2 research outputs found

    Khazanah Ekoleksikon Kesungaian Bahasa Banjar

    Get PDF
    Vocabulary of River Eco-Lexicon in Banjarese LanguageABSTRAKMasyarakat Banjar hidup sejak dahulu di sekitaran sungai. Hampir seluruh kegiatan masyarakat Banjar yang dilakukan di sungai tentu membentuk orientasi dan kebudayaan masyarakat maritim. Kebudayaan akan memengaruhi bahasa masyarakat tersebut. Dengan kajian ekolinguistik, bisa ditemukan bahwa erat kaitan antara bahasa dan lingkungan tempat tinggal manusia. Bahasa merupakan salah satu identitas masyarakat yang mencerminkan kebudayaan masyarakat itu sendiri. Namun, seiring berjalannya zaman, arus globalisasi sedikit demi sedikit mulai menggeser orientasi masyarakat sungai. Ini akan berdampak pada krisis jati diri dan berdampak pada pemertahanan bahasa daerah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data penelitian yang berupa leksikon kesungaian didadapatkan melalui penelitian lapangan dan kajian pustaka. Ditemukan hasil bahwa masyarakat usia 40-60 tahun, mengetahui lebih banyak leksikon kesungaian dibandingkan dengan masyarakat usia 20-40 tahun. Hal ini membuktikan bahwa leksikon kesungaian pada masyarakat Banjar mulai mengalami penurunan daya tahan.Kata kunci: Ekoleksikon, Identitas Maritim, Masyarakat Banjar, Sungai.ABSTRACTThe Banjar people have lived around the river for a long time. Almost all the activities of the Banjar people which are carried out on the river certainly shape the orientation and culture of the maritime community. Culture will influence the language of the community. With ecolinguistic studies, it can be found that there is a close relationship between language and the environment in which humans live. Language is one of society's identities that reflects society's culture. However, as time goes by, the flow of globalization gradually begins to shift the orientation of the river community. This will have an impact on the crisis of identity and impact on the maintenance of local languages. This study used descriptive qualitative method. Research data in the form of a river lexicon were obtained through field research and literature review. The results found that people aged 40-60 years, know more river lexicon than people aged 20-40 years. This proves that the lexicon of rivers in the Banjar community begins to experience a decrease in resistance.Keyword: Eco-Lexicon, Maritime Identity, Banjar Society, Rive

    Studi Kontrastif Tindak Tutur Perintah Bahasa Jepang dan Bahasa Banjar (Kajian Pragmatik)

    No full text
    Ketika melakukan tindak tutur perintah, setiap masyarakat mempunyai gaya bahasa dan standar kesantunan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut seringkali menyebabkan kesalahan penggunaan bahasa oleh penutur. Akibatnya, tujuan tindak tutur perintah tidak tercapai. Adanya persamaan dan perbedaan pada tindak tutur perintah bahasa Jepang dan bahasa Banjar perlu dikaji agar diketahui apa saja bentuk tindak tutur perintah bahasa Jepang dan apa saja bentuk tindak tutur perintah bahasa Banjar. Setelah itu akan terlihat persamaan dan perbedaan di antara kedua tindak tutur perintah. Tujuannya dalah untuk menunjukkan cara menuturkan tindak tutur bahasa Jepang dan bahasa Banjar dengan baik dan benar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif. Data dikumpulkan melalui kajian pustaka berupa film. Data yang digunakan yaitu kalimat perintah yang ada pada film berbahasa Jepang dan berbahasa Banjar. Setelah terkumpul, data diklasifikasikan dan ditranslasikan, baru kemudian dianalisis secara kontekstual. Teori yang digunakan dalam menganalisis data yaitu teori pragmatik yang melihat tindak tutur berdasarkan konteks dan situasi tutur, teori strategi kesantunan Brown dan Levinson, serta teori kontrastif. Hasil dari penelitian ini dijabarkan dalam bentuk narasi dari segi ekspresi yang digunakan, intonasi, posisi penutur dan lawan tutur, hubungan penutur dan lawan tutur, serta jenis tuturan yang digunakan. Ditemukan hasil persamaan di antara bahasa Jepang dan bahasa Banjar yaitu, perintah dituturkan oleh penutur yang memiliki hubungan akrab dengan lawan tutur. Perbedaan yang ada yaitu, pada bahasa Jepang hanya ditemukan tindak tutur perintah yang dituturkan oleh penutur yang memiliki posisi lebih tinggi daripada lawan tutur dan posisi setara dengan lawan tutur. Sedangkan dalam tindak tutur perintah bahasa Banjar, ditemukan tindak tutur yang dituturkan oleh penutur yang memiliki posisi lebih tinggi, lebih rendah, dan setara dengan lawan tutur. Pada tindak tutur perintah bahasa Jepang ditemukan bentuk dengan pola ~なさい (-nasai)、~ろ (- ro)、dan ~よ (-yo). Pada tindak tutur perintah bahasa Banjar ditemukan bentuk dengan pola ‘akan’, kata perintah, ‘padahi’, ‘-nah’, kata benda+akhiran ‘i’, kata sifat+akhiran ‘i’, ‘pang’, dan ‘-lah’. Saran untuk penelitian selanjutnya, bisa menggunakan data tindak tuutr yang diperoleh langsung dari masyarakat Jepang dan masyarakat Banjar
    corecore