2 research outputs found

    LAPORAN KASUS: TRANSFORMASI ERITRODERMA PSORIATIKA MENJADI LIMFOMA SEL T-KUTAN

    Get PDF
    Background: Erythrodermic psoriasis (EP) is a severe type of psoriasis, a chronic inflammatory disease characterized by general erythematous condition with thick scale all around the body. The treatment of EP consists systemic medications like cyclosporine or methotrexate and biologic agents, which lately suggested related to the development of cutaneous T-cell lymphoma (CTCL) in severe psoriasis patients. Case Report: A 45-year old, Javanese male was diagnosed previously with EP that transformed to CTCL. His previous history, he was histologically confirmed as psoriasis vulgaris since 2014 and was treated regularly with methotrexate. After 5 years, he gradually suffered several episodes of erythrodermic condition and was diagnosed with erythrodermic psoriasis with unusual pruritic hyperkeratotic plaques and ulcers on his trunks without any general lymph nodes enlargement. Peripheral blood smear showed Sezary cell and histopathology result confirmed CTCL. He was treated with combination of radiotherapy, phototherapy and topical regiments with a good result and acceptable. Discussion: Several studies suggested that severe psoriasis had increased the susceptibility of CTCL, especially with the use of cyclosporine, methotrexate or biologic agents as the treatment. In this case, methotrexate might play role in the development of CTCL or enhanced the transformation of EP to CTCL. Combination of localized radiation therapy, NBUVB and topical therapy gave a quiet good result for the skin condition and increased patient’s quality of life. Conclusion: Erythrodermic psoriasis might transform or develop to CTCL which in this case was probably related to the use of methotrexate.    Latar Belakang. Eritroderma psoriatika (EP) merupakan bentuk psoriasis yang berat dan kronik, ditandai dengan kemerahan disertai sisik yang tebal di hampir seluruh tubuh. Tatalaksana EP terdiri dari pengobatan sistemik sepertik siklosporin atau metotreksat, seta agen biologis, yang akhir-akhir ini diperkirakan berhubungan dengan perubahan bentuk klinis dari psoriasis menjadi limfoma sel-T kutan (CTCL). Laporan Kasus. Seorang laki-laki, suku Jawa berusia 45 tahun sebelumnya telah didiagnosis sebagai eritroderma psoriatika berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologik yang mendukung psoriasis sejak tahun 2014. Pasien mendapatkan terapi berupa metotreksat secara regular. Setelah 5 tahun, pasien mengalami beberapa kali episode eritroderma dan gambaran klinis terakhir, terdapat lesi plak hiperkeratotik anuler disertai dengan ulserasi dan gatal yang hebat. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan Sel Sezary dan pada pemeriksaan histopatologik mendukung diagnosis CTCL. Pasien diterapi dengan kombinasi radioterapi, fototerapi dan topikal dengan hasil yang memuaskan. Diskusi. Beberapa penelitian menyatakan psoriasis berat meningkatkan risiko kerentanan menjadi CTCL, terutama pada penggunaan siklosporin, metotreksat dan agen biologi sebagai lini pertama tatalaksananya. Pada kasus ini, penggunaan metrotreksat diduga berperan pada transformasi eritroderma psoriatika menjadi CTCL. Kombinasi terapi dengan radioterapi lokal dengan NBUVB serta terapi topikal memberikan hasil yang cukup baik pada kulit dan meningkatkan kualitas hidup pasien Kesimpulan. Eritroderma psoriatika dapat mengalami transformasi menjadi CTCL dalam kasus ini diduga akibat penggunaan metotreksat

    PERBEDAAN PREVALENSI PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD Prof. dr. MARGONO SOEKARJO PERIODE 2010 – 2014

    Get PDF
    Infeksi menular seksual (IMS) saat ini menjadi masalah yang cukup besar selain karena jumlah kasus baru yang masih tinggi, juga karena IMS dapat menimbulkan gejala yang berat, infertilitas dan disabilitas baik pada laki-laki, perempuan maupun bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prevalensi dan karakteristik IMS berdasarkan jenis kelamin di Instalasi Rawat Jalan (IRJ) RSUD Prof dr. Margono Soekarjo pada kurun waktu 2010 – 2014. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik menggunakan data sekunder rekam medis elektronik. Hasil penelitian didapatkan jumlah kasus IMS di RSUD Prof dr. Margono Soekarjo cukup tinggi, yaitu sebanyak 511 kasus selama kurun waktu 5 tahun penelitian. Pada kasus laki-laki sebanyak 54,9% dan perempuan sebanyak 45,1% dengan puncak kejadian pada usia 20 – 30 tahun. Uretritis gonore merupakan penyakit IMS terbanyak pada laki-laki (76,8%), sedangkan kondiloma akuminata terbanyak pada perempuan (62,2%) dan tidak ada perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok jenis kelamin (p=0,64; p>0,05). Uretritis gonore dan kondiloma akuminata merupakan penyakit IMS terbanyak pada laki-laki dan perempuan pada penelitian ini, serta tidak adanya perbedaan yang bermakna prevalensi IMS di antara kedua kelompok sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kerentanan yang sama dalam terpapar IMS. Dari penelitian ini tidak ada perbedaan yang bermakna prevalensi IMS pada pasien laki-laki maupun perempuan di IRJ RSUD Prof dr. Margono Soekarjo
    corecore