8 research outputs found

    Revitalisasi Pengelolaan Budi Daya Perikanan Karamba di Sungai Riam Kanan [Revitalization Of Fish Cage Aquaculture Management In Riam Kanan Stream]

    Full text link
    Usaha budi daya ikan sistem karamba dan karamba jaring apung (KJA) di Sungai Riam Kanan Provinsi Kalimantan Se-latan telah diusahakan masyarakat sejak tahun 1980an. Permasalahan utama yang dihadapi pembudidaya ikan karamba adalah biaya produksi dan mortalitas ikan peliharaan yang tinggi. Akhir tahun 2012 terjadi kematian massal ikan budi daya dalam karamba/KJA. Kondisi hipoksia dan hiperamonifikasi merupakan penyebab utama kematian massal ikan sebagai akibat akumulasi pakan buatan yang tidak termakan oleh ikan mengendap di dasar perairan menyatu dengan kotoran ikan. Pengaturan pemberian pakan dan alokasi jumlah dan ruang untuk penempatan karamba merupakan solusi yang tepat untuk pengelolaan budi daya perikanan karamba berkelanjutan. Penambahan frekuensi dan lama waktu pemberian pakan akan meningkatkan efektifitas pemanfaatan pakan buatan sehingga dapat mengurangi beban limbah organik. Jumlah unit karamba yang dapat diusahakan pada panjang sungai 100 m sesuai dengan daya dukung perairan Sungai Riam Kanan yang ditetapkan dari kapasitas daya dukung sebanyak 63-64 unit

    Tingkat Kematangan Gonad dan Fekunditas Ikan di Kolam Rawa Danau Bangkau pada Musim Kemarau [Gonadal Development Stage And Fecundity Of Fishes In Swamp Pond Of Danau Bangkau At Dry Season]

    Full text link
    Penelitian bertujuan menentukan tingkat kematangan gonad dan fekunditas ikan penghuni kolam rawa di rawa Danau Bangkau. Pengambilan sampel ikan dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 (puncak musim kemarau) di tiga unit kolam dengan metode sampling. Jumlah ikan contoh yang dianalisis sebanyak 30 ekor setiap jenis. Tingkat kematangan gonad ikan betina yang tertangkap di kolam rawa berkisar pada tingkat II-V. Sebagian besar ikan yang tertangkap di kolam rawa berada pada kondisi matang gonad (TKG IV-V). Fekunditas ikan yang matang gonad menunjukkan kisaran 8.99417.988 telur (gabus), 8.667-17.104 telur (toman), 2.648-14.566 telur (betok), 4.635-10.594 telur (sepat siam), dan 1.3242.648 telur (sepat rawa)

    HUBUNGAN INDEKS KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DENGAN PARAMETER KUALITAS AIR DI SUNGAI MARTAPURA DESA MELAYU KABUPATEN BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks dominasi macrozoobenthos di Sungai Martapura Desa Melayu dan mengetahui hubungan parameter kualitas air berdasarkan indeks dominasi macrozoobenthos di perairan Sungai Martapura Desa Melayu Penelitian ini dilaksanakan di Sungai Martapura Desa Melayu Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Secara keseluruhan waktu yang diperlukan dalam penelitian selama 4 bulan. Parameter yang diukur yaitu suhu, kecerahan, kedalaman, kecepatan arus, total suspended solid (TSS), dissolved oxygen (DO), derajat keasaman (pH). Analisis data yang digunakan yaitu kepadatan, kepadatan relatif, frekuensi kehadiran, keanekaragaman, keseragaman, similaritas dan analisis regresi linear berganda.                Hasil penelitian ditemukan sebanyak 6 spesies macrozoobenthos yang terdiri dari 2 filum dan 3 kelas. Nilai kepadatan populasi tertinggi terdapat pada stasiun I sebesar 1.687 ind/m2 dan terendah pada stasiun II sebesar 1.027 ind/m2. Indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun III sebesar 1,18 dan terendah terdapat pada stasiun II sebesar 0,18. Indeks keseragaman tertinggi terdapat pada stasiun III sebesar 0,80 dan terendah terdapat pada stasiun I sebesar 0,1. Indeks similaritas antar stasiun tidak ada kemiripan. Kepadatan relatif tertinggi dari spesies T.tubifex sebesar 98,26% dan terendah terdapat pada spesies C.aurisipelis sebesar 0,87%. Frekuensi  kehadiran tertinggi terdapat pada stasiun III sebesar 167,67% dan terendah terdapat pada stasiun II sebesar 66,67%. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda didapatkan R = 0,716 artinya sebesar 71,6% kepadatan macrozoobenthos mempengaruhi kualitas air Sungai Martapura

    VARIASI BIOMASSA ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms) TERHADAP DERAJAT KEASAMAN (pH) PADA AIR LIMBAH SASIRANGAN

    Get PDF
    Tujuan penelitian ”Variasi Biomassa Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms) Terhadap Derajat Keasaman (pH) Pada Air Limbah Sasirangan” adalah untuk mengetahui pengaruh variasi biomassa gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms) sebagai fitoremidiator terhadap pH pada air limbah sasirangan dan untuk mengetahui pengaruh waktu pengamatan khususnya perbandingan antara sesi pagi dan petang terhadap keefektifitasan eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms) dalam menstabilkan pH pada air limbah sasirangan. Hasil penelitian menunjukkan seluruh varian biomassa eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms) berpotensi dalam proses penurunan nilai derajat keasaman (pH) pada limbah cair industri pembuatan kain sasirangan meski tidak mencapai titik netral namun telah sesuai dengan batas yang ditentukan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan serta berdasarkan waktu penelitian yang dilakukan selama 3 pekan  dengan membandingkan hasil pengamatan sesi pagi (6 WITA) dan sesi petang (18 WITA) didapat berupa persentase penurunan pH untuk perlakuan A1 sebesar 4,09 %, A2 sebesar 4,20 % dan A3 sebesar 4,85 % dari rerata kontrol sebesar 9,28. Sedangkan persentase penurunan nilai pH pada pengamatan sesi petang yaitu untuk perlakuan A1 sebesar 4,49 %, A2 sebesar 4,70% dan A3 sebesar 5,24% dari rerata kontrol sebesar 9,36.   The research “Variation Of Water Hyacinth (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms) Biomass Against The Degree Of Acidity (pH) On Sasirangan Wastewater” aims to determine the effect of variation in the water hyacinth biomass (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms) as a phytoremidiator on pH in Sasirangan wastewater and to determine the effect of observation time, specifically the comparison between dawn and dusk sessions on the effectiveness of water hyacinth (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms) in stabilizing the pH of Sasirangan wastewater. The results showed that all variants of water hyacinth biomass (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms) have the potential to decrease the acidity (pH) value of liquid waste in Sasirangan fabric manufacturing industry. Although it does not reach a neutral point, but later in accordance with the limits determined by Provincial Government of South Kalimantan and based on the time of the research carried out for 3 weeks by comparing the observations of the dawn session (6 A.M) and dusk session (6 P.M) obtained the percentage form of pH decrease for A1 treatment value of 4.09%, A2 by 4.20% and A3 by 4.85% from the average control value of 9.28. While the results obtained in the percentage form of pH decrease within dusk session observation shown A1 treatment value of 4,49%, A2 by 4,70% and A3 by 5,24% from the average control value of 9,36

    Rekayasa Kualitas Air pada Budidaya Ikan Teknologi Bioflok di Lahan Pekarangan Pondok Pesantren Hidayatullah Kelurahan Guntung Manggis Kec. Landasan Ulin Kota Banjarbaru

    Full text link
    Jumlah santri Pondok Pesantren Hidayatullah sebanyak 102 orang, 23 diantaranya mondok dan sisanya 79 bermukim di sekitar Pondok.  Siswa yang mondok tidak dikenakan biaya, karena berasal dari keluarga yang tidak mampu. Sumber dana kegiatan Pondok Pesantren Hidayatullah berasal dari donator tetap dan tidak tetap, namun masih belum mencukupi. Untuk keberlanjutan kegiatan pondok pengembangan kemampuan pembiayaan sendiri melalui pemanfaatan lahan pekarangan yang melalui budidaya ikan sistem bioflok. Metode pendekatan yang digunakan dalam PKM ini adalah pendekatan partisipasi kelompok atau Partisipatory Rural Apprasial (PRA), yaitu melibatkan semua peserta dalam seluruh tahapan kegiatan. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi: penyuluhan/ceramah, demonstrasi-partisipatif, pendampingan, dan evaluasi untuk melihat efektivitas program dalam pencapaian luaran kegiatan. Hasil evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan menunjukkan Pengelola Pondok Pesantren dan santri mampu melakukan usaha budidaya ikan teknologi bioflok secara mandiri tanpa bimbingan. Pengelola Pondok Pesantren dan santri memahami dan terampil melakukan tahapan-tahapan usaha budidaya ikan dengan teknologi bioflok yang dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan atau untuk memenuhi kebutuhan pangan pondok sehari-hari sehingga dapat mengurangi biaya operasional pondok pesantren
    corecore