5 research outputs found
When and Where Did They Strand? The Spatio-Temporal Hotspot Patterns of Cetacean Stranding Events in Indonesia
Analyses of the spatial and temporal patterns of 26 years of stranding events (1995–2011 and 2012–2021, n = 568) in Indonesia were conducted to improve the country’s stranding response. The Emerging Hot Spot Analysis was used to obtain the spatial and temporal hotspot patterns. A total of 92.4% events were single stranding, while the remaining were of mass stranding events. More stranding events were recorded between 2012 and 2021 in more dispersed locations compared to the previous period. Within the constraints of our sampling limitations, East Kalimantan and Bali were single stranding hotspots and consecutive hotspots. East Java and Sabu-Raijua in East Nusa Tenggara were mass stranding hotspots. Temporally, Raja Ampat (West Papua) experienced a significant increase in case numbers. The presence of active NGOs, individuals or government agencies in some locations might have inflated the numbers of reported cases compared to areas with less active institutions and/or individuals. However, our results still give a good understanding of the progression of Indonesia’s stranding responses and good guidance of resource allocation for the stranding network. Several locations in Indonesia that need more efforts (e.g., more training workshops on rescue and necropsies) have been identified in this paper. Suggestions to improve data collection (including georeferencing tips) have also been included
IDENTIFIKASI JENIS PADA KEJADIAN CETACEA TERDAMPAR DI INDONESIA DENGAN TEKNIK MOLEKULER
Kasus Cetacea atau Paus dan Lumba-lumba terdampar di Indonesia sejak berapa tahun terakhir ini semakin sering terungkap dan ditangani oleh banyak pihak. Data dari Whale Stranding Indonesia (WSI) mencatat 40 kasus Cetacea terdampar di berbagai tempat di Indonesia selama tahun 2016 hingga bulan Februari 2017. Salah satu kendala bagi para penyelamat di lapangan adalah sulitnya mengidentifikasi jenis secara morfologi karena pada beberapa kasus, individu yang terdampar tidak dalam kondisi utuh. WSI mencatat lebih dari 21% jenis pada kejadian Cetacea terdampar di Indonesia, tidak teridentifikasi. Penelitian ini bertujuan memperkenalkan pendekatan genetika molekuler dalam mengidentifikasi jenis pada Cetacea terdampar. Gen Control Region dari DNA mitokondria diamplifikasi dengan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Data sekuen dibandingkan dengan data di genebank dan dilihat persentase kesamaannya. Penelitian ini menggunakan 36 sampel individu dan 26 diantaranya teramplifikasi dengan panjang basa berkisar antara 445-490 bp (base pair). Metode molekuler berhasil mengidentifikasi 15 spesies dan 13 genus Cetacea yang diambil dari beberapa tempat di Indonesia. Studi ini menunjukkan bahwa teknik genetika molekuler dapat dijadikan metode untuk mengidentifikasi jenis dari Cetacea, terutama mamalia terdampar yang sulit untuk diidentifikasi secara morfologi. Data molekuler yang dihasilkan dapat melengkapi database yang ada di Indonesia serta menjadi penunjang bagi penelitian tentang keragaman genetik dan hubungan antar populasi mamalia akuatik di Indonesia
IDENTIFIKASI JENIS PADA KEJADIAN CETACEA TERDAMPAR DI INDONESIA DENGAN TEKNIK MOLEKULER
Kasus Cetacea atau Paus dan Lumba-lumba terdampar di Indonesia sejak berapa tahun terakhir ini semakin sering terungkap dan ditangani oleh banyak pihak. Data dari Whale Stranding Indonesia (WSI) mencatat 40 kasus Cetacea terdampar di berbagai tempat di Indonesia selama tahun 2016 hingga bulan Februari 2017. Salah satu kendala bagi para penyelamat di lapangan adalah sulitnya mengidentifikasi jenis secara morfologi karena pada beberapa kasus, individu yang terdampar tidak dalam kondisi utuh. WSI mencatat lebih dari 21% jenis pada kejadian Cetacea terdampar di Indonesia, tidak teridentifikasi. Penelitian ini bertujuan memperkenalkan pendekatan genetika molekuler dalam mengidentifikasi jenis pada Cetacea terdampar. Gen Control Region dari DNA mitokondria diamplifikasi dengan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Data sekuen dibandingkan dengan data di genebank dan dilihat persentase kesamaannya. Penelitian ini menggunakan 36 sampel individu dan 26 diantaranya teramplifikasi dengan panjang basa berkisar antara 445-490 bp (base pair). Metode molekuler berhasil mengidentifikasi 15 spesies dan 13 genus Cetacea yang diambil dari beberapa tempat di Indonesia. Studi ini menunjukkan bahwa teknik genetika molekuler dapat dijadikan metode untuk mengidentifikasi jenis dari Cetacea, terutama mamalia terdampar yang sulit untuk diidentifikasi secara morfologi. Data molekuler yang dihasilkan dapat melengkapi database yang ada di Indonesia serta menjadi penunjang bagi penelitian tentang keragaman genetik dan hubungan antar populasi mamalia akuatik di Indonesia
First Record of Predation on an Oilfish (Ruvettus pretiosus) and a Previously Unknown Cephalopod Prey (Thysanoteuthis rhombus) by a Short-finned Pilot Whale (Globicephala macrorhynchus) in East Nusa Tenggara, Indonesia
[Extract] raising awareness on proper stranding response methods for the safety of the animals and the people alike is critical for the success of marine mammal stranding networks in developing countries, particularly in Southeast Asia