10 research outputs found

    PENERAPAN MODEL EFI (ENAM FITUR INTI) DALAM MENUMBUHKAN SIKAPKEWIRAUSAHAAN PESERTA DIDIK PADA PROGRAM PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAANMASYARAKAT (PKM) DI UPT SKB KOTA MALANG

    Get PDF
    Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat diluncurkan oleh pemerintah melalui DirektoratJenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal sebagai upaya solutif mengatasi jumlahpengangguran di Indonesia dan menekan angka kemiskinan. Sebagai upaya untuk menumbuhkan sikapkewirausahaan kepada peserta didik sehingga dapat mempertanggungjawabkan bantuan modal usahayang diberikan, maka penyelenggaraan PKM pada lembaga menggunakan Model EFI dimana ada enamkomponen utama dalam penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan masyarakat yang meliputirekrutmen, analisis kebutuhan pelatihan, pelatihan, penilaian, dukungan modal usaha, dan yang terakhirdukungan keberlanjutan usaha.Pendekatan penelitian yang digunakan peneliti adalah kualitatif deskriptif. Penelitian inidilaksanakan di UPT SKB Kota Malang, dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dandokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah koleksi data, reduksi data, display data danverifikasi. Sedangkan dalam uji keabsahan data peneliti menggunakan kredibilitas, dependabilitas,konfirmabilitas, dan transferabilitas.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan program PKM denganmenggunakan model EFI telah berjalan dengan efektif dan efisien, dimana dapat dilihat dariterselesaikannya tahapan demi tahahan dalam setiap komponen yang terkandung dalam model EFI sertaterbentuknya rintisan usaha oleh 16 peserta didik. Kelebihan model EFI adalah memiliki komponenyang runtut dan sistematis sehingga menghasilkan peserta didik yang terampil dan memiliki motivasiuntuk merintis usaha. Sedangkan kelemahan model EFI adalah kurangnya kesesuaian antara metode inhouse training (IHT) dan metode on the job training (OJT). Sikap kewirausahaan peserta didik di UPTSKB Kota Malang dibuktikan dengan tumbuhnya motivasi yang tinggi, disiplin, percaya diri, memilikikreatifitas dan inovasi serta siap untuk menghadapi risiko. Saran yang diberikan adalah untuk menjalinkerjasama yang baik dengan berbagai pihak sehingga memudahkan peserta didik dalam mendapatkanmodal lanjutan maupun memasarkan hasil produksinya. Kata Kunci : Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat, Model Enam Fitur Inti, Sikap Kewirausahaan   Abstract The Society Entrepreneurship Education launched by government through Directorate-General ofEarly Childhood Education, Nonformal and Informal as a solutif effort to overcome a number ofunemployee population in Indonesia and to reduce the poverty. As an effort to grow the studentsentrepreneurship attitude, so they can responsible about business capital given. The implementation ofSEE in institution using SMF which use six main components in implementation of societyentrepreneurship education including recruitment, training need analysis, training, appraisal, venturecapital, and the last is sustain ability efforts of business.2The research approach used by researcher is descriptive qualitative. This research implemented inUPT SKB Kota Malang, with submitted technique : observation, interview and documentation. Dataanalysis technique used are data collection, data reduction, display of data and verification. The testvalidity of data used by researcher are credibility, dependability, confirmability, and transferability.The obtainable result from this research is implementation of society entrepreneurship educationprogram description using SEE model has been done effectively and eficiently, which can be seen fromfinished step by step in each component of SEE and there are pioneer work by 16 partisipants of theprogram. The strength of SEE model is it has coherent and sistematic component so that creat acompetent students and has motivation to pioneering business. Whereas the weakness of SEE model isthe lack of the appropriate between in house training (IHT) method and on the job training(OJT) method.The students entrepreneurship attitude at UPT SKB Kota Malang evidenced by high motivation grow,dicipline, confidence, creativity, and innovation and readiness to face the risks. Advice for this programis to compose a good cooperation with so many institution so that make easier the students to get venturecapital or the production. Keyword : Society Entrepreneurship Education, The Sixth Main Fitures, Entrepreneurship Attitud

    PENERAPAN MODEL EFI (ENAM FITUR INTI) DALAM MENUMBUHKAN SIKAPKEWIRAUSAHAAN PESERTA DIDIK PADA PROGRAM PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAANMASYARAKAT (PKM) DI UPT SKB KOTA MALANG

    Get PDF
    Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat diluncurkan oleh pemerintah melalui DirektoratJenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal sebagai upaya solutif mengatasi jumlahpengangguran di Indonesia dan menekan angka kemiskinan. Sebagai upaya untuk menumbuhkan sikapkewirausahaan kepada peserta didik sehingga dapat mempertanggungjawabkan bantuan modal usahayang diberikan, maka penyelenggaraan PKM pada lembaga menggunakan Model EFI dimana ada enamkomponen utama dalam penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan masyarakat yang meliputirekrutmen, analisis kebutuhan pelatihan, pelatihan, penilaian, dukungan modal usaha, dan yang terakhirdukungan keberlanjutan usaha.Pendekatan penelitian yang digunakan peneliti adalah kualitatif deskriptif. Penelitian inidilaksanakan di UPT SKB Kota Malang, dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dandokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah koleksi data, reduksi data, display data danverifikasi. Sedangkan dalam uji keabsahan data peneliti menggunakan kredibilitas, dependabilitas,konfirmabilitas, dan transferabilitas.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan program PKM denganmenggunakan model EFI telah berjalan dengan efektif dan efisien, dimana dapat dilihat dariterselesaikannya tahapan demi tahahan dalam setiap komponen yang terkandung dalam model EFI sertaterbentuknya rintisan usaha oleh 16 peserta didik. Kelebihan model EFI adalah memiliki komponenyang runtut dan sistematis sehingga menghasilkan peserta didik yang terampil dan memiliki motivasiuntuk merintis usaha. Sedangkan kelemahan model EFI adalah kurangnya kesesuaian antara metode inhouse training (IHT) dan metode on the job training (OJT). Sikap kewirausahaan peserta didik di UPTSKB Kota Malang dibuktikan dengan tumbuhnya motivasi yang tinggi, disiplin, percaya diri, memilikikreatifitas dan inovasi serta siap untuk menghadapi risiko. Saran yang diberikan adalah untuk menjalinkerjasama yang baik dengan berbagai pihak sehingga memudahkan peserta didik dalam mendapatkanmodal lanjutan maupun memasarkan hasil produksinya. Kata Kunci : Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat, Model Enam Fitur Inti, Sikap Kewirausahaan   Abstract The Society Entrepreneurship Education launched by government through Directorate-General ofEarly Childhood Education, Nonformal and Informal as a solutif effort to overcome a number ofunemployee population in Indonesia and to reduce the poverty. As an effort to grow the studentsentrepreneurship attitude, so they can responsible about business capital given. The implementation ofSEE in institution using SMF which use six main components in implementation of societyentrepreneurship education including recruitment, training need analysis, training, appraisal, venturecapital, and the last is sustain ability efforts of business.2The research approach used by researcher is descriptive qualitative. This research implemented inUPT SKB Kota Malang, with submitted technique : observation, interview and documentation. Dataanalysis technique used are data collection, data reduction, display of data and verification. The testvalidity of data used by researcher are credibility, dependability, confirmability, and transferability.The obtainable result from this research is implementation of society entrepreneurship educationprogram description using SEE model has been done effectively and eficiently, which can be seen fromfinished step by step in each component of SEE and there are pioneer work by 16 partisipants of theprogram. The strength of SEE model is it has coherent and sistematic component so that creat acompetent students and has motivation to pioneering business. Whereas the weakness of SEE model isthe lack of the appropriate between in house training (IHT) method and on the job training(OJT) method.The students entrepreneurship attitude at UPT SKB Kota Malang evidenced by high motivation grow,dicipline, confidence, creativity, and innovation and readiness to face the risks. Advice for this programis to compose a good cooperation with so many institution so that make easier the students to get venturecapital or the production. Keyword : Society Entrepreneurship Education, The Sixth Main Fitures, Entrepreneurship Attitud

    Model Kepemimpinan Kolektif Pesantren Studi Kasus Pada Pesantren Al-Adzkiya’ Nurus Shofa Karang Besuki Kecamatan Sukun Kabupaten Malang

    Get PDF
    AbstrakPondok pesantren merupakan salah satu lembaga di jalur nonformal yang berbasis keagamaan dengan mempelajari nilai-nilai keislaman. Di dalam pesantren diterapkan model kepempimpinan untuk mengelola seluruh kegiatan yang ada. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengkaji model kepemimpinan kolektif di pesantren. Lokasi penelitian adalah di Pesantren Al-Adzkiya’ Nurus Shofa Karang Besuki Kecamatan Sukun Kabupaten Malang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis pendekatan studi kasus. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan studi dokumen. Analisis data pada penelitian ini menggunakan model interaktif dari Miles and Huberman. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa (1) Peran para pemimpin kolektif yang ada di pondok pesantren meliputi: berusaha menjalankan visi dan misi, menyusun struktur kepengurusan, menggerakkan para santri, mengambil sebuah keputusan, dan bertanggung jawab di berbagai kegiatan pondok; (2) Kepemimpinan kolektif dalam proses pengambilan keputusan mencakup identifikasi masalah, mendefinisikan masalah pada forum, mengumpulkan ide dan gagasan,  memilih solusi yang paling tepat untuk memutuskan, dan memberikan hasil putusan yang sudah disepakati oleh para ketua pondok atau pemimpin kolektif yang ada di Pondok Pesantren Anshofa; (3) Faktor kepemimpinan kolektif dipengaruhi oleh faktor pendukung secara internal meliputi kiai dan santri, sedangkan secara eksternal berupa sarana dan prasarana. Sedangkan faktor penghambat adalah kurangnya komunikasi, adanya santri yang kurang taat, dan stigma dari masyarakat. AbstractIslamic boarding schools are one of the non-formal institutions based on religion by studying Islamic values. In the pesantren, a leadership model is applied to all existing activities. The purpose of this analysis is to examine the collective leadership model in pesantren. The research location is Pesantren Al-Adzkiya’ Nurus Shofa Karang Besuki, Sukun District, Malang Regency. The method used in this research is qualitative with a case study approach. The research used data interview techniques such as interviews, observation, and document study. Data analysis in this study used an interactive model from Miles and Huberman. The results of the study indicate that (1) the role of collective leaders in the Islamic boarding school includes: trying to carry out the vision and mission, compiling the management structure, mobilizing the students, making decisions, and being responsible for various activities of the boarding school; (2) collective leadership in the decision-making process includes problems, defining problems in the forum, collecting ideas and ideas, choosing the most appropriate solution to decide, and providing the results of decisions that have been agreed upon by the head of the boarding school or collective leaders in Pondok Pesantren Anshofa; (3) the leadership factor is built by supporting factors internally including Kiai and students, while externally in the form of facilities and infrastructure. In comparison, the inhibiting factors are the lack of communication, the presence of disobedient students, and the stigma from society

    Komponen Pembelajaran pada Transfer Pengetahuan Pewarisan Bisnis Keluarga Industri Pandai Besi

    Get PDF
    Blacksmithing is a life skill based on local wisdom to support people's lives. Transfer of knowledge in the blacksmith industry takes place informally through learning while working. The purpose of this study was to determine the learning components of the blacksmith's knowledge transfer. This research uses a qualitative case study approach with interview and observation methods. The learning components in the knowledge transfer of the blacksmith industry include panjak as students, masters and senior panjak as educators. The aim of learning is to produce panjaks that master a series of skills ranging from basic, intermediate, to advanced skills, as provisions for work and even the skills of trying to open their own pande. The media used are the same as the equipment and materials for the production process. Pande and the master's house as a place to study. Study time is the same as pande production time. Learning methods include nuntui, nuturi, practice and question and answer. Evaluation of learning in the learning process runs naturally through observations of panjak performance

    OPTIMIZATION OF BUMDES MANAGEMENT THROUGH PRODUCT MARKETING ASSISTANCE BASED ON E-COMMERCE IN PONOROGO DISTRICT

    Get PDF
    Abstrak: Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah sebuah usaha yang dibangun oleh pemerintah sebagai wujud peningkatan kemampuan keuangan pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Dalam usaha ini pengelolaan dan kepemilikan modal dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat. Pendirian BUMDes didasarkan oleh Permendagri Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa. Berdasarkan hal tersebut, tim pelaksana pengabdian kepada masyarakat Universitas Negeri Malang (UM) memberikan solusi untuk mengoptimalisaskan pengelolaan BUMDes dalam hal pemasaran produk, sehingga diharapkan dapat mengoptimalkan eksitensi dari BUMDes di Kabupaten Ponorogo. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pengabdian adalah partisipasi aktif. Metode ini melibatkan pengelola BUMDes mulai dari penentuan prioritas masalah yang akan ditangani, pelatihan optimalisasi pengelolaan pemasaran, pengumpulan data atau informasi, hingga perancangan lapak online di e-commerce seperti Shopee, Bukalapak, Lazada, JD.ID dan Blibli. Gambaran IPTEK yang dilaksanakan meliputi empat tahapan, yaitu: (a) analisis kebutuhan; (b) persiapan; (c) pelaksanaan program; dan (d) pendampingan. Dari hasil pelaksanaan kegiatan, adanya kegiatan optimalisasi pengelolaan BUMDes ini berhasil memberikan dampak positif bagi masyarakat desa, terutama dalam hal upgrading pengelolaan BUMDes. Selain itu juga dapat meningkatkan keterampilan pengelolaan anggota BUMDes dalam bidang pemasaran digital. Dengan demikian, masyarakat desa dapat menggerakkan roda perekonomian serta mampu menciptakan kondisi masyarakat yang lebih sejahtera. Abstract: Village-Owned Enterprises (BUMDes) are businesses built by the government to increase the financial capacity of village governments in administering government and increasing community income. In this effort, the village government and the community carry out the management and ownership of capital. The establishment of BUMDes is based on Regulation of Minister of Home Affairs Number 39/2010 concerning Village-Owned Enterprises. Based on this, the implementing team for community service at the Universitas Negeri Malang (UM) provides a solution to optimize the management of BUMDes in terms of product marketing so that it is expected to maximize the existence of BUMDes in Ponorogo Regency. The method used in the implementation of the service is active participation. This method involves BUMDes managers starting from determining the priority of problems to be handled, training in optimizing marketing management, collecting data or information, to designing online stalls in e-commerce such as Shopee, Bukalapak, Lazada, JD.ID, and Blibli. The description of science and technology carried out includes four stages, namely: (a) needs analysis; (b) preparation; (c) program implementation; and (d) assistance. From the results of the activity, the optimization of BUMDes management has succeeded in having a positive impact on village communities, especially in terms of upgrading the management of BUMDes. In addition, it can improve the management skills of BUMDes members in the digital field. Thus, rural communities can move the wheels of the economy and can create conditions for a more prosperous society

    Konstruksi Model Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Kesetaraan Berbasis Keswadayaan Oleh PKBM Di Kabupaten Malang

    Get PDF
    AbstrakTujuan penelitian mendeskrisikan pola manajemen penyelenggaraan Kejar Paket C Swadana dengan dana yang terbatas. Penelitian  menggunakan rancanagn  penelitian studi kasus, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan wawancara dan FGD, dan dianalisis dengan metode analisis interaktif (Miles Hubermans, 1992). Temuan penelitian ini adalah : (a) pengelola PKBM memiliki semangat yang luar biasa dalam mengawali program kejar paket C, dengan biaya sendiri, (b) sambil melakasanakan pogram PKBM mengembangkan program PNF lainnya, (c) Dengan biaya yang diangsur oleh warga belajar mampu mendorong semangat warga belajar paket C, (d) mulai tahun 2016 PKBM telah behasil meluluskan warga belajar Paket C, dan (e) pada tahun 2018 mulai mendapakan BOP Paket C hingga saat ini. AbstractThe purpose of the study is to describe the management pattern of organizing the Swadana Package C Chase with limited funds. Research uses a case study research design, using a qualitative approach. Data were collected by interview and FGD, and analyzed by interactive analysis methods (Miles Hubermans, 1992). The findings of this study are: (a) the manager of PKBM has an extraordinary enthusiasm in initiating a program Paket C, at their own expense, (b) while carrying out the PKBM program developing other PNF programs, (c) With the installments paid by the learning citizens able to encourage the enthusiasm of the citizens to learn Paket C, (d) starting in 2016 PKBM has succeeded in graduating residents to learn Package C, and (e) in 2018 began getting BOP Paket C to dat

    PEMBENTUKAN KARAKTER DISIPLIN ANAK USIA DINI MELALUI METODE PEMBIASAAN DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 33 KOTA MALANG

    Get PDF
    Abstract: The Character is not born based on descent, but throughout the process of the character education which starts from early childhood. The phenomenon which occurs in ABA Kindergarten 33 is when the researcher come to the institute, the researcher see that the children can take a line behind their friends and  accompanied by the teachers, thus the researcher  interested to do the research about the formation of  thedisciplin  character in ABA 33 kindergarten through the habituation method. The purpose of the research is for: (1) to describe the process of the formation of the discipline character through the habituation methods in ABA 33 kindergarten; (2) to describe the behavior which showed by the children after they get the habituation; and (3) to find out the supporting  and inhibitors factors in ABA 33 kindergarten. The research method which used by the researcher that is qualitative method. The research uses data collection technique, through observation, interview, documentation studies. The subject which are use in this research are teacher, cleanness employee, learners. There are three data analysis techniques which used that is: (1) data reduction; (2) data display; and (3) drawing conclusionAbstrak: Hasil penelitian menunjukkan bahwa di TK Aisyiyah Bustanul athfal 33 melakukan pembentukan karakter disiplin melalui metode pembiasaan, hasil dari temuan penelitian tentang proses pembentukan karakter disiplin anak usia dini melalui metode pembiasaan adalah: (1) guru membiasakan anak untuk datang tepat waktu; (2) guru membiasakan anak untuk mengembalikan barang ke tempat semula; (3) guru membiasakan anak untuk membereskan mainan setelah bermain di dalam kelas; (4) guru membiasakan anak untuk bersabar dan tertib dalam menunggu giliran cuci tangan; dan (5) petugas kebersihan membiasakan anak untuk mengantri ketika ke kamar mandi.  Pembiasaan yang dilakukan di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 33 tidak hanya pembiasaan melalui ucapan atau kata motivasi saja, namun pembiasaan melalui perilaku juga dilakukan di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 33, perilaku yang ditunjukkan oleh anak setelah mendapatkan pembiasaan dari guru yaitu: (1) anak datang tepat waktu, akan tetapi ada beberapa anak yang belum bisa datang tepat waktu, hal ini mengacu pada jumlah anak yang terlambat setiap hari mengalami naik turun; (2) anak mengembalikan barang yang telah digunakan pada tempatnya, hal ini ditunjukkan dengan kesadaran anak mengembalikan barang yang telah digunakan pada tempatnya tanpa diminta oleh guru, baik itu mainan ataupun alat tulis; (3) tertib dalam menunggu giliran, hal ini di tunjukkan dengan kesadaran anak berbaris di belakang temanya ketika cuci tangan tanpa didampingi oleh guru. Faktor pendukung pembentukan karakter disiplin di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 33 yaitu adanya contoh dari pendidik, dan konsistensi yang dilakukan pendidik. Faktor yang menghambat pembentukan karakter disiplin di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 33 yaitu ada beberapa orang tua yang tidak peduli dengan perkembangan anaknya,dan tidak adanya kerja sama antara orang tua dan sekolah, dan kematangan usia anak juga mempengaruhi pembentukan karakter disiplin anak usia dini di TK ABA 3

    Processing of Corn Weevil and Elephant Grass (Pennisetum Purpureum) to Improve the Quality of Cattle Feed Production

    Get PDF
    Cows are one of the farm animals that are very popular with farmers. In the villages many people have cattle in their homes. Likewise with the Wono Asri 3 Farmer Group which also has several members who choose to become cattle breeders. Raising cattle is indeed very profitable, but farmers need to have skills and understanding in order to get these benefits. One of the things that needs to be considered in raising cows is feed. Cattle farmers have various types, including some who like to give forage feed (such as grass, weeds, and corn weevils) only, and some like to mix it with concentrate feed. Forage feed is relatively cheaper, but it requires more effort in providing it, while concentrate feed is easier to provide but the price is more expensive.  This then affects the farmer's expenditure on feed preparations. Therefore, there is a need for new innovations so that farmers can provide feed at a lower price, but it is easy to provide and of course the quality of the products produced. The activities offered from this PkM are mentoring, and training on processing Corn Weevil and elephant grass (pennisetum purpureum) for members of the Wono Asri 3 Farmer Group. This activity aims to equip the knowledge and skills of processing Corn Weevil and elephant grass into quality animal feed. This activity will be carried out using various appropriate implementation methods such as deliberation, brainstorming, interviews, demonstrations and practices. The planned stages of activities are coordination of teams and partners, identification of target group learning needs including farm conditions and corn weevil processing equipment needed, planning activities involving target groups, training, and mentoring

    PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA PADA PAUD MELALUI KEGIATAN PARENTING KEMITRAAN BERBASIS POTENSI LINGKUNGAN DI KELURAHAN GADING KASRI KECAMATAN KLOJEN

    Get PDF
    Kurikulum Merdeka merupakan kebijakan baru yang tentunya menimbulkan beberapa permasalahan. Pada lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Kurikulum merdeka di PAUD bermakna sebagai merdeka bermain, tetapi masih banyak lembaga PAUD yang kurang memanfaatkan potensi lingkungan untuk tempat bermain anak-anak, diataranya 2 lembaga PAUD di Kelurahan Gading Kasri Kecamatan Klojen Kota Malang. Gagasan tentang parenting kemitraan berbasis potensi lingkungan ini, diharapkan dapat membantu pengelola dan guru PAUD untuk menjalin kemitraan dengan berbagai elemen di sekitar lembaga, untuk mengimplementasikan kurikulum Merdeka yang mengutamakan project based leraning. Sasaran kegiatan pendampingan ini adalah 2 lembaga PAUD di Kelurahan Gading Kasri yaitu TK Aisyiyah 24 dan TK Muslimat NU. Kegiatan pengabdian ini akan melibatkan secara aktif semua pengelola, guru, dan orang tua wali muri
    corecore