11 research outputs found

    Pengaruh Jenis Pupuk Cair dan Diameter Pot pada Budidaya Selada (Lactuca Sativa,L) Secara Hidroponik

    Get PDF
    Lactuca sativa L., is a vegetable that is short-lived and can be grown in the lowlands or the highlands. Lactuca sativa L. has a green texture. Lactuca sativa L. has a delicious and crunchy taste and can be consumed immediately. The purpose of this study was to determine the effect of liquid fertilizer types and pot diameter on the growth and yield of lettuce in hydroponic cultivation, to obtain the optimal type of liquid fertilizer and pot diameter to increase the growth and yield of Lactuca sativa L. in hydroponic cultivation. The planting media used for hydroponics must meet the requirements, which must be light, porous and clean. Cultivation in hydroponic substrate systems for vegetable plants should use light media, one of which is husk charcoal. A study aimed at obtaining the optimal type of liquid fertilizer and pot diameter to increase the growth and yield of Lactuca sativa L. in hydroponic cultivation was carried out in the garden of the Faculty of Agriculture, University of Timor, TTU Regency using a 3x3 factorial completely randomized design (CRD) repeated 3 times. The first factor is the type of organic liquid fertilizer, namely: AB Mix (J1), guano tea (J2), and Gliricidia sepium leaf compost tea (J3). The second factor is the pot diameter, namely: 8.5 cm (D1), 18 cm (D2) and 23 cm (D3). The results showed that the interaction between the treatment of pot diameter and type of liquid fertilizer did not occur in all observation parameters, but the use of a pot diameter of 18 cm with Gliricidia sepium leaf compost tea increased yields higher in the observation of total plant fresh weight, stew fresh weight and yield fresh weight Lactuca sativa L. plant.Selada (Lactuca sativa L), merupakan sayuran yang berumur pendek dan dapat ditanam di dataran rendah ataupun dataran tinggi. Selada memiliki tekstur warna hijau selada memiliki rasa yang enak dan renyah dan bisa langsung dikomsumsi. Tujuan Penelitian, untuk mengetahui pengaruh jenis pupuk cair dan diameter pot terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada pada budidaya secara hidroponik, untuk memperoleh jenis pupuk cair dan diameter pot yang optimal meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman selada pada budidaya secara hidroponik. Media tanam yang digunakan untuk hidroponik harus memenuhi persyaratan yaitu harus ringan, porous dan bersih. Budidaya secara hidroponik sistem subtrat untuk tanaman sayuran sebaiknya menggunakan media yang ringan, salah satunya adalah arang sekam. Suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh jenis pupuk cair dan diameter pot yang optimal meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman selada pada budidaya secara hidroponik telah dilaksanakan dikebun Fakultas Pertanian Universitas Timor, Kabupaten TTU menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial 3x3 diulang 3 kali. Faktor pertama adalah jenis pupuk cair organik, yaitu: AB Mix (J1), teh guano (J2), dan teh kompos daun gamal (Gliricidia sepium) (J3). Faktor kedua adalah diameter pot yaitu: 8,5cm (D1), 18 cm (D2) dan 23 cm (D3). Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara perlakuan diameter pot dan jenis pupuk cair tidak terjadi pada semua parameter pengamatan, tetapi penggunaan diameter pot 18 cm dengan jenis teh kompos daun gamal meningkatkan hasil lebih tinggi pada pengamatan bobot segar total tanaman, bobot segar berangkasan, dan bobot segar hasil tanaman selada

    Pengaruh Jenis Residu Kompos Biochar dan Umur Defoliasi Daun Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Merah (Phaseulus vulgaris L.) dalam Tumpangsari Salome

    Get PDF
    This study aims to determine the effect of residues of biochar compost in the second crop season and the effect of defoliation age treatment on corn leaves on growth and yield of red bean plants with corn salome intercropping. The research was carried out from July to November 2019 in the experimental garden of the Faculty of Agriculture, University of Timor, Sasi Village, Kota Kefamenanu District, TimorTengah Utara Regency (TTU), Nusa Tenggara Timur Province (NTT). This study used a factorial 3 x 3 Randomized Block Design (RAK) which was repeated 3 times. The first factor is the type of biochar residue which consists of 3 levels, namely cow manure biochar compost residue, goat manure biochar compost residue, horse manure biochar compost residue. The second factor was the time of defoliation of corn leaves which consisted of 3 levels, namely without defoliation, defoliation at 35 DAP, defoliation at 55 DAP, so there were 9 treatment combinations, which were repeated 3 times so that there were 27 experimental units. The results showed that there was a positive effect according to the DMRT test at 5% level between the combination of biochar compost residue treatment and corn leaf defoliation age treatment on soil temperature 60 DAP, soil volume weight 60 DAP, and canopy dry weight. The single factor treatment of biochar compost residue enriched with goat manure was able to modify the plant growing environment and increase plant growth and yield. The single factor treatment of corn leaf defoliation age 35 DAP was able to increase the growth and yield of red bean plants.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh residu jenis kompos biochar pada musim tanaman kedua dan pengaruh perlakuan umur defoliasi daun jagung terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang merah dengan tumpangsari salome tanaman jagung. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan November 2019 di kebun percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Timor, Kelurahan Sasi, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial 3 x 3 yang diulang sebanyak 3 kali. Faktor Pertama adalah jenis residu biochar yang terdiri dari 3 aras yaitu residu kompos biochar pupuk kandang sapi, residu kompos biochar pupuk kandang kambing, residu kompos biochar pupuk kandang kuda. Faktor kedua adalah waktu defoliasi daun jagung yang terdiri dari 3 aras yaitu tanpa defoliasi, defoliasi pada umur 35 HST, defoliasi pada umur 55 HST, sehingga terdapat 9 kombinasi perlakuan, yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Hasil Penelitian menunjukan terjadi pengaruh positif menurut uji DMRT taraf 5% antara kombinasi perlakuan jenis residu kompos biochar dan perlakuan umur defoliasi daun jagung terhadap suhu tanah 60 HST, berat volume tanah 60 HST, dan berat kering tajuk. Faktor tunggal perlakuan jenis residu kompos biochar yang diperkaya pupuk kandang kambing mampu memodifikasi lingkungan tumbuh tanaman dan meningkatkan pertumbuhan serta hasil tanaman. Faktor tunggal perlakuan umur defoliasi daun jagung 35 HST mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang merah

    Pengaruh Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kultivar Terung Lokal (Solanum Melongena L.)

    Get PDF
    Penggunaan mulsa bertujuan untuk mempertahankan suhu tanah, kelembaban tanah, kandungan bahan organik, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan, meningkatkan penyerapan air, dan menekan pertumbuhan gulma, sehingga dapat tersedia kondisi lingkungan yang optimum bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu diduga beberapa kultivar lokal memiliki tanggapan berbeda terhadap penggunaan mulsa. Percobaan lapangan dilaksanakan untuk mempelajari pengaruh mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil kultivar terung lokal di kebun percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Timor, Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT, menggunakan Rancangan Petak Berjalur (Strip Plot Design) 3 x 3 diulang 3 kali. Faktor pertama adalah kultivar terung (kualoto) lokal yaitu; buah bulat kecil (fua bubu ana) , buah bulat besar (fua bubu naek) dan buah bulat panjang (fua bubu mnanu). Faktor kedua adalah Mulsa yaitu; dari alang-alang, plastik hitam, dan tanpa mulsa. Hasil Penelitian menyimpulkan bahwa semua kultivar terung lokal cocok pada lahan yang ditutupi mulsa alang-alang dan hasil tertinggi diperoleh terung lokal buah bulat panjang. Pada lahan tanpa mulsa, maupun yang ditutupi mulsa plastik, kultivar terung lokal buah bulat besar beradaptasi lebih baik. Penggunaan mulsa bertujuan untuk mempertahankan suhu tanah, kelembaban tanah, kandungan bahan organik, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan, meningkatkan penyerapan air, dan menekan pertumbuhan gulma, sehingga dapat tersedia kondisi lingkungan yang optimum bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu diduga beberapa kultivar lokal memiliki tanggapan berbeda terhadap penggunaan mulsa. Percobaan lapangan dilaksanakan untuk mempelajari pengaruh mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil kultivar terung lokal di kebun percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Timor, Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT, menggunakan Rancangan Petak Berjalur (Strip Plot Design) 3 x 3 diulang 3 kali. Faktor pertama adalah kultivar terung (kualoto) lokal yaitu; buah bulat kecil (fua bubu ana) , buah bulat besar (fua bubu naek) dan buah bulat panjang (fua bubu mnanu). Faktor kedua adalah Mulsa yaitu; dari alang-alang, plastik hitam, dan tanpa mulsa. Hasil Penelitian menyimpulkan bahwa semua kultivar terung lokal cocok pada lahan yang ditutupi mulsa alang-alang dan hasil tertinggi diperoleh terung lokal buah bulat panjang. Pada lahan tanpa mulsa, maupun yang ditutupi mulsa plastik, kultivar terung lokal buah bulat besar beradaptasi lebih baik.&nbsp

    Pengaruh Modifikasi Media Arang Sekam dan Pemberian Teh Kompos terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

    Get PDF
    Husk charcoal has an important role as a planting medium to replace soil. The husk charcoal is porous, light, not dirty and sufficient to hold water. The effect of rice husk charcoal produces a higher fruit weight and number of fruit per crop. Besides that, husk charcoal can have a good effect on soil physical properties, soil chemistry, and soil biology. The advantage of husk charcoal is that it can neutralize the pH of the soil, which is used in large quantities, even in organic agriculture the main source comes from husk charcoal and increases soil porosity, which directly increases the availability of ground water. Tea compost has several advantages and is a natural fertilizer product that is environmentally friendly, able to suppress the growth of pathogenic bacteria contained in the compost. Besides being a natural fertilizer, compost tea can also function as a natural pesticide, because tea compost can restore soil fertility naturally and increase plant resistance to pests and diseases. In addition to increasing the nutrient content of the soil, the application of tea compost can also increase the population of microorganisms which are useful for increasing soil fertility. Application on leaves, can suppress the development of pathogens that cause leaf disease. The research objective was to determine the effect media modification of husk charcoal on the growth and yield cayenne pepper and to determine the effect compost tea on the growth and yield cayenne pepper. This research was conducted in KM 9, Sasi Village, Kota District, North Central Timor Regency (TTU). Field research used a 3×3 factorial completely randomized design (CRD) repeated 3 times. The first factor is the modification of the planting media, namely; groundless, semicircular ground cover on polybag surface, full ground cover. The second factor was the spraying of compost tea, namely; without giving tea, gamal compost tea, guano compost tea. Thus obtained 9 treatment combinations that were repeated 3 times so that there were 27 experimental units. The results showed that the highest moisture content and neutral soil pH, highest plant height, largest stem diameter, heaviest plant dry weight, highest number of fruit crops, heaviest fruit weight, and heaviest plant dry weight were obtained from giving guano compost tea and full ground cover.Arang sekam memiliki peranan penting sebagai media tanam pengganti tanah. Arang sekam bersifat porous, ringan, tidak kotor dan cukup dapat menahan air. Pengaruh arang sekam padi menghasilkan bobot buah dan jumlah buah pertanaman lebih tinggi. Selain itu arang sekam dapat berpengaruh baik terhadap sifat fisik tanah, kimia tanah, dan biologi tanah. Kelebihan arang sekam yaitu dapat menetralkan pH tanah, yang digunakan dalam jumlah besar, bahkan dalam pertanian organik sumber utama berasal dari arang sekam dan mempertinggi porositas tanah secara langsung meningkatkan ketersediaan air tanah. Kompos teh memiliki beberapa keuntungan dan merupakan produk pupuk alami yang ramah lingkungan, mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen yang terdapat di dalam kompos. Disamping sebagai pupuk alami kompos teh juga dapat berfungsi sebagai pestisida alami, karena kompos teh mampu mengembalikan kesuburan tanah secara alami serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit. Aplikasi kompos teh selain dapat meningkatkan kandungan nutrisi tanah juga dapat meningkatkan populasi mikroorganisme yang bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah. Aplikasi pada daun, dapat menekan perkembangan patogen penyebab penyakit daun.Tujuan penelitian yakni untuk mengetahui pengaruh modifikasi media arang sekam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit serta untuk mengetahui pengaruh teh kompos terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit. Penelitian ini telah dilaksanakan di KM 9 Kelurahan Sasi, Kecamatan Kota, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Penelitian lapangan mengunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial 3 × 3 diulang sebanyak 3 kali. Faktor pertama adalah modifikasi media tanam yaitu; tanpa tanah, penutup tanah setengah lingkaran pada permukaan polybag, penutup tanah penuh. Faktor kedua adalah penyemprotan pupuk teh kompos yaitu; tanpa pemberian teh kompos gamal, teh kompos guano. Dengan demikian diperoleh 9 kombinasi perlakuan yang diulang 3 kali sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar lengas tertinggi dan pH tanah netral, tinggi tanaman tertinggi, diameter batang terbesar, berat kering tanaman terberat, jumlah buah pertanaman terbanyak, berat buah terberat, dan berat kering tanaman terberat diperoleh dari pemberian teh kompos guano dan penutup tanah penuh

    Pengaruh Pemangkasan Akar dan Waktu Penyapihan terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Kemiri (Aleurites moluccana Willd) Asal Stum

    Get PDF
    Penggunaan anakan yang tumbuh liar sebagai bibit (stum) umum dilakukan pada tanaman kemiri oleh masyarakat di pulau Timor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pemangkasan akar dan Waktu Penyapihan Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Kemiri (Aleurites maluccana, Willd.) Asal Stum dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial 3 x 3 dengan 5 ulangan. Faktor pertama adalah pemangkasan akar yang terdiri dari 3 aras yaitu, Faktor pertama adalah pemangkasan akar yang terdiri dari 3 aras yaitu, P0: Menyisakan panjang potongan 15 cm, P1: Menyisakan panjang potongan 10 cm, dan P2:  Menyisakan panjang potongan 5 cm. Faktor kedua adalah waktu Penyapihan, dengan 3 aras yakni, C1: 8 minggu, C2: 9 minggu, dan C3: 10 minggu. Pengamatn mengikuti : Tinggi Tanaman Jumlah Daun (Helai), Diameter Batang, Luas Daun, Bobot segar Akar, Bobot segar Batang, Bobot kering  Akar, Bobot kering  Batang. Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi interaksi antara panjang sisa potongan akar dengan waktu penyapihan pada semua parameter pengamatan. Pengaruh utama perlakuan sisa potongan akar 5 cm menghasilkan persentase peningkatan bobot kering tanaman terbaik (298,7%). Pengaruh utama perlakuan waktu penyapihan tidak menunjukkan beda nyata pada semua parameter pengamatan. Penggunaan anakan yang tumbuh liar sebagai bibit (stum) umum dilakukan pada tanaman kemiri oleh masyarakat di pulau Timor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pemangkasan akar dan Waktu Penyapihan Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Kemiri (Aleurites maluccana, Willd.) Asal Stum dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial 3 x 3 dengan 5 ulangan. Faktor pertama adalah pemangkasan akar yang terdiri dari 3 aras yaitu, Faktor pertama adalah pemangkasan akar yang terdiri dari 3 aras yaitu, P0: Menyisakan panjang potongan 15 cm, P1: Menyisakan panjang potongan 10 cm, dan P2:  Menyisakan panjang potongan 5 cm. Faktor kedua adalah waktu Penyapihan, dengan 3 aras yakni, C1: 8 minggu, C2: 9 minggu, dan C3: 10 minggu. Pengamatn mengikuti : Tinggi Tanaman Jumlah Daun (Helai), Diameter Batang, Luas Daun, Bobot segar Akar, Bobot segar Batang, Bobot kering  Akar, Bobot kering  Batang. Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi interaksi antara panjang sisa potongan akar dengan waktu penyapihan pada semua parameter pengamatan. Pengaruh utama perlakuan sisa potongan akar 5 cm menghasilkan persentase peningkatan bobot kering tanaman terbaik (298,7%). Pengaruh utama perlakuan waktu penyapihan tidak menunjukkan beda nyata pada semua parameter pengamatan.&nbsp

    Pengaruh Pemberian Arang Sekam Padi dan Frekuensi Penyiraman terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopercicom esculentum Mill)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian arang sekam padi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat yang optimal serta memperoleh frekuensi penyiraman dalam memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Percobaan lapangan dilakukan di lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Timor pada bulan Agustus sampai Oktober 2015, mengunakan rancangan petak berjalur (strip plot design). Faktor pertama adalah takaran arang sekam, terdiri dari 3 level yaitu  tanpa arang sekam padi, 0,5 kg/lubang dan 1 kg/lubang. Faktor kedua adalah frekuensi penyiraman yang terdiri dari 3 level, yakni 1 hari sekali (pada sore hari), 3 hari sekali (pada sore hari) dan 5 hari sekali (pada sore hari).  Parameter yang diamati meliputi:  suhu tanah, kadar lengas tanah, tinggi tanaman, diameter batang,diameter buah, jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman, berat segar berangkasan, berat kering berangkasan dan indeks panen. Data dianalisis menggunakan uji DMRT 5%. Hasil penelitian menunjukkan  bahwa takaran arang sekam padi 0,5 kg memberikan hasil total panen per tanaman tertinggi yakni 646g (1,9 t/ha). Frekuensi penyiraman tiga hari sekali dengan taraf air selama 90 hari adalah 120 liter/tanaman memberikan hasil total panen per tanaman tertinggi yakni 705,7g (2,075 t/ha). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian arang sekam padi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat yang optimal serta memperoleh frekuensi penyiraman dalam memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Percobaan lapangan dilakukan di lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Timor pada bulan Agustus sampai Oktober 2015, mengunakan rancangan petak berjalur (strip plot design). Faktor pertama adalah takaran arang sekam, terdiri dari 3 level yaitu  tanpa arang sekam padi, 0,5 kg/lubang dan 1 kg/lubang. Faktor kedua adalah frekuensi penyiraman yang terdiri dari 3 level, yakni 1 hari sekali (pada sore hari), 3 hari sekali (pada sore hari) dan 5 hari sekali (pada sore hari).  Parameter yang diamati meliputi:  suhu tanah, kadar lengas tanah, tinggi tanaman, diameter batang,diameter buah, jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman, berat segar berangkasan, berat kering berangkasan dan indeks panen. Data dianalisis menggunakan uji DMRT 5%. Hasil penelitian menunjukkan  bahwa takaran arang sekam padi 0,5 kg memberikan hasil total panen per tanaman tertinggi yakni 646g (1,9 t/ha). Frekuensi penyiraman tiga hari sekali dengan taraf air selama 90 hari adalah 120 liter/tanaman memberikan hasil total panen per tanaman tertinggi yakni 705,7g (2,075 t/ha).&nbsp

    Pengaruh Takaran Pupuk Guano dan Biochar terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.) di Lahan Kering pada Dataran Menengah

    Get PDF
    Research carried out to know the effect of dosage of guano and biochar on growth and yield of red bean at middle plain dryland, in the experimental garden of the Faculty of Agriculture, Timor University from February to April 2017, using factorial Randomized Block Design 3   x 3 with 3 replication. The first factor is guano dosage consisting of 3 levels ie without guano, guano 5 t / ha and guano 10 t / ha, while the second factor is biochar dosage consisting of 3 levels ie without biochar, biochar 5 t / ha and biochar 10 t / ha. The results showed no interaction between guano and biochar applications. Guano 10 t / ha significantly increased soil moisture content (17.62%), leaf area (8,595 cm2), number of root nodules (175.11), root dry weight (0.70 g), root-canopy ratio (16.24), number of plant pods (2.86), number of seeds every pod (2.86), dry weight of seed (7.24 g) and seed weight every plot (1.17 t / ha) with yield increase percentage 31.1%. Increased levels of Biochar application did not show significant differences between treatment levels but tended to increase plant growth and yield. Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh takaran pupuk guano dan biochar terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang merah pada dataran menengah, di kebun percobaan Faperta Universitas Timor pada bulan Februari – April 2017, menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial 3 x 3 diulang 3 kali. Faktor pertama takaran guano yang terdiri dari 3 taraf yaitu tanpa guano, guano 5 t/ha dan guano 10 t/ha sedangkan faktor kedua takaran biochar yang terdiri dari 3 taraf yaitu tanpa biochar, biochar 5 t/ha dan biochar 10 t/ha. Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi interaksi antara aplikasi pupuk guano dengan biochar. Pemberian guano 10 t/ha secara nyata meningkatkan kadar lengas tanah (17,62%), luas daun (8.595 cm2), jumlah bintil akar (175,11), bobot kering akar (0,70 g), rasio tajuk akar (16,24), jumlah polong pertanaman (2,86), jumlah biji per polong (2,86), bobot kering biji (7,24 g) dan bobot biji per petak (1,17 t/ha) dengan presentase peningkatan hasil sebesar 31,1%. Peningkatan level pemberian Biochar tidak menunjukkan beda nyata antar level perlakuan, tetapi cenderung meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman.&nbsp

    Kajian Cekaman Kekeringan Sesudah Masa Berbunga Tanaman Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.) pada Tanah Entisol

    Get PDF
    Red beans are important legumes for human consumption and are considered a major source of vegetable protein for direct consumption. This study aimed to determine the effect of drought stress after the flowering period of red bean plants grown in entisol soil. The field trial was conducted from June to December 2017, in the experimental garden of the Faculty of Agriculture, University of Timor. Sasi Village, Kefamenanu City Subdistrict, TTU District, used a single factor Completely Randomized Design which was repeated 14 times. The factor applied is drought stress after the flowering period which consists of control (not stressed), 1 week after primordia without water, and 2 weeks after the flowering period without watering. Observations included air temperature, air humidity, soil moisture content, soil volume weight, plant height, leaf number, leaf area, canopy fresh weight, root fresh weight, plant fresh weight, canopy dry weight, root dry weight, plant-based dry weight, total dry weight, root canopy ratio, number of seeds per pod, number of pods per plant, dry seed weight per plant, harvest index. The results showed that drought stress after the primordial period or flowering of red beans had a negative influence on the red bean plants, resulting in failure of seed production.Kacang merah merupakan legum penting bagi konsumsi manusia dan dianggap sebagai sumber protein nabati utama untuk konsumsi langsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cekaman kekeringan pada sesudah masa berbunganya tanaman kacang merah yang ditanam di tanah entisol. Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Desember 2017, di kebun percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Timor. Kelurahan Sasi, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten TTU, menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktor tunggal yang diulang 14 kali. Faktor yang diterapkan adalah cekaman kekeringan sesudah masa berbunga yang terdiri: kontrol (tidak cekaman), 1 minggu sesudah primordia tanpa penyiraman, dan 2 minggu sesudah masa berbunga tanpa penyiraman. Pengamatan meliputi suhu udara, kelembapan udara, kadar lengas tanah, berat volume tanah, tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat segar tajuk, berat segar akar, berat segar tanaman, berat kering tajuk, berat kering akar, bobot kering berangkasan tanaman, bobot kering total berangkasan, rasio tajuk akar, jumlah biji per polong, jumlah polong per tanaman, bobot biji kering per tanaman, indeks panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cekaman kekeringan sesudah masa primordia atau berbunganya kacang merah memberikan pengaruh buruk terhadap tanaman kacang merah, sehingga mengakibatkan gagalnya produksi biji

    Pengaruh Pemangkasan Akar dan Waktu Aklimatisasi terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Kemiri (Aleurites moluccana Willd) Asal Stum

    Get PDF
    Penggunaan anakan yang tumbuh liar sebagai bibit (stump) umum dilakukan pada tanaman kemiri oleh masyarakat di pulau Timor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pemangkasan akar dan Waktu Aklimatisasi terhadap pertumbuhan bibit tanaman kemiri Aleurites maluccana, Willd) asal stum dengan menggunakan Rancangan petak terbagi (Split Plot Design) faktorial 3x3 dengan 3 ulangan. Petak utama perlakuan adalah waktu aklimatisasi, dengan 3 aras yaitu,  diaklimatisasi selama 3 minggu (C3), 4 minggu (C4), dan 5 minggu (C5). Anak petak perlakuan adalah pemangkasan akar yang terdiri dari 3 aras yaitu, pemotongan dengan menyisakan panjang akar 15 cm (P0), 10 cm (P1), dan 5 cm (P2). Hasil penelitian menunjukkan; tidak terjadi interaksi antar perlakuan sisa pangkasan akar dengan waktu aklimatisasi. Pengaruh utama perlakuan sisa pangkasan akar 5 cm menghasilkan persentase peningkatan bobot kering tanaman (99,7 %) dan pertumbuhan terbaik. Pengaruh utama perlakuan waktu aklimatisasi 5 minggu menghasilkan persentase peningkatan bobot kering tanaman terbaik (95,27 %) dan pertumbuhan terbaik. Penggunaan anakan yang tumbuh liar sebagai bibit (stump) umum dilakukan pada tanaman kemiri oleh masyarakat di pulau Timor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pemangkasan akar dan Waktu Aklimatisasi terhadap pertumbuhan bibit tanaman kemiri Aleurites maluccana, Willd) asal stum dengan menggunakan Rancangan petak terbagi (Split Plot Design) faktorial 3x3 dengan 3 ulangan. Petak utama perlakuan adalah waktu aklimatisasi, dengan 3 aras yaitu,  diaklimatisasi selama 3 minggu (C3), 4 minggu (C4), dan 5 minggu (C5). Anak petak perlakuan adalah pemangkasan akar yang terdiri dari 3 aras yaitu, pemotongan dengan menyisakan panjang akar 15 cm (P0), 10 cm (P1), dan 5 cm (P2). Hasil penelitian menunjukkan; tidak terjadi interaksi antar perlakuan sisa pangkasan akar dengan waktu aklimatisasi. Pengaruh utama perlakuan sisa pangkasan akar 5 cm menghasilkan persentase peningkatan bobot kering tanaman (99,7 %) dan pertumbuhan terbaik. Pengaruh utama perlakuan waktu aklimatisasi 5 minggu menghasilkan persentase peningkatan bobot kering tanaman terbaik (95,27 %) dan pertumbuhan terbaik.&nbsp
    corecore