Adaptability of Bambara Groundnut (Vigna subterranea (L.) Verd.) Landraces in Different Agro-Ecologies
Bambara groundnut has been planted in Indonesia for hundreds of years.
Researchers have evaluated where the Indonesian Bambara groundnut landraces were introduced from but no-one has evaluated the stability and adaptability of the bambara groundnut in Indonesia. Thirty-six landraces were planted in Indonesia, together with putative Indonesian × African hybrids and their offspring. These were assessed for their stability and adaptability by the methods of Finlay and Wilkinson (1963) and Eberhart and Russel (1985). Results from seven landraces are presented. The seven landraces were: ‘LunT’ from Sierra Leone; ‘AHM753’; ‘SB165A’ and ‘S19-3’ from Namibia; ‘DODR’ from Tanzania; ‘Uniswa Red’ from Swaziland; ‘DIPC’ from Botswana; and the Indonesian landrace ‘Gresik’ as control. Thirty plants of each landrace were planted in a randomized block design with three replicates at Gresik, Bojonegoro, and Jatikerto in Indonesia in November 2009. Each location had a different altitude, soil type, and rainfall. Gresik is the main Bambara groundnut growing region in the East of Java, Indonesia. Prior to this experiment, farmers in Bojonogoro and Jatikerto were not familiar with this crop. Many traits were assessed based on the list of descriptors of Bambara groundnut issued by IPGRI, but in this report, we present only the results of stability and adaptability analysis for 50% flowering, days to maturity, pod number per plant and the 100 seeds weight traits. Analysis of variance showed highly significant differences in all three locations and combined analysis of variance over sites (Gomez and Gomez, 1983) indicated that location, landraces, and location × landraces interaction are substantially different (1%). Stability and adaptability parameters were obtained as the linear regression coefficient (bi) of the mean of all data observed and deviation from the regression analysis (S2di) with the hypothesis that bi=1 and S2di=0. The results indicated that almost all landraces observed were stable, but only three landraces revealed good adaptability in all three locations, namely ‘SB165A’, ‘Uniswa Red’ and ‘DIPC’. Meanwhile ‘LunT’ and ‘S19-3’ are considered promising landraces because they are well adapted in two of the four variables used. This information could prove useful for breeding programs.
KEYWORDS: linear regression, genotypic and environmental interaction, regression coefficient, deviation from regression, well-adapted landrac
BAMBARA GROUNDNUT (Vigna subterranea (L) Verdcourd) AS A FUTURE CROP
In INDONESIA, the BG used to plant in the West
Java and East Java. The maximum yield is depend
on cultivation level, more less 4ton/ ha of fresh
pods
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH KACANG BAMBARA
BGRC merupakan pusat penelitian kacang bambara yang
berperan dalam menghasilkan teknologi dan inovasi yang berkaitan
dengan segala aspek yang terkait dengan kacang bambara. Salah satu
perannya adalah menghasilkan benih yang memiliki keunggulan
guna meningkatkan hasil tanaman. Kacang bambara merupakan
tanaman pangan masa depan yang kaya nutrisi dan sudah beradaptasi
dengan baik di tanah kering di Indonesia. Tanaman kacang bambara
termasuk zero-waste crop yang sangat menarik untuk dikembangkan.
Buku ini berisi penjelasan ringkas tentang teknik produksi
benih kacang bambara meliputi persiapan tanam, teknik budidaya
dan penanganan pasca panen.
Semoga buku ini bermanfaat bagi para pembaca dan semoga banyak
petani kacang bambara di Indonesia
TEKNIK PEMBUATAN BROWNIS KACANG BAMBARA SEHAT MANFAAT (Produk Makanan Sehat BGRC- Bambara Groundnut Research Centre)
Produk Makanan Sehat BGRC- Bambara Groundnut Research Centr
Hybridization Technique of Bambara Groundnut (Vigna subterranea)
Appearance of putative hybrid
PENGEMBANGAN EKONOMI DESA BERBASIS PERTANIAN KACANG BAMBARA
Kacang bambara atau biasa dikenal sebagai kacang bogor mengandung karbohidrat 60%, protein 22% dan lemak hanya 6%. Tanaman ini mempunyai market price yang cukup tinggi. Seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan (zero-waste) untuk pangan, pakan, biopestisida, obat herbal dan menjaga kelestarian lingkungan. Kacang bambara dapat dikembangkan di lahan-lahan marginal, low input dan sedikit air. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi usahatani kacang bambara yang paling efisien dan efektif untuk pengembangan ekonomi desa. Metode pengumpulan data berdasarkan survey pada dua puluh tujuh petani kacang bambara di lima kecamatan di Kabupaten Gresik. Quesioner menjadi alat pengambilan data. Usahatani kacang bambara sangat menguntungkan seiring dengan luas lahan dan jenis produk yang dijual. Hasil analisis usaha tani petani kacang bambara di Gresik menunjukkan nilai R/C dalam bentuk polong segar > 1, dalam bentuk polong kering > 2, dalam bentuk benih > 3 dan dalam bentuk olahan >5. Pendampingan petani kacang bambara mendesak diperlukan untuk meningkatkan pendapatan petani. Penyediaan air, teknik budidaya dan pasca panen yang baik akan melipatgandakan penghasilan petani kacang bambara. Pembentukan kelompok tani kacang bambara akan memperkuat daya saing petani terhadap pasar.
Kata kunci: kacang bambara, market price, analisis usahatani, R/
UJI TOLERAN KEKERINGAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL LIMA GALUR KACANG BAMBARA (Vigna subterranea (L.) Verdc)
Kacang bambara merupakan salah satu dari lima tanaman penting di Afrika selatan yang memiliki kemampuan tahan terhadap kekeringan dibandingkan dengan tanaman kacang-kacang lainnya. Di Indonesia kacang bambara lebih dikenal dengan nama kacang Bogor. Hasil analisis kimiawi biji kacang bambara mengandung 32.72% dari total asam amino esensial dan 66.10% dari asam amino non esensial. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultasi Pertanian Universitas Muhammadiyah Gresik di desa Klangonan kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik yang memiliki ketinggian ±20 mdpl. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 3 kali ulangan terdiri 5 galur (G1,G2,G3,G4,G5) dan 4 taraf volume air (V1,V2,V3,V4) sehingga diperoleh 20 satuan percobaan Pengamatan dilakukan pada fase pertumbuhan yaitu laju perkecambahan, tinggi tanaman 2,4,6,8,10 dan 12 mst, jumlah daun 2,4,6,8,10 dan 12 mst, lebar tajuk 4,8 dan 12 mst, Panjang daun tengah, panjang internode, Panjang petiole, bukaan stomata, saat pertama berbunga dan 50 % berbunga. Variabel hasil bobot basah dan kering brangkasan, jumlah polong, jumlah biji, bobot basah dan kering polong, bobot kering biji, bobot 100 biji, bobot kering akar, persen kupasan dan estimasi ton/hektar. Dari data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA), Uji Lanjut dengan Duncan’s dengan taraf 5% dan uji korelasi. Dari hasil penelitian ini tidak terdapat Interkasi perlakuan galur dan volume air terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang bambar
PERBEDAAN DOSIS PLANT GROWTH PROMOTING RHIZOBACTERIA (PGPR) ASAL AKAR BAMBU TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG BAMBARA (Vigna subterranea (L.) Verdcourt)
Pemanfaatan ekstrak akar bambu sebagai PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) pada tanaman kacang bambara diharapkan dapat berperan sebagai pemacu pertumbuhan. Akar bambu banyak terkolonisasi oleh bakteri PF (Pseudomonas fluorescens). Bakteri ini berperan sebagai PGPR karena menghasilkan zat pengatur tumbuh (ZPT) dan dapat meningkatkan ketersediaan hara melalui produksi asam organic. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui perbedaan dosis PGPR pada pertumbuhan dan hasil tanaman kacang bambara (Vigna subterranea (L.) Verdcourt). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal yaitu perlakuan dosis pupuk PGPR (P), yang terdiri atas 6 taraf perlakuan dan diulang tiga kali. Analisis data menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) untuk mengetahui perbedaan nyata perlakuan pada uji F 5%. Perlakuan yang memperlihatkan perbedaan nyata terhadap pertumbuhan dan hasil kemudian diuji lebih lanjut dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) 5%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan nyata pada pemberian dosis pupuk PGPR terhadap laju perkecambahan, jumlah daun pada seluruh pengamatan, tinggi tanaman 4 dan 6 mst, panjang petiol dan internode, panjang batang dan bobot kering akar