34 research outputs found

    PENGGUNAAN ASBUTON LAWELE GRANULAR ASPHALT (LGA) DAN BUTON GRANULAR ASPHALT (BGA) PADA CAMPURAN ASPAL PORUS

    Get PDF
    Abstrak Aspal porus merupakan generasi baru dalam perkerasan lentur. Aspal porus memiliki campuran dengan agregat tertentu, yang didesain mempunyai pori-pori udara dan membolehkan air meresap secara vertical maupun horizontal. Aspal porus memiliki nilai stabilitas marshall yang lebih rendah dari aspal beton yang menggunakan gradasi rapat. Penggunaan aspal porus dinilai bisa menjadi solusi dari permasalahan kondisi jalan di Indonesia. Asbuton ditemukan oleh geolog asal Belanda WH Hetzel Asbuton pada tahun 1924, dan digunakan pertama kali dalam pengaspalan jalan dua tahun kemudian. Aspal alam di Pulau Buton totalnya tidak kurang dari 750 juta ton, ini berarti 80% cadangan aspal alam di dunia terdapat di Pulau Buton. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan Buton Granular Asphalt (BGA) dan Lawele Granular Asphalt (LGA) dalam campuran Aspal Porus yang menggunakan agregat bergradasi seragam ditinjau dari karakteristik Marshall. Agregat bergradasi seragam adalah agregat yang hanya terdiri dari butir – butir agregat berukuran sama atau hampir sama. Metode penelitian ini menggunakan standart SNI 06-2489-1991 dengan gradasi campuran menggunakan standart Australian Asphalt Pavement Association (2004). Variasi kadar aspal dengan campuran LGA BGA adalah 2%, 2,5%, 3%, 3,5%, 4%, dan 4,5% dengan menggunakan aspal pen 60/70. Serta penambahan BGA pada agregat halus (0 mm-5 mm) dengan perbandingan 50:50 dan penambahan LGA pada agregat medium (5 mm – 10 mm) dengan perbandingan 50:50. Hasil penelitian menunjukan dengan adanya penambahan asbuton LGA dan BGA berpengaruh cukup baik dilihat dari nilai stabilitas menigkat mencapai 724,3 kg, mengalami kenaikan hingga 15,66% dari campuran aspal porus tanpa penambahan LGA dan BGA. Untuk nilai VIM pada kadar aspal 2,75% telah memenuhi spesifikasi dari Australian Asphalt Pavement Association (2004) sehingga dapat memenuhi parameter untuk struktur perkerasan lentur. Nilai permeabilitas mengalami penurunan dari kondisi kontrol tetapi tetap berada di atas standart yang ditentukan. Kata Kunci : Aspal porus, Buton Granular Asphalt (BGA), Lawele Granular Asphalt (LGA), Marshall, Permeabilitas

    PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA PADA PEMBUATAN BETON RINGAN CELLULAR LIGHTWEIGHT CONCRETE

    Get PDF
    Di era globalisasi, pertumbuhan sumber daya manusia yang semakin tinggi meningkatkan kebutuhan di bidang pembangunan dan hal ini menimbulkan kebutuhan akan material untuk pembangunan tersebut salah satunya adalah penggunaan beton. Penggunaan beton sangat diminati karena keunggulannya yaitu kuat akan gaya tekan, ketersediaan material dasar, dan tahan akan cuaca , namun beton juga memiliki kelemahan yaitu berat sendiri beton yang menambah beban berat pada gedung, dan lemah akan gaya tarik.Penelitian ini dilakukan penambahan serat sabut kelapa dengan tujuan untuk solusi kelemahan beton ringan terhadap tarik serta membuat beton ringan lebih padat dikarenakan pori-pori beton ringan terisi oleh serat sabut kelapa sehingga kuat tekan dan kuat tariknya meningkat serta mengurangi resapan airnya. Penambahan serat ini memiliki variasi penambahan sebesar 0%, 0.1%, 0.3%, 0.5% dan 0.7% terhadap volume benda uji. Hasil penelitian dari penambahan variasi tersebut diperoleh bahwa kuat tekan beton tertinggi pada variasi 0.3% sebesar 5.06 MPa dengan berat volume 0.99 gr/cm3 dan resapan air 24.31%, sedangkan variasi tanpa serat atau 0% diperoleh sebesar 4.19 MPa dengan berat volume 1.05 gr/cm3 dan resapan air 23.07% pada umur 28 hari. Kuat lentur tertinggi diperoleh pada variasi 0.3% sebesar 0.92 MPa dengan berat volume 0.828 gr/cm3 pada umur 28 hari. Kata Kunci: Beton Ringan, Serat Sabut Kelapa.In this globalization era, the growing of human resources leads the needs of development and its material, one of them is concrete. The use of concrete is very desirable because of its advantages, it has strong compressive force, availability of basic materials, and wheather resistance, but concrete also has disadvantages, its weight adds heavy loads to the building, and weak of pulling force.This research was carried out with the addition of coconut fiber with the aim of solution to the weakness of lightweight concrete to tensile strength and to make lightweight concrete denser because the pores of lightweight concrete were filled with coconut fiber so that the compressive strength and tensile strenght increased it can reduce water absorption. The variation of fiber addition were 0%, 0.1%, 0.3%, 0.5% and 0.7% with respect to the volume of test object.The result of addition of the variation showed that the highest concrete compressive strenght in the variation of 0.3% by 5.06 MPa with a volume weight of 0.99 gr/cm3 and water absorption of 24.31%, while the variation without fiber or 0% was obtained at 4.19 MPa with volume weigth 1.05 gr/cm3 and 23.07% water absorption at the age oft 28 days. The highest flexural strength was obtained the highest at 0.3% variation of 0.92 MPa with a volume weight of 0.828 gr/cm3 at the age of 28 days. Keywords: Lightweight concrete, Coconut Fiber

    Pengaruh Penggunaan Agregat Beton Daur Ulang dan Asbuton LGA Dalam Pembuatan AC-WC

    Get PDF
    Limbah beton merupakan limbah yang dihasilkan dari penghancuran struktur beton pada proses pembangunan ataupun renovasi bangunan. Limbah beton mutu tinggi seperti limbah tiang pancang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti agregat pada perkerasan jalan. Asbuton LGA adalah aspal alam yang berasal dari pulau Buton yang pemanfaatanya belum cukup optimal dan populer di Indonesia, maka dari itu asbuton LGA dapat dimanfaatkan sebagai pengganti agregat dalam pembuatan perkerasan jalan. Penggunaan limbah beton dan asbuton LGA sebagai pengganti agregat dalam pembuatan perkerasan jalan dapat mengurangi penggunaan material agregat alami batu pecah yang merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari pengunaan limbah beton dan asbuton LGA sebagai agregat dalam pembuatan AC-WC. Pada penelitian ini membahas tentang pengaruh dari penggunaan limbah beton dan asbuton LGA sebagai agregat dalam campuran AC-WC, dengan parameter pengujian dari karateristik marshall yaitu stabilitas, Void in Mix, Void in Mineral Agregate, Void Filled with Bitumen, Flow, dan Marshall Quotient. Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan kadar aspal pen 60/70 yaitu 4%, 4.5%, 5%, 5.5%, 6%, 6.5%, dan 7% untuk mencari kadar aspal optimum (KAO). Hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran AC-WC dengan gradasi butiran agregat 30% coarse agregat limbah beton, 36% medium agregate asbuton LGA, 26% fine agregate limbah beton, dan 8% filler fly ash diperoleh kadar aspal optimum (KAO) 5,0%. Pengaruh penggunaan limbah beton dan asbuton LGA sebagai agregat ditinjau dari karateristik marshall yaitu nilai stabilitas sebesar 1775 kg ,VIM sebesar 3,99%, VFB sebesar 66,12%, flow sebesar 3,4 mm, dan MQ sebesar 601,70 kg/mm. Sedangkan untuk karateristik marshall yang tidak memenuhi spesifikasi adalah VMA. Kata Kunci: : AC-WC, Limbah Beton, Asbuton LGA, Karateristik Marshall, Kadar Aspal Optimum

    PENERAPAN SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) PADA BETON MUTU NORMAL

    Get PDF
    Self Compacting Concrete (SCC), merupakan sebuah aplikasi dalam dunia teknologibeton, memiliki keunggulan Flowability, Passingability, Fillingability dan mampu meningkatkankuat tekan beton, sehingga dapat diaplikasikan dengan baik dalam dunia usaha beton. Dalampenelitian ini SCC dengan menggunakan bahan tambahan berupa Superplasticizer berjenisConplast SP430 dengan penambahan komposisi Conplast SP430 yang bervariasi yaitu 0.5; 1; 1.5;2 liter pada campuran beton.Pengujian Workability dilakukan dengan menggunakan alat Slump Cone, V-Funnel untukpengujian tingkat Fillingability, sedangkan L-Shaped Box digunakan untuk pengujian tingkatPassingability pada campuran beton. Dari tes Workability hasil penelitian menunjukkanpenggunaan Conplast SP430 sebesar 2 liter sudah mampu mencapai kriteria dari SCC.Dari tes kuat tekan beton hasil penelitian menunjukkan penggunaan Conplast SP430sebesar 1 liter mengalami kenaikan kuat tekan beton sebesar 26.88 % dari benda uji yangdianggap kontrol yaitu tanpa penambahan Conplast SP430 pada umur 28 hari. Untuk pengujiankuat tekan saat beton berumur 7 hari rata-rata mencapai 312.88 kg/cm2. Sedangkan untuk umurbeton 28 hari, rata-rata kuat tekan beton yang dicapai sebesar 356.82 kg/cm2

    PENGGUNAAN ELECTRIC ARC FURNACE SLAG PADA PEMBUATAN BETON KINERJA TINGGI DENGAN PERBEDAAN PERLAKUAN PERAWATAN

    Get PDF
    Beton adalah campuran antara semen, agregat, dan air yang menyebabkan terjadinya suatu hubungan yang erat antara bahan-bahan tersebut. Kekuatan beton dapat dipengruhi oleh banyak hal, yaitu dari material penyusun, rancangan campuran, pengerjaan, dan perawatan. Tujuan dari perawatan beton sendiri adalah guna memelihara beton dalam kondisi tertentu setelah bekisting dibuka agar kekuatan beton dapat dicapai sesuai dengan yang diinginkan. Penelitian ini dilakukan pada beton high performance concrete berbahan tambah electric arc furnace slag (EAFS) sebagai substitusi agregat kasar 30% dengan mutu beton yang direncanakan adalah f’c 45 MPa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan perawatan benda uji terhadap kuat tekan beton. Adapun variabel penelitian yang digunakan adalah dengan perawatan direndam, diangin-anginkan pada suhu ruang, dan disiram dengan air. Benda uji berbentuk silinder 10x20 cm. Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini adalah kuat tekan, dandilakukan pada umur ke-7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari. Hasil kuat tekan beton tertinggi didapatkan pada variasi beton direndam, dengan nilai pada umur pengujian ke-28 hari sebesar 54.66 MPa. Kemudian disusul benda uji dengan perawatan disiram air, mendapat hasil kuat tekan 48.171 MPa dan yang terakhir dengan variasi perawatan pada suhu ruang sebesar 43.30 MPa

    PEMAKAIAN LIMBAH ASPAL SEBAGAI SUBTITUSI AGREGAT PADA CAMPURAN ASPAL PORUS

    Get PDF
    Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) adalah limbah aspal yang didapat dari pengerukan perkerasan jalan, RAP sendiri jarang dimanfaatkan dan menumpuk di suatu tempat yang mengganggu lingkungan sekitarnya. Dari penjelasan tersebut muncul suatu inovasi dengan memanfaatkan limbah aspal sebagai substitusi agregat pada campuran aspal porus. Sehingga dengan memanfaatkan limbah aspal sebagai substitusi agregat, diharapkan menghasilkan perpaduan yang baik.Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa RAP ketika dirancang dengan baik dapat memiliki kinerja yang lebih baik atau serupa dengan campuran aspal panas. Dengan demikian, dalam penilitian ini penggunaan RAP sebagai agregat pada campuran aspal porus diharapkan bisa menghasilkan campuran yang baik. Dalam penelitian ini dilakukan analisa saringan untuk menentukan komposisi agregat dengan spesifikasi AAPA (2004). Didapat komposisi campuran agregat tiap-tiap fraksi 45% (10-15mm), 40% (RAP 5-10mm), 11% (0-5 mm), dan filler 4%. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode marshall dan permeabilitas untuk mengetahui karakteristik campuran. Hasil penelitian menunjukan dengan penggunaan RAP didapat stabilitas 654.50 kg, flow 3.3 mm, dan permeabilitas 0.15 cm/dt. Hasil tersebut memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan oleh AAPA (2004). Kata kunci : Karakteristik Marshall, Permeabilitas, Aspal Porus, Limbah Aspal, AAPA 2004 Reclaimed Asphalt Pavement is a waste obtained from dredging asphalt pavement, RAP is rarely used and piled up somewhere, RAP cumulation can disrupt the surrounding environment. At the same time, the growing importance of environmental and economic matters has led reserchers and engineers to promote reusing milled materials rather than using valuable and nonrenewable natural resources (bitumen and aggregates). Recenlty, we revealed that when properly designed, RAP can have better or similiar performance to those of new conventional hot mix asphalt mixtures. Thus, in this research study, the use of RAP as aggregate in porous asphalt was evaluated with the hope of using RAP as aggregate in porous asphalt mixture could produce a good mixture. In this study has been carried out sieve analysis to specify the aggregate composition with the AAPA (2004) specifications. The results showed the composition of the aggregate mixture in each fraction required 45% (10-15 mm); 40% (RAP 5-10mm); 11% (0-5mm), and 4% (filler). Various performance tests such as marshall and permeability test has been carried out to discover characteristics of porous asphalt mixture with RAP. The results showed with the use of RAP in porous asphalt mixture obtained stability 654.50 kg, flow 3.3 mm, and permeability 0.15 cm/dt. The laboratory results indicate that the porous asphalt mixture with RAP provide better performance in terms of stability, flow, and permeability, also these research results fulfill the specifications by AAPA (2004). Keywords : Marshall Characteristic, Permeability, Porous Asphalt, Asphalt Waste, AAPA 200

    PEMANFAATAN ELETRIC ARC FURNACE SLAG PADA BETON KINERJA TINGGI DENGAN FAS BERVARIASI

    Get PDF
    Beton kinerja tinggi atau High Performance Concrete (HPC) adalah beton yang memiliki sifat–sifat istimewa yang dirancang untuk memenuhi beberapa keuntungan dalam pelaksanaan struktur beton. Kerikil merupakan sumber daya alam yang akan habis dan tidak dapat diperbarui bila digunakan pada jangka waktu yang panjang. Oleh sebab itu diperlukan bahan penganti yang berfungsi sama dengan kerikil yaitu electric arc furnace slag.Tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah menganalisis kuat tekan beton pada masing-masing variasi FAS pada beton kinerja tinggi dengan bertambahnya jumlah semen. Benda uji berbentuk silinder dengan diameter 10 cm dan tinggi 20 cm. Pengujian kuat tekan pada umur 7, 14, 21, dan 28 hari.Hasil penelitian menujukan bahwa diantara variasi FAS 0.24, 0.28, 0.32, 0.36, 0.40 didapat kuat tekan beton terbesar pada variasi FAS 0.40 dengan hasil kuat tekan sebesar 55.598 MPa pada hari ke-28. Sedangkan kuat tekan terendah berada pada variasi FAS 0.24 yaitu sebesar 15.067 MPa. Kuat tekan beton bergantung pada variasi FAS yang digunakan

    PEMANFAATAN LIMBAH KARBIT SEBAGAI BAHAN PENGGANTI (SUBSTITUSI) SEMEN PADA PEMBUATAN BETON RINGAN SELULER (CELLULAR LIGHTWEIGHT CONCRETE)

    Get PDF
    Perkembangan beton ringan pada penerapan elemen non-struktural khususnya terhadap pemilihan bahan pengisi bangunan berupa panel dinding, memberikan alternatif berupa bahan bangunan rendah biaya (low cost). Inovasi ini diterapkan pada produk beton ringan untuk meningkatkan kelemahan beton non-struktural dalam bentuk biaya yang lebih rendah dikarenakan kecepatan pengerjaan lebih cepat, lebih tahan terhadap suhu, berat volume (density) nya lebih ringan, dan mudah dikerjakan (easy of handling). Penelitian ini dilakukan untuk memanfaatkan limbah karbit pada pembuatan beton ringan agar dapat menggantikan sebagian semen terhadap kuat tekan dan kuat lentur pada benda uji kubus, panel, dan balok. Substitusi limbah las karbit ini memiliki variasi sebesar 0%, 1%, 2%, 3% dan 4% terhadap berat benda uji. Hasil penelitian dari penambahan substitusi limbah las karbit variasi tersebut diperoleh bahwa kuat tekan beton meningkat pada variasi 2% sebesar 3.21 MPa dengan berat volume tertinggi 0.83 gr/cm3 dan resapan air terendah 19.01% pada variasi 2%, semua benda uji pada umur 28 hari. Kuat lentur diperoleh variasi tertinggi pada 2% sebesar 1.21 MPa dan berat jenis 0.83 gr/cm3 pada umur 28 hari

    PENGARUH SUBSTITUSI FLY ASH PADA BAHAN PENGIKAT CAMPURAN PAVING BLOCK DITINJAU DARI KUAT TEKAN, KEAUSAN DAN PENYERAPAN AIR

    Get PDF
    Abstrak Pemanfaatan limbah industri sering digalakkan untuk upaya pengendalian dampak terhadap lingkungan dan upaya pengelolalaan lingkungan. Material fly ash yang berasal dari sisa pembakaran batu bara dan merupakan limbah industri. Penggunaan fly ash sering kali digunakan sebagai substitusi semen karena bersifat pozzolan (bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina). Penggunaan substitusi fly ash dalam pembuatan paving block ditujukan untuk mereduksi kadar volume bahan pengikat. Pada penelitian ini substitusi fly ash 0%, 5%, 10%, 15% 20% dan 25% terhadap bahan pengikat. Dengan adanya subtitusi fly ash dapat berpengaruh pada kuat tekan, keausan dan penyerapan air paving block. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pada paving block dengan menggunakan substitusi fly ash. Pada komposisi 3 penggunaan 10% substitusi fly ash memiliki nilai kuat tekan tertinggi yaitu 19,69 Mpa dibandingkan dengan komposisi yang lain. Sedangkan penyerapan air terendah pada komposisi 3 yaitu sebesar 4,20 % dan keausan 0,124 mm/menit dalam penelitian ini. Kata kunci : Fly ash, Keausan, Kuat tekan, Paving block, Penyerapan air, . Abstract The use of industrial waste is often encouraged for efforts to control the impact on the environment and environmental management efforts. Fly ash material derived from residual coal combustion and industrial waste. The use of fly ash is often used as cement substitution because it is pozzolanic (a material containing silica and alumina compounds). The use of fly ash substitution in the manufacture of paving blocks is intended to reduce the volume content of the binder. In this study the substitution of fly ash was 0%, 5%, 10%, 15% 20% and 25% for the binder. With the substitution of fly ash can affect the compressive strength, wear and absorption of paving block water. The results of this study that there is an influence on paving blocks using fly ash substitution. In composition 3 the use of 10% substitution of fly ash has the highest compressive strength of 19.69 Mpa compared to other compositions. While the lowest water absorption in composition 3 is 4.20% and wear is 0.124 mm / minute in this study. Keywords: fly ash, compressive strength, paving block, water absorption, wea

    PENGARUH PENAMBAHAN ALUMINIUM SLAG DAN LGA (LAWELE GRANULAR ASPHALT) SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON ASPAL LAPIS AUS (AC-WC)

    Get PDF
    Jalan jenis lapis perkerasan lentur (flexible pavements) dengan memakai aspal minyak sebagai bahan pengikat, direncanakan mempunyai umur rencana perkerasan yaitu berkisar antara 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun dan 20 tahun. Bertambahnya keperluan aspal dan agregat alam baik agregat kasar/agregat halus. Melonjaknya harga aspal minyak saat ini merujuk pada harga minyak dunia yang mencapai hingga lebih dari US$75 per barel, hal ini mengakibatkan harga aspal minyak turut naik secara signifikan. Maka dari itu untuk mengurangi penggunaan aspal minyak dapat digunakan produk aspal Buton yaitu LGA (Laweye Granular Asphalt). Penelitian ini membahas tentang pengaruh penambahan aluminium slag dan LGA(Laweye Granular Asphalt) pada campuran beton aspal lapis aus (AC-WC) dengan indikator dari karakteristik marshall. Riset ini dilaksanakan secara eksperimen di laboratorium menggunakan kadar aspal yaitu 4.6%; 5.1%; 5.6%; 6.1%; dan 6.6% untuk memperoleh nilai kadar aspal optimum, lalu disubstitusi dengan kadar LGA sebesar 5,2% dan penambahan aluminium slag sebesar 2% sebagai filler. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa campuran beton lapis aus (AC-WC) dan LGA sebagai substitusi agregat halus dengan kadar aspal optimum yaitu 6.6%, memperoleh nilai stabilitas sebesar 1077 kg dan marshall quotient sebesar 426.54 kg/mm. Pengaruh substitusi LGA dalam campuran AC-WC ditinjau dari karakteristik marshall tidak memenuhi persyaratan untuk nilai VIM. Kata Kunci: AC-WC, Laweye Granular Asphalt, Aluminium Slag, parameter Marshall,  Flow, Stabilitas
    corecore