22 research outputs found
Lactose Bioelectricity on a Microbial Fuel Cell System Parallel Circuit Using Lactobacillus Bulgaricus
Electrical energy needs in Indonesia is estimated to continue growing by 4.6% per year, and if there is nothing to be done to increase the production of electric energy, this figure will increase threefold by 2030. Microbial Fuel Cells (MFC) is one way to produce alternative electric energy by utilizing organic material as a substrate for bacterial metabolic activity that generate electricity. The aim of this study is to examine lactose bioelectricity in a parallel circuit MFC system using Lactobacillus bulgaricus to generate electrical energy. The principle of this study is bioelectrochemistry which is the chemical energy change into electrical energy involving redox reactions by utilizing microbes. This study used a dual chamber MFC system with salt bridge as a connector and conductor of protons from the cathode compartment to the anode compartment. An anode compartment contained the bacteria Lactobacillus bulgaricus and lactose substrate, while the cathode compartment contained electrolyte solution KMnO4 0.2 M and phosphate buffer solution with pH = 7. This study used a single circuit, parallel circuit 1 with 2 cells, and a parallel circuit 2 with 3 cells which were oriented to enlarge the produced electricity current. Bioelectricity of lactose produced power in a single series, parallel 1 and parallel 2 respectively were 72.58 x10-6 mWatt; 155.77 x10-6 mWatt; 270.28 x10-6 mWatt where the power generated was proportional to the parallel circuit electric current. Hence by the same potential difference, the power magnitude in parallel circuit 1 approached twice to the single circuit and the power magnitude in parallel circuit 2 approached three times to the single circui
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI DOPING MANGAN TERHADAP KARAKTERISTIK ELEKTROLIT PADAT NaCo(1-X)MnXO2 DENGAN METODE SOL-GEL
Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh variasi konsentrasi doping mangan terhadap karakteristik elektrolit padat NaCo(1-x)MnxO2 dengan metode sol-gel. Tujuan penelitian ini adalah membuat elektrolit padat NaCo(1-x)MnxO2 dan menentukan pengaruh variasi konsentrasi doping mangan terhadap karakteristik NaCo(1-x)MnxO2 meliputi morfologidan konduktivitas listrik.Karakterisasi hasil sintesis elektrolit padat yang dilakukan meliputi uji konduktivitas menggunakan LCR meter, X-ray Diffraction (XRD) dan Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (SEM-EDS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah diperoleh elektrolit padat NaCo(1-x)MnxO2 dengan mineral penyusun elektrolit padat terdiri dari NaMnO2, CoO, Na2O dan MnO2. Penambahan variasi doping mangan menghasilkan konduktivitas tertinggi pada konsentrasi 0,22 M sebesar 4,057x10-6 S/cm, dengan formula spinel yang diperoleh adalah NaCo0,61Mn0,39O2
Corrosion Rate of Copper and Iron in Seawater Based on Resistance Measurement
Copper and iron metal wire corrosion in artificial sea water have been investigated in three corrosion systems, in the (i) closed bath, (ii) opened or air exposed bath, and (iii) aerated bath. The aim of our investigation is to determine the effect of oxygen contained in the air to the metals' corrosivity. Artificial sea water was prepared by dissolving 173.59 g sodium chloride and 4.91 g potassium chloride in 7.00 kg of water at 230C.The corrosion experiment was carried out under the constant temperature of 32 0C. Decrease of metal masses during corrosion was monitored by measuring the metal resistance change. Our experiment provided the corrosion rate in g.cm-2.s-1 as 4.01 x 10-7 (in closed bath), 4.01 x 10-6 (in opened bath) and 9.43 x 10-6 (in aerated bath) of copper metal, and 2.12 x 10-6 (in closed bath), 5.99 x 10-6 (in opened bath), and 1.07 x 10-5 (in aerated bath) of iron metal. Experimental results show that air oxygen give strong effect on the corrosion of copper and iron meta
Effect of Series Circuit on the Lactose Bioelectricity of a Microbial Fuel Cell System Using Lactobacillus Bulgaricus
The need for alternative energy, especially electricity at this time is increasing. The decreasing amount of fuel that cannot be updated, encouraging scientists to conduct researches in finding alternative energy sources which are environmentally friendly, one of the alternative energy is the Microbial Fuel Cell (MFC). The research on the effects of a series circuit on the production of lactose bioelectricity microbial fuel cell system using Lactobacillus bulgaricus has been conducted. This study aim was to assess the effect on the production series circuit lactose bioelectricity MFC system using microbes Lactobacillus bulgaricus. Stages of research included a microorganism preparation of Lactobacillus bulgaricus, and measuring the potential difference in a single, series 1 and series 2 circuits in the MFC system. The potential difference on the measurement of a single, series 1 and series 2 on the substrate lactose were 45 mV / 100mL; 57 mV / 100mL; 58 mV / 100mL respectively where the power were 105.75x10-6 mW; 136x10-6 mW; 139.2x10-6 mW. These results suggested that series circuit was able to increase the potential difference and power on the substrate lactose and tofu whey the MFC system according to Ohm's law
ADSORBSI ION TEMBAGA (II) DENGAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH YANG TERMODIFIKASI TRIPOLIFOSFAT
Sintesis adsorben kitosan dari limbah kulit udang yang dimodifikasi dengan tripolifosfat telah dilakukan. Tujuan penelitian adalah mensintesis kitosan dari kulit udang, kemudian memodifikasi dengan tripolifosfat dan mengaplikasikannya pada adsorpsi ion logam Cu(II). Kitosan disintesis dari kulit udang putih melalui deproteinisasi, demineralisasi dan deasetilasi. Kitosan yang diperoleh kemudian dimodifikasi dengan tripolifosfat pada berbagai perbandingan. Karakterisasi kitosan dan kitosan yang dimodifikasi oleh tripolifosfat (K-TPP) menggunakan spektrofotometer FTIR. Kitosan diaplikasikan untuk mengadsorpsi Cu(II) pada berbagai variasi pH Â dan waktu. Hasil spektra FTIR menunjukkan bahwa kitosan yang diisolasi dari limbah kulit udang putih menghasilkan kiitosan dengan derajat deasetilasi 73,8% yang ditentukan dengan metode baseline. Berdasarkan spektra FTIR, ikatan antara kitosan dan tripolifosfat teramati pada 1558,72 cm-1 (serapan N-O) dan absorbansi 1153,34 cm-1 (serapan P-O). Kitosan yang termodifikasi dengan TPP mempunyai kemampuan adsorpsi optimal untuk ion logam Cu(II) pada perbandingan kitosan:tripolifosfat 1:1, pH 4 dan waktu adsorpsi pada 4 jam. Dalam kondisi optimal menunjukkan bahwa adsorbsi K-TPP dan kitosan masing-masing sebesar 99,8 dan 43,96 terhadap 100 ppm Cu(II). Hasil penelitian menunjukkan bahwa K-TPP adalah adsorben Cu(II) yang lebih efektif dibandingkan kitosan murninya
SINTESIS KATALIS NI/ZEOLIT DAN APLIKASINYA PADA PIROLISIS LIMBAH SERABUT BATANG SAGU
Sintesis katalis Ni/Zeolit sebagai katalisator pada proses pirolisis limbah serabut batang sagu telah dilakukan. Katalis disintesis menggunakan zeolit lolos 100 mesh diaktifasi dengan perendaman HF 1% selama 4 jam dilanjutkan dengan perendaman menggunakan HCl 1 M selama 4 jam. Padatan kemudian dicuci dengan akuades untuk menghilangkan sisa Cl-, kemudian dikeringkan pada 120°C selama 24 jam. Impregnasi 1,2% (b/b) nikel dilakukan dengan menggunakan metode impregnasi basah dengan garam prekursor NiCl2.6H2O. Katalis Ni/zeolit kemudian dikalsinasi dibawah aliran nitrogen pada 400°C selama 4 jam dilanjutkan oksidasi dibawah aliran oksegen dan reduksi dibawah aliran hidrogen dengan temperatur masing-masing 400°C selama 4 jam. Analisis katalis dilakukan dengan menggunakan XRD dan keasaman total dengan adsorpsi NH3. Pirolisis serabut limbah batang sagu dilakukan dengan katalis dan tanpa katalitis pada 400°C, dengan ditampung produk cairnya. Pirolisis secara katalitik dipergunakan katalis 5% (b/b). Produk cair hasil pirolisis selanjutnya dianalisis dengan GC-MS.Hasil karakterisasi dengan XRD menunjukkan bahwa katalis Ni/Zeolit memiliki kandungan mineral mordenit, clinotilolit, laumontit dan faujasit. Ni terimpregnasi terdeteksi dalam bentuk Ni dan NiO. Hasil analisis terhadap produk cair hasil pirolisis dengan katalis dan tanpa katalis diperoleh produk dominan masing-masing berupa metilglioksal dan asam asetat
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN PADUAN KITOSAN-POLIETILENGLIKOL6000
Kitosan adalah polimer alami yang memiliki sifat non toksik, hidrofil, biokompatibel dan biodegradabel dan dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan membran. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi membran kitosan yang dipadukan dengan Polietilen glikol berat molekul 6000/PEG 6000 (kitosan-PEG6000) dan mengkarakterisasi membrannya. Mula-mula kitosan dan PEG6000 dilarutkan dan dipadukan dengan perbandingan tertentu, kemudian larutannya diubah menjadi bentuk membran. Membran kitosan-PEG diperoleh dengan memvariasikan perbandingan kitosan-PEG sebesar 8:2; 7:3; 6:4; dan 5:5 (v/v). Karakterisasi membran dilakukan dengan pengujian ketebalan, pengembangan/swelling, morfologi, biodegradasi, ketahanan terhadap pH. Uji tarik dan FTIR untuk mengetahui gugus fungsinya. Hasil karakterisasi membran kitosan-PEG 6000 menunjukkan bahwa semakin banyak penambahan PEG dalam membran menghasilkan membran yang lebih tipis, kemampuan swelling meningkat, hidrofilitasnya meningkat, kemampuan biodegradable menurun, kekuatan mekanik menurun, memiliki ketahanan pH pada range 3-13 dan kontur permukaan berpori dengan ukuran pori 30-120 nm
Eco-Friendly Chitosan-Based Biodiesel Heterogeneous Catalyst Support Membrane
A chitosan-polyvinyl pyrrolidone K-30 (Cs-PVP.K30) membrane was prepared as a heterogeneous catalyst supporting membrane in the transesterification process in the production of biodiesel from palm oil and methanol through the blend reaction between chitosan (Cs) and polyvinyl pyrrolidone K-30 polymer (PVP K-30). Several membranes were characterized by their physicochemical and catalytic properties. Based on physicochemical data, it was found that including the carbonyl group from PVP K-30 into the chitosan framework correlated with an increase in porosity, hydrophilicity, water absorption, and the degree of swelling of the membrane. The results of the analysis using Fourier Transmittance Infra-red (FTIR) showed the spectra of carbonyl (-C=O) and hydroxyl (-OH) groups at wavenumbers 1648 cm-1 and 3363 cm-1, which shows that the reaction of chitosan alloy with PVP K-30 has been successfully carried out. The catalytic site of the Cs-PVP K30-NaOH membrane in the biodiesel production process was studied under several conversion conditions. It was found that the conversion of biodiesel reached 93.90% with a reaction time of 90 minutes, a temperature of 65°C, and an oil/methanol mole ratio of 1:7
PENAMBAHAN CERIUM TERHADAP AKTIVITAS KATALIS PLATINA UNTUK MENGURANGI KADAR GAS BUANG HIDROKARBON RINGAN
Metoda preparasi merupakan faktor yang cukup menentukan bagi aktivitas suatu sistem katalis berpengemban. Berbagai prosedur eksperimen dilakukan merupakan upaya untuk mendapatkan perubahan besar path setiap pembuatan katalis. Penambahan senyawa aditif atau dikenal sebagai promotor pada pembuatan sisten katalis berpengemban merupakan can untuk mendapatkan katalis yang lebth balk serta sesuai dengan proses reaksi yang diinginkan.
Senyawa promotor telah diketahui mampu memperbaiki aktivitas dan berpengaruh sangat kuat terhadap kinerja katalis. Jenis katalis untuk mengurangi pencemaran gas buang hidrokarbon yang sudah ada umumnya memiliki keterbatasan pada stabilitas termal rendah dan kandungan logam mulia yang tinggi. Sehingga perlu upaya untuk mendesain katalis barn yang tetap aktif pada temperatur tinggi serta kandungan logam mulia yang rendah dengan cam menambahkan senyawa cerium yang berperan sebagai promotor. Penelitian ini betujuan untuk mendapatkan model pembuatan katalis paladium yang memiliki aktivitas optimum pada proses mengkonversi gas buang campuran hidrokarbon ringan (LPG), serta dapat mengidentifikasi karakter katalis yang meliputi luas permukaan, distribusi pori, kekristalan katalis.
Pada penelitian ini preparasi katalis dilakukan menurut metode impregnasi basah. Sejumlah tertentu larutan garam dari logam platina 1% dan senyawa promotor cerium dimasukkan kedalam serbuk pengemban (y -alumina). Padatan
campuran selanjutnya diaktivasi dan direduksi berturut-turut pada temperatur 550 °C dan 400 °C. Padatan katalis hash aktivasi kemudian diuji dengan analisis BET serta difraksi sinar-X untuk menentukan porositas, leas permukaan dan kekristalan.Aktivitas katalis diukur berdasarkan kemampuannya dalam mengkonversikan hidrokarbon ringan pada berbagai temperatur reaksi. Besamya konversi ditetapkan melalui metode spektrofotometer IR non-dispersif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa katalis *film dengan penambahan cerium 5 % menyebabkan berkurangnya luas pemmkaan dan porositas katalis, tetapi dilain pihak kekristalan logam platina meningkat serta adanya kecenderungan menurunnya ukuran partikel logam platina. Basil uji katalitik membuktikan bahwa katalis platina dengan penambahan cerium mampu mengkonversi LPG hingga 70,73% pada temperatur 550 °C. Penentuan secara kuantitatif berkaitan dengan jumlah situs aktif logam platina agaknya perlu dikembangkan untuk lebih dalam membuka tabir penyebab meningkatnya kinerja katalis.
Methods of preparation are factor to determine the catalytic behaviour of the supported metal systems. Variations in the experimental procedure many leads to profound change in properties of prepared catalyst. Furthermore, the incorporation of additives, usually know as promotors and the employment of supported bimetallic systems allow the choice of the most suitable catalyst for a particular process.
Promotors are included to improve the activity of the catalyst and can have a strong influence on performance. The catalysts for emmisions of light hydrocarbons on this research, its were modified by addition of cerium as promotor in catalyst of platinum.
Our aims are to found methods of preparation of the palladium catalyst have highly activity on convert light hydrocarbon mixtures (LPG) at hight temperatures and to identification surface area, distribution pore size, cristallinity. The catalyst was prepared by wet impregnation chloride salt solution of platinum and sulfate salt cerium on y —alumina support. After that, it was followed by drying overnight and
calcination, reduction at 550 °C, 400 °C, respectively.
Characterization of catalysts was conducted by BET analysis method to determine surface area, pore radius and pore volume distribution. X-ray diffraction method was used for the analysis of cristallinity. The performance of catalyst on oxidation of light hydrocarbon e.g. LPG, was carried out in a flow reactor system at various temperatures. Products of reaction were analyzed by non-dispersive IR spectroscopy.
The experimental results clearly show those, platinum of catalyst with additive cerium can be decrease of surface area, pore radius and pore volume. On the other hand cerium can improve of the cristallinity and decrease of the particle size of the metal loading.
It was concluded from result that the catalytic test showed that cerium contributes on the performance catalyst can covert LPG of 70.73% at 550°C