329 research outputs found

    Tinjauan Yuridis Konvensi Jenewa IV Tahun 1949 Terhadap Negara-negara Yang Berperang Menurut Hukum Internasional

    Full text link
    Rafika Mayasari Siregar[1] Abdul Rahman[2] Arif[3] Wars arise because of the hostility between the two countries (narion, religion, ethnic group, and so on) and the great battle armed between two or more forces. Of the two countries were at war and in war and the armed conflict civilians always be a victim. Wars happens between the two countries were at war causing civilians suffered minor injuries, serious injuries, and even death. I lay out the problems that are how the protection of civilians during war according to the Geneva Convention IV of 1949, how the role of International Committee of the Red Cross to a a country at war under International Law and how a violation of Geneva Convention IV of 1949 by countries at war. Authors conducted a study in this thesis is Library Research, by collecting data sourced from literature. Sources contained in this literature study is books, journals, articles, dictionary, newspaper, electronic data, also primary data as well as conventions that are used as reading in this paper. Normative Legal research that examines the ways reading, analyzing, interpreting, comparing and also translated various sources that where these resources associated with this paper. Geneva Convention IV provides the protection of civilians in time of war. This convention composed entirely 159 chapters and three attachments. Several groups of civilians to be protected is foreigners in occupied or which are also referred to citizens in the territory of the enemy civil disputants, then people who live in the occupied territories which is also called the civilian population in the occupied territories and also civilian internees in which civilians may be interned protected. International Committee if the Red Cross have a role to countries at war by providing humanitarian aid. There are some violations of the provisions of articles contained in the Geneva Conventions IV of 1949 by countries at war. [1] Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara [2] Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara [3] Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utar

    Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Indonesia

    Full text link
    The most important objective of decentralization by any means is to empower the regions and therefore the development would spread throughout the nation. However, some researches indicate that although decentralization has been implemented in Indonesia for almost a decade, the regions still strongly depend on the central government financially. This research examine the fly paper effect as one of the indicators of the success of decentralization. By examining all regions in Indonesia, the research try to find out (1) whether the General Allocation Fund and Regionally Original Income influence the regions’ spending; (2) between the General Allocation Fund and the Regionally Original Income, which one has more influence on the regions’ spending; (3) whether there has been a fly paper effect or not; and (4) whether the fly paper effect happened in the regions which have a high Regionally Original Income or in the other way. The important findings of this research indicate that all regions although have high Regionally Original Income, experienced the flypaper effect. Again, this result support the indication that the decentralization has not been successfully implemented in Indonesia

    Penerapan Manajemen Proyek Dengan Metode Cpm (Critical Path Method) Pada Proyek Pembangunan Spbe

    Get PDF
    Sebuah Perusahaan konstruksi yang bergerak dibidang pembangunan infrastruktur Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBE) sedang menjalankan banyak proyek pada beberapa wilayah di Indonesia. Dengan jadwal proyek yang begitu padat, maka perlu adanya manajemen proyek yang baik dalam menjalankannya. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada para karyawan Perusahaan mengenai manajemen proyek dengan metode Critical Path Method (CPM) agar karyawan dapat menyelesaikan seluruh proyek yang sedang berjalan. Metode yang digunakan dalam pelaksaan pengabdian kepada masyarakat ini dibagi menjadi dua tahap, pada tahap pertama dilakukan observasi langsung, yaitu: tim abdimas datang ke lokasi dalam rangka memperoleh data. Hal ini dilakukan pada saat menjelang maupun pada saat kegiatan berlangsung. Tahap kedua adalah pelatihan, yaitu: tim memberikan materi tentang manajemen proyek dengan metode Critical Path Method (CPM) sekaligus memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh Perusahaan. Hasil dari pengabdian kepada masyarakat ini adalah para karyawan dapat merencanakan dan menjalankan proyek sesuai target dengan metode Critical Path Method (CPM). &nbsp

    Analisis Rancang Bangun Pembangkit Listrik dengan Mesin Sepeda Motor dengan Penggerak Mula Terkendali

    Full text link
    Utilization of DC motors for moving the mechanical drive in place of the gas starter (prime mover). Which controlled by a controller to regulate the movement of the voltage controlled DC motor power window. Change of generator output voltage will read the sensor voltage Vout generator converted to a voltage which in this Vdc. Voltage read ATMEGA8 Mickrokontroler IC by using the ADC will determine the movement of the motor as the controller of gas, if the voltage is less than 220 V to its minimum voltage of the motor which has coupled on gas prime movers will rotate clockwise so the motor is pulling gas to reach the expected speed of the generator and its reverse in case of overspeed which causes more stress then the generator will rotate anti-clockwise so that the gas will drop to adjust the speed generator. So, rotation of DC motors forward and reverse and at a predetermined voltage level is normal voltage 220 -230 V motor will stop, and will hold the gas engine driving the generator speed will be maintained so long as the voltage under normal conditions 220-230 V.

    Desain Sistem Keamanan Pangan Hazard Analysis and Critical Control Point (Haccp) Pada Proses Produksi Gula Pg. Kebon Agung Malang

    Get PDF
    PG Kebon Agung merupakan salah satu Perusahaan yang memproduksi Gula yang berlokasi di Kabupaten Malang. Jenis gula yang dihasilkan adalah gula kristal putih. PG Kebon Agung belum menerapkan sistem keamanan pangan pada lantai produksinya, padahal pada tahapan proses produksinya banyak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya yang sangat tidak baik apabila terkomsumsi oleh konsumen. Untuk itu dilakukan perencanaan desain sitem keamanan pangan, Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP), yang bertujuan untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya yang cenderung terjadi pada lantai produksi dan menempatkan pengendalian yang diharapkan dapat mencegah, mengurangi, bahkan menghilangkan bahaya-bahaya tersebut. Hasil analisa dengan menggunakan prinsip-prinsip yang ada pada metode HACCP didapat 9 titik kendali kritis atau critical control point (CCP) yang ada pada proses produksi gula kristal putih. kesembilan CCP tersebut, lebih rinci lagi, terdapat pada proses pencucian (kontaminasi fisik), proses pemberian desinfektan (kontaminasi biologi dan kimia), proses penambahan asam phospat (kontaminasi kimia), proses penambahan susu kapur (kontaminasi fisik), proses pelepasa gas-gas sisa rekasi (kontaminasi kimia), proses penambahan flocculant (kontaminasi fisik dan kimia), dan proses pemberian fondan (kontaminasi kimia). Tabel HACCP Plan sebagai hasil atau output dari sistem HACCP telah mencakup keseluruhan hasil analisa dari prinsip-prinsip HACCP

    Analisis Kelayakan Ekonomi Antara Penggunaan Kendaraan Sendiri Dan Kendaraan Sewa Untuk Pendistribusian Produk (Studi Kasus PT. Arthawenasakti Gemilang Malang)

    Full text link
    PT. Arthawenasakti Gemilang Malang mengalami permasalahan membuat keputusan penggunaan kendaraan untuk pendistribusian produknya. PT. Arthawenasakti Gemilang memiliki dua alternatif moda pendistribusian, yaitu penggunaan kendaraan sendiri dan kendaraan sewa. Selama ini seringkali digunakan jasa persewaan apabila moda pendistribusian yang dimiliki tidak mencukupi. Seiring pertumbuhan permintaan pelanggan, Perusahaan harus memikirkan ketersediaan moda pendistribusian produk dari alternatif membeli kendaraan baru atau menggunakan jasa persewaan. Penelitian menganalisa keputusan pemilihan moda pendistribusian dengan pertimbangan perbandingan manfaat dan biaya. Analytical Hierarchy Process (AHP) menganalisis nilai manfaat dari aspek non finansial sesuai kriteria manfaat yang diharapkan. Net Present Value (NPV) menganalisis biaya operasional dari aspek finansial. Benefit Cost Ratio (BCR) memberikan analisis komparasi alternatif keputusan yang paling layak. Hasil analisis komparasi menunjukkan nilai BCR alternatif penggunaan kendaraan sendiri 1,37 x 10-8 manfaat/ juta rupiah, sedangkan nilai BCR altenatif penggunaan kendaraan sewa 2,04 x 10-8 manfaat/ juta rupiah. Hasil penelitian merekomendasikan alternatif penggunaan kendaraan sewa menguntungkan Perusahaan

    Analisis Perbaikan Postur Kerja Operator Menggunakan Metode Rula Untuk Mengurangi Resiko Musculoskeletal Disorders (Studi Kasus Pada Bagian Bad Stock Warehouse PT. X Surabaya)

    Get PDF
    Tempat dan kondisi kerja yang kurang nyaman dapat menimbulkan kerugian salah satunya adalah keluhan musculoskeletal disorders. PT. X merupakan salah satu Perusahaan rokok terbesar di Indonesia, dimana masih terdapat operator-operator yang bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, salah satunya di bagian bad stock warehouse. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai resiko postur kerja operator bad stock warehouse di PT. X berdasarkan nilai RULA dan memberikan usulan perbaikan pada Perusahaan untuk mengurangi resiko musculoskeletal disorders. Dalam penelitian ini digunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA), yaitu sebuah metode untuk menilai postur, gaya dan gerakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas (Rikardo, 2006). Pada postur kerja aktual, OP.1, OP.2, OP.6 mendapat grand score 5, OP.3 – OP.5 mendapat grand score 6, keenam elemen kerja tersebut termasuk dalam action level 3. Pada postur kerja usulan, OP.1 dan OP.6 mendapat grand score 3 yang termasuk dalam action level 2, OP.2 – OP.5 mendapat grand score 2 yang termasuk dalam action level 1

    Pemilihan Supplier Baja H-beam Dengan Integrasi Metode Analytical Hierarchy Process Dan Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (Studi Kasus: CV. Dharma Kencana)

    Get PDF
    CV. Dharma Kencana adalah Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi mencakupi mechanical, konstruksi, civil, ducting, isolasi, dan tangki. Salah satu material yang digunakan dalam produksi adalah baja H-Beam dengan total permintaan sebanyak 84.600 kg pada tahun 2013 yang disupplai oleh PT A, PT.B, PT.C. Dalam pemenuhan material bahan baku baja H-Beam sering terjadi keterlambatan dalam pengiriman dan kesalahan spesifikasi material yang berdampak pada kerugian keuangan dan keterlambatan dalam penyusunan timeline proyek. Sehingga perlu dilakukan pengukuran terhadap supplier untuk mengetahui kinerja supplier. Pemilihan supplier diharapkan sesuai dengan kebutuhan dari CV. Dharma Kencana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kriteria dan subkriteria pemilihan supplier yang sesuai kebutuhan CV. Dharma Kencana, dan memberikan hasil pengambilan keputusan untuk pemilihan supplier pada CV. Dharma Kencana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah AHP dan TOPSIS. Metode AHP untuk melakukan pembobotan terhadap kriteria dan subkriteria. Hasil dari pembobotan AHP menjadi input dalam metode TOPSIS. Hasil dari penelitian ini menghasilkan 8 kriteria dan 17 subkriteria. Dari metode AHP, bobot kriteria terbesar adalah quality (27,8%) dan price (21,2%), sedangkan dari metode TOPSIS menghasilkan supplier utama yaitu PT. C dengan nilai separasi positif 0,0041dan nilai separasi negatif 0,0076

    Implementasi Total Productive Maintenance Sebagai Penunjang Produktivitas Dengan Pengukuranoverall Equipment Effectiveness Pada Mesin Rotary Kth-8 (Studi Kasus Pt.Indonesian Tobacco)

    Get PDF
    Produsen tembakau iris dihadapi permasalahan downtime mesin yang besar pada mesin Rotary KTH-8 yang berfungsi sebagai pemotong daun tembakau.Downtime mesin yang besar berdampak pada tingkat produktivitas kegiatan produksi dan jumlah produk yang berkualitas.Untuk dapat meningkatkan produktivitas maka dilakukan implementasi Total Productive Maintenance (TPM) dengan pengukuran Overall Equipment Effectiveness (OEE).Langkah yang dilakukan yaitu melakukan pengukuran OEE serta mengetahui faktor terbesar yang mempengaruhi dengan perhitungan six big losses.Setelah itu mendapatkan penyebab permasalahan yang terjadidengan menggunakan fishbone diagram.Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas pada Mesin Rotary KTH-8 sebesar 73,456% sehingga masih di bawah standart JIPM sebesar 85%. Faktor terbesar yang mempengaruhi rendahnya nilai OEE adalah performance rate dengan faktor presentase six big losses pada speed losess 71,205% dari seluruh time loss.Hal yang dilakukan untuk mengantisipasi rendahnya nilai OEE pada mesin Rotary KTH-8 yang yaitu dengan diadakannya autonomous maintenance yang diberikan kepada operator.Melakukan training bagi teknisi maintenance serta melakukan pengawasan terhadap operator tentang kebersihan tempat kerja.Menggunakan sistem perawatan preventive maintenance pada komponen knifedrum tepatnya pada tingkat presisi gigi ulir penggerak dengan as drum. Kata kunci (keyword) :Total Productive Maintenance, Overall Equipment Effectiveness, fishbone diagra
    • …
    corecore