51 research outputs found

    Pemeriksaan Rapid Urinary Bladder Cancer Antigen Untuk Deteksi Karsinoma Sel Transisional Buli Pada Populasi Indonesia (Penelitian Awal)

    Full text link
    PemeriksaanUrinary Bladder Cancer Antigen(UBC) merupakan salah satu pemeriksaan non-invasif terbaru dalam mendeteksi karsinoma buli dengan mengidentifikasi ekspresi sitokeratin 8 dan 18 di dalam urin. Tujuan penelitian ini adalah uji diagnostik dari pemeriksaanRapid UBCpada populasi Indonesia dengan kecurigaan klinis tumor buli.Penelitian ini mengevaluasi 21 pasien secara prospektif di rumah sakit pusat rujukan nasional Indonesia pada 2011- 2012. Sebagai kriteria inklusi adalah pasien usia di atas 18 tahun dengangross hematuriadan hasil pemeriksaan imajing menunjukkan adanya tumor buli, atau pasien Karsinoma Sel Transisional (KST) buli dengan riwayat reseksi tumor buli habis yang menjalanifollow upsistoskopi rutin. Kriteria eksklusi meliputi pasien dengan infeksi saluran kemih atau dengan hasil pemeriksaan bakteri tahan asam di urin positif. PemeriksaanRapid UBCdilakukan sebelum sistoskopi dilakukan. Hasil pemeriksaan selanjutnya dibandingkan dengan hasil sistoskopi dan histopatologi. Analisis statistik dilakukan dengan perbandingan bivariat menggunakan SPSS v.17.0.Mayoritas subjek penelitian adalah laki-laki (71,4%). Nilai rerata usia adalah 56,1 15,4 tahun. Lima belas pasien (71,4%) memiliki hasil UBC positif, dan 6 pasien (28,6%) memiliki hasil UBC negatif. Di antara pasien dengan hasil positif tersebut, 93,3% memiliki penemuan sistoskopi positif tumor buli dengan hasil histopatologi menunjukkan positif kasinoma sel transisional buli, dan 1 pasien memiliki hasil sistoskopi dan histopatologi negatif. Di antara pasien dengan hasil UBC negatif, 83,3% memiliki hasil sistoskopi positif menunjukkan adanya tumor buli dan hasil histopatologi karsinoma sel transisional buli. Satu pasien memiliki hasil sistoskopi dan histopatologi negatif. Nilaipositif predictive valuepemeriksaan rapid UBC dalam mendeteksi KST buli adalah 93,3% dan nilainegative predictive valueadalah 16,7%. Sensitivitas rapid UBC dalam penelitian ini sebesar 73,7% dan spesifisitas 50%, p=0,5.Sebagai kesimpulan, pemeriksaan rapid UBC memberikan nilai PPV yang cukup tinggi terkait temuan sistoskopi tumor buli dan hasil histopatologi karsinoma sel transisional buli. Pada penelitian awal ini, pemeriksaan Rapid UBC dapat menjadi pemeriksaan penunjang yang menjanjikan dan berguna untuk evaluasi cepat pada kasus dengan dugaan tumor buli. Dibutuhkan studi lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih besar untuk mengevaluasi nilai diagnostik pemeriksaan Rapid UBC

    Peran Volume Prostat Dan PSA Serum Untuk Deteksi Kanker Prostat Pada Penderita LUTS Dengan Colok Dubur Normal

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran volume prostat danprostate specific antigen(PSA) serum > 4 ng/ml untuk mendeteksi angka kejadian dangradingkanker prostat pada penderitaLower Urinary Tract Symptoms(LUTS) dengan colok dubur normal yang dilakukan biopsi. Data yang dikumpulkan dari rekam medik penderitabenign prostate hyperplasia(BPH) dan kanker prostat di Klinik Khusus Urologi periode Januari 1995 sampai dengan Desember 2009 di departemen urologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Kanker "Dharmais". Faktor klinis yang diteliti adalah penderita LUTS dengan colok dubur normal dan nilai PSA > 4 ng/ml yang memiliki data usia, volume prostat, nilai PSA serum, hasil histopatologi biopsi prostat, dangradingkanker prostat menurut WHO.Terdapat 275 penderita selama periode 15 tahun, dengan rerata usia 66,15 tahun (range 45-86). Hasil biopsi prostat didapatkan 82 penderita dengan hasil histopatologi kanker prostat. Dari 108 penderita dengan volume prostat kurang dari 40 cc, hampir 50% memiliki hasil histopatologis kanker prostat dan didapatkan hubungan semakin kecil volume prostat semakin tinggi hasil biopsi kanker prostat. Uji ini bermakna secara statistik. Terdapat 31 penderita dengan PSA lebih dari 50 ng/ml dan 80% dengan hasil biopsi kanker prostat. Diperoleh hubungan bermakna secara statistik, yaitu semakin tinggi nilai PSA maka semakin tinggi hasil biopsi kanker prostat.Penderita kanker prostat yang memiliki volume prostat kurang dari 40 cc berjumlah 52 penderita dan 89% masuk dalam derajat keganasan sedang dan buruk. Tetapi, tidak ditemukan hubungan bermakna antara volume prostat dengan derajatgradingkanker prostat. Pada kelompok pasien dengan hasil biopsi kanker prostat dengan nilai PSA > 50 ng/ml didapatkan sebagian besar dengan derajat keganasan sedang (43,9%) dan buruk (46,34%). Secara statistik uji ini bermakna semakin tinggi nilai PSA serum semakin burukgradingkanker prostat. Pada umumnya, penderita LUTS dengan colok dubur normal dan PSA >4 ng/ml di Jakarta memiliki angka kejadian yang cukup tinggi di Asia. Semakin kecil volume prostat maka kemungkinan terjadi kanker prostat semakin besar dan progresivitas kanker prostat semakin tinggi. Semakin tinggi nilai PSA maka semakin tinggi hasil biopsi kanker prostat dan semakin tinggigradingkanker prostat

    The forensic saviour : petitions and power in Greco-Roman Egypt

    Get PDF

    The forensic saviour : petitions and power in Greco-Roman Egypt

    Get PDF
    Trabalho de projecto de mestrado em Medicina (Neurologia), apresentado à Faculdade de Medicina da Universidade de CoimbraMovement disorders affect gait, which is one of the most disabling manifestations. Analyzing the brain circuits dependent on the basal ganglia (caudate, putamen, globus pallidus, subthalamic nucleus and substantia nigra), also responsible for organizing movement, we were closer to understand the neurophysiological basis of its operation, taking in account, particularly, the pattern of change of neurotransmitters in each pathology. We considered the Parkinson's and Huntington's diseases as study models, which are characterized by cognitive, behavioral and motor symptoms, as a result of the underlying changes. They were considered in analogy, relating their pathophysiological mechanisms to the circuits of the basal ganglia, which allowed classifying their role in normal gait performance or disease. The evaluation of these diseases goes through different scales and experimental models, which are also intended to objectify and quantify changes in gait, as festination and freezing. This helps in implementing the pharmacological treatment, which appears still insufficient. In addition, there are techniques of physiotherapy and rehabilitation medicine. Therefore, making an updated review of the mechanisms underlying changes in gait in movement disorders, clarifying the role of different neurological structures involved in both the disease and in its absence, was the aim of this workAs doenças do movimento afectam a marcha, sendo uma das manifestações mais incapacitantes. Analisando os circuitos cerebrais dependentes dos gânglios da base (caudado, putamen, globo pálido, substância negra e núcleo subtalâmico), também responsáveis pela organização da locomoção, ficámos mais perto de conhecer as bases neurofisiológicas do seu funcionamento, tendo em conta, nomeadamente, o padrão de alteração de neurotransmissores próprio de cada patologia. Consideraram-se a Doença de Parkinson e a Doença de Huntington como modelos de estudo, sendo caracterizadas por sintomatologia cognitiva, comportamental e motora, fruto das alterações subjacentes. Foram abordadas numa perspectiva de analogia, relacionando os seus mecanismos fisiopatológicos com os circuitos dos gânglios da base, o que permitiu classificar o seu papel no desempenho da marcha normal ou na doença. A avaliação destas doenças passa por diferentes escalas e modelos experimentais, que visam também quantificar e objectivar alterações da marcha como a festinação e o freezing. Este facto auxilia na implementação do tratamento farmacológico, o qual se apresenta ainda insuficiente. Como complemento existem técnicas de fisioterapia e medicina de reabilitação. Foi, por isso, objectivo deste trabalho fazer uma revisão actualizada dos mecanismos subjacentes às alterações da marcha nas doenças do movimento, clarificando o papel das diferentes estruturas neurológicas envolvidas tanto na doença como na ausência del

    Evaluasi Hasil Onkologi Radikal Retropubik Prostatektomi

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan melaporkan hasil Retropubik Radikal Prostatektomi (RRP) oleh Tim Urologi FKUI/RSCM, mengevaluasi hasil onkologi pasca-operasi, serta menganalisis hubungan antara data klinis sebelum operasi dan data onkologi setelah operasi denganbiochemical failuresatu tahun pasca-RRP.Materi dan metode: antara Januari 1995 sampai Juli 2009 dikumpulkan 41 pasien pasca-RRP yang telah memenuhi kriteria inklusi. Data pre-operasi meliputi: usia pasien,Prostate Specific Antigen(PSA) pre-operasi, volume prostat,stagingtumor secara klinis,Gleason Score(GS), dan riwayatTrans Urethral Resection of Prostate(TURP) pre-operasi. Data pasca-operasi meliputi: lama pemasangan kateter, lama rawat pasca-operasi, hasil onkologi pasca-operasi (invasi vesikula seminalis, batas sayatan,stagingtumor, keterlibatan kelenjar getah Bening pasca-RRP menurut klasifikasi TNM 2002, danGleason Scorepasca-RRP), migrasi staging, migrasiGleason Scoredanbiochemical failuresatu tahun pasca- RRP. Dilakukan analisis hubungan antara data pre-operasi dan data onkologi terhadapbiochemical failuresatu tahun pasca-RRP.Hasil: rerata usia pasien adalah 62,44 tahun; rerata volume prostat 41,16 cc; median PSA pre-operasi 15,9 ng/ml; 61% cT1 dan 39% cT2 atau lebih. Setelah dilakukan RRP, pasien denganstagingklinis cT1 dan cT2 didapatkan 45% memilikistagingpatologis ? pT3.Kesimpulan: dari data onkologi pasca-operasi kita dapat memprediksi kemungkinan akan terjadinyabiochemical failurepada tahun pertama pasca-RRP, namun dari data pre-operasi kita belum bisa memprediksi kemungkinan tersebut

    Luaran Klinis Orkhidektomi Bilateral Pada Kanker Prostat Metastasis: Pengalaman Indonesia

    Full text link
    Kanker prostat merupakan kanker yang lebih banyak ditemukan di negara Barat dibandingkan Asia. Berbagai faktor prognostik telah diteliti untuk memprediksi angka kesintasan pasien yang diterapi hormonal. Pada penelitian ini dievaluasi peranan usia, PSA, jumlah lesi metastasis, skor Karnofsky, hemoglobin, dan kreatinin sebagai faktor prognostik untuk menilai angka kesintasan pada kanker prostat metastasis di Indonesia yang dilakukan kastrasi dengan orkhidektomi. Penelitian dilakukan secara retrospektif dengan mengumpulkan data rekam medik penderita kanker prostat dengan metastasis yang dilakukan orkhidektomi subkapsular dan belum mengalamihormone resistance prostate cancer(HRPC) di Klinik Khusus Urologi RSCM dan RS Kanker Dharmais Jakarta, periode Januari 1995- Desember 2008 denganfollow-up24 bulan. Selama periode penelitian, terdapat 194 pasien yang memenuhi kriteria dan 99 pasien di antaranya memiliki data lengkap untuk dianalisis. Dari analisis multivariat didapat kekuatan hubungan dari yang terbesar sampai yang terkecil, yaitu jumlah lesi (HR=8,56), kreatinin (HR=3,24), hemoglobin (HR=0,94), dan skor Karnofsky (HR=0,28). Disimpulkan bahwa jumlah lesi dan kreatinin secara statistik signifikan mempengaruhi kesintasan

    Terapi Hormonal Primer Pada Penderita Kanker Prostat: Evaluasi Survival Dan Faktor Prediksinya

    Full text link
    Tujuan: Mengevaluasi efektivitas terapi hormonal secaraorchidectomydan medikamentosa sebagai pengobatan primer pada penderita kanker prostat dan faktor prediksi terhadapsurvivalkedua modalitas pengobatan tersebut.Materi dan metode: Kami mengumpulkan seluruh data penderita kanker prostat yang mendapatkan terapi hormonal primer, baik berupaorchidectomybilateral maupun medikamentosa di RSCM dan RSKD periode Januari 1995Desember 2008.Follow upterakhir sampai Juni 2010. Data pra-terapi seperti usia,stagingklinik, volume prostat, PSA,gradingtumor dari WHO, serta metastasis tulang dianalisis sebagai faktor prediksi 5 tahunsurvival.Hasil: dalam periode empat belas tahun terdapat 693 penderita kanker prostat di RSCM dan RSKD. Sebanyak 465 di antaranya mendapatkan terapi hormonal primer, yang selanjutnya dibagi 2 kelompok, yaitu kelompokorchidectomydan medikamentosa yang berjumlah masing-masing 251 dan 214 penderita. Angkasurvivallima tahun secara keseluruhan adalah 51%, sedangkan pada kelompokorchidectomydan medikamentosa masing-masing adalah 53,6% dan 48,7% (p=0,481). Faktor prediksisurvival5 tahun tidak ada yang bermakna pada kelompokorchidectomy, sedangkan pada kelompok medikamentosa PSA<20 dangradingtumor ? 2 memiliki angkasurvival5 tahun lebih baik secara bermakna.Kesimpulan: angkasurvivallima tahun pada kelompokorchidectomydan hormonal medikamentosa secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna. Pada kelompokorchidectomy, tidak ada parameter yang berhubungan secara bermakna dengan 5 tahunsurvival, sedangkan pada kelompok hormonal medikamentosa PSA saat diagnosis <20 ng/mL ataugradingtumor ? 2 akan mempunyaisurvival5 tahun lebih baik.Katakunci:orchidectomy, hormonal medikamentosa,survivallima tahun, PSA, tumorgrading
    corecore