41 research outputs found

    Teluk Cengal: lokasi pelabuhan Sriwijaya

    Get PDF
    Penelitian arkeologi di pesisir tenggara Sumatra menemukan bukti-bukti arkeologis yang sezaman dengan berkembangnya Sriwijaya di Sumatra (7-13 M). Situs-situs hunian mengelompok di tepi aliran sungai rawa pasang surut. Situs-situs tersebut berada di hilir sungai yang lokasinya relatif dekat dengan garis pantai sekarang. Penduduk masa Sriwijaya tinggal pada rumah-rumah panggung bertiang kayu di lahan basah. Artefak-artefak yang ditemukan sebagian besar berasal dari luar negeri, seperti keramik Cina, manik-manik dari India dan kaca-kaca dari Persia dijumpai bersama dengan barang-barang lokal, seperti barang-barang dari tembikar. Ditemukan pula perahu-perahu kuna tipe Asia Tenggara berupa perahu kayu yang dibuat dengan teknik papan ikat (sewn plank) dengan menggunakan tali ijuk dan juga menggunakan pasak kayu. Bukti-bukti arkeologis tersebut menunjukan adanya aktivitas kemaritiman di pantai tenggara Sumatra. Diperkirakan pantai tenggara Sumatra yang berhadapan dengan Selat Bangka dan Laut Jawa merupakan kawasan okupasi masa Sriwijaya dan masa sebelumnya yang dilengkapi bandar pelabuhan. Tulisan ini berupaya mengidentifikasi salah satu kawasan situs di pantai tenggara Sumatra yang diperkirakan sebagai permukiman dan bandar pelabuhan masa Sriwijaya. Kawasan itu berada di Teluk Cengal yang terdapat di pantai timur Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Tinggalan arkeologis terkosentrasi di daerah aliran Sungai Lumpur yang bermuara di Laut Jawa. Upaya mengidentifikasi kawasan situs di Teluk Cengal dilakukan berdasarkan analisis data arkeologi, sumber tertulis dan peta, keadaan lingkungan dan posisi Teluk Cengal dalam jaringan pelayaran maritim global masa Sriwijaya

    BERITA PENELITIAN ARKEOLOGI NO. 38

    Get PDF

    Bibliografi Beranotasi Tentang Situs Keraton Ratu Boko

    Get PDF
    Situs Keraton Ratu Boko yang terletak di alas bukit di daerah Prambanan, Yogyakarta, merupakan peninggalan arkeologi masa Kerajaan Mataram Kuna (abad ke-8-10 Masehi). Kompleks percandian ini terdiri dari tiga kelompok bangunan, yaitu (1) Bagian barat, berupa halaman bertingkat tiga. Ketiga halaman tersebut dihubungkan oleh gapura-gapura yang tertutup (paduraksa). Pada halaman-halaman tersebut terdapat sisa-sisa bangunan yang sekarang sudah dipugar, (2) Bagian tenggara, berupa sekelompok bangunan yang terdiri atas dua bagian. Satu bagian berupa lantai batu dengan pagar keliling dari batu. Bangunan ini disebut "pendopo". Bagian lainnya berupa kolam-kolam dengan bangunan-bangunan yang disebut "keputren", dan di sekitarnya terdapat bangunan-bangunan kecil berbentuk candi yang terletak di atas kolam-kolam, (3) bagian timurlaut, merupakan tiga buah gua yang terletak di lereng bukit. Selain ketiga kelompok tersebut, masih banyak peninggalan-peninggalan lain yang bentuk maupun fungsinya tidak jelas.The site of the Ratu Boko Palace, which is located on a hillside in the Prambanan area, Yogyakarta, is an archaeological relic of the Old Mataram Kingdom (8-10 century AD). The temple complex consists of three groups of buildings, namely (1) the western part, which is a three-story courtyard. The three pages are connected by closed gates (paduraksa). On these courtyards there are remains of buildings that have now been restored, (2) Southeastern part, in the form of a group of buildings consisting of two parts. One part is a stone floor with a stone fence. This building is called the "pendopo". The other part is in the form of pools with buildings called "keputren", and around it there are small buildings in the form of temples which are located above the pools, (3) the northeast part, which are three caves located on the hillside. Apart from these three groups, there are still many other remains whose form and function are not clear

    Candi Dan Konteksnya: Tinjauan Arkeologi-Ruang

    Get PDF
    Based on observations there is a pattern of the use of temple building materials at 29 sites spread across the alluvial plains and the Baturagung highlands (Ratu Boko hill area). The plateau is a source of agglomerate rocks. This type of rock was used by ancient humans for building materials for temples both on the alluvial plains and in the Baturagung plains. The research was conducted using an ecological-cultural approach that pays attention to the relationship between culture and the environment in an ecosystem.Berdasarkan pengamatan terdapat pola pemakaian bahan bangunan candi pada 29 situs yang tersebar di dataran aluvial dan dataran tinggi Baturagung (daerah perbukitan Ratu Boko). Dataran tinggi tersebut merupakan sumber batuan aglomerat.·Jenis batuan ini dimanfaatkan manusia masa lalu untuk bahan bangunan candi-candi baik yang terdapat di dataran aluvial maupun di dataran Baturagung. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan ekologi-budaya yang memperhatikan adanya hubungan antara budaya dan lingkungan satu ekosistem

    Emas dan Tanah: Kasus Penguasaan Sumber-sumber Ekonomi di Sumatera dan Jawa Pada Abad VII-X Masehi (Kajian Prasasti-prasasti Masa Sriwijaya dan Mataram Kuna)

    Get PDF
    Inscriptions are sources of past history written on stone or metal. Most of these inscriptions were issued by order of kings or rulers, generally containing the number of years, lists of high royal officials, construction of holy buildings, establishment of perdikan (sima), religions, curses, court decisions, social organizations and religious organizations. As the ruling medium, inscriptions were used to announce the regulations, powers and decisions of the rulers relating to the political-economic interests of the rulers at that time. The subject matter in this paper is, to what extent the inscriptions as the media for the rulers convey and imply the policies of the rulers in political-economic interests at that time? Are there transparent differences in the strategy of control and regulation of economic resources, of the two civilizations that have different economic resources? From the comparison of the contents of the Srivijaya era inscriptions (VII century AD) and Old Mataram inscriptions (IX-X century AD), it appears that there are differences in the way of controlling the economic resources of the two kingdoms.Prasasti merupakan sumber sejarah masa lalu yang tertulis di atas batu atau logam. Sebagian besar prasasti tersebut diterbitkan atas perintah raja atau penguasa, pada umumnya berisi angka tahun, daftar pejabat tinggi kerajaan, pendirian bangunan suci, penetapan daerah perdikan (sima), agama, kutukan, keputusan pengadilan, organisasi sosial dan organisasi keagamaan. Sebagai media penguasa, prasasti digunakan untuk mengumandangkan peraturan-peraturan, wewenang dan keputusan penguasa yang berkaitan dengan kepentingan politik-ekonomi penguasa pada masa itu. Pokok bahasan dalam tulisan ini adalah, sejauh mana prasasti sebagai media penguasa menyuratkan dan menyiratkan kebijakan penguasa dalam kepentingan politik-ekonomi pada masa itu? Apakah terdapat perbedaan yang transparan dalam strategi penguasaan dan pengaturan sumber-sumber ekonomi, dari dua peradaban yang memiliki sumber-sumber ekonomi yang berbeda? Dari perbandingan isi prasasti masa Sriwijaya (abad VII M) dan prasasti Mataram Kuna (abad IX-X M), tampak ada perbedaan dalam cara penguasaan sumber-sumber ekonomi kedua kerajaan tersebut

    Jalan Masuk Kota Majapahit: Kajian Situs-Situs Arkeologi di Kecamatan Sumobito, Jombang, Jawa Timur

    Get PDF
    The remnants of past community activities on the banks of the Brantas tributary in the Sumobito District have raised problems regarding the site's function. Are the sites located on the riverbank a river port site as the entrance to the Majapahit city area in the Trowulan area? This paper aims to determine the function of the site and answer the problem of access to the city of Majapahit in Trowulan, Mojokerto, especially from the northwest.Adanya sisa-sisa aktivitas masyarakat masa lalu di tepi anak Sungai Brantas di wilayah Kecamatan Sumobito, memunculkan masalah mengenai fungsi situs tersebut. Apakah situs-situs yang terletak di tepi sungai merupakan situs Pelabuhan sungai sebagai jalan masuk ke wilayah kota Majapahit di Kawasan Trowulan? Makalah ini bertujuan untuk mengetahui fungsi situs dan menjawab masalah jalan masuk ke Kota Majapahit di Trowulan, Mojokerto, khususnya dari sebelah baratlaut

    Geografi Kepurbakalaan Indonesia

    Get PDF
    Tulisan ini berkenaan dengan geografi kepurbakalaan Indonesia, yang isinya meliputi karakteristik peninggalan arkeologis, persebarannya, serta kaitannya dengan lingkungan. Tujuan akhir dari makalah ini adalah mengidentifikasi situs-situs yang rawan bencana (alam dan manusia) melalui pemetaan situs-situs arkeologis dan bentanglahannya di seluruh Indonesia.This paper deals with the archaeological geography of Indonesia, the contents of which include the characteristics of archaeological remains, their distribution, and their relation to the environment. The final objective of this paper is to identify disaster-prone sites (natural and human) through mapping of archaeological sites and their landscapes throughout Indonesia

    Kajian 'Arkeologi Situs Masa Sejarah' Di Lasem: Pergeseran Pusat Kegiatan

    Get PDF
    Dalam Babad Lasem tercatat peristiwa pergeseran pusat kegiatan yang ditandai dengan berpindahnya keraton dari Kriyan ke Bonang-Binangun dan akhimya dipindah lagi ke Colegawan. Dua lokasi pusat kegiatan yaitu Bonang-Binangun dan Colagawan terjadi pada masa berkembangnya pengaruh agama Islam di daerah pesisir utara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kedua lokasi pusat kegiatan tersebut berada di daerah pantai. yaitu di Bonang-Binangun dan Caruban. Dipindahkannya lokasi pusat kegiatan di daerah pantai tidak mustahil karena disebabkan semakin ramainya perdagangan pada masa timbulnya Demak. sebagai kerajaan Islam di daerah pesisir.In Babad Lasem, a shift in the center of activity was recorded, which was marked by the transfer of the palace from Kriyan to Bonang-Binangun and finally to Colegawan. Two central locations of activity, namely Bonang-Binangun and Colagawan, occurred during the growing influence of Islam in the northern coastal areas of Central Java and East Java. The two central locations for these activities are in the coastal area, namely in Bonang-Binangun and Caruban. It is possible to move the location of the center of activity to the coastal area due to the increasingly busy trade during the emergence of Demak as an Islamic kingdom in the coastal area

    Sistem Informasi Arkeologis

    Get PDF
    Pembentukan SIA dengan aplikasi SIG merupakan suatu tantangan karena sarat dengan kendala. Kendala yang nyata adalah terbatasnya alat (hardware dan software) dan minimnya tenaga terlatih. Selain itu peralatan dan sistem yang baru akan mempengaruhi jalannya suatu organisasi. Untuk dapat melaksanakan SIA dengan baik tidak hanya diperlukan investasi pada komputer, digitizer, plotter, printer warna, perangkat lunak SIG sendiri, serta data spasial (peta, foto udara, citra satelit), tetapi juga melatih manajer, perencana dan pengumpul data dalam menggunakan teknologi baru pada kaitan yang tepat. Dengan terbentuknya SIA berbasis komputer, diperlukan adanya semacarn "departemen komputer" di lingkungan Pusat Arkeologi, yang khusus menangani masalah disain sitem informasi dan analisis sistem tersebut.Establishing an SIA with a GIS application is a challenge because it is full of obstacles. The real obstacles are the limited tools (hardware and software) and the lack of trained personnel. In addition, new equipment and systems will affect the running of an organization. To be able to carry out SIA properly requires not only investing in computers, digitizers, plotters, color printers, GIS software itself, and spatial data (maps, aerial photographs, satellite imagery), but also training managers, planners and data collectors in using the technology. With the formation of computer-based SIA, it is necessary to have a kind of "computer department" within the Puslit Arkenas, which specifically deals with the problem of information system design and system analysis
    corecore