60 research outputs found

    Evaluasi Pengaruh Variasi Komposisi Co2 Dalam Perolehan Nilai Tekanan Tercampur Minimum

    Full text link
    Dalam dunia perminyakan telah dikembangkan berbagai teknik dan metodeuntuk meningkatkan perolehan minyak dari reservoir. Pada tahap awalproduksi, biasanya hanya mengandalkan tenaga alamiah dari reservoir yangumumnya tidak mampu mengangkat semua minyak yang terdapat direservoir.Bahkan sampai tenaga pendorong alamiahnya sudah melemah, masih terdapatsisa cadangan yang bernilai ekonomis yang tertinggal. Untuk meningkatkanperolehan minyak yang masih tertinggal dapat dilakukan dengan caramenginjeksikan gas kedalam reservoir pada tekanan reserovir, suhu reservoir,komposisi minyak dan sifat gas yang diinjeksikan. Permasalahan yang adadalam studi ini adalah untuk menginjeksikan 100% kemurnian CO2membutuhkan biaya yang mahal, dan juga nilai TTM yang tinggi jugaberpengaruh pada biaya dan kapasitas ketahanan reservoir tersebut.Kemurnian CO2 sangat lah beragam, TTM juga dipengaruhi impurities yangterdapat didalam gas CO2 jadi pada penelitian ini mengevaluasi pengaruhkomposisi CO2 terhadap tekanan tercampur minimum dengan menggunakandua metode yang berbeda yaitu perhitungan TTM menggunakan simulasislimtube menggunakan software CMG dan menggunakan korelasi adalah25% H2S 75% CO2 , 25% C1 75% CO2 , 25% N2 , 75% H2S. Hasil yangdidapatkan terbukti H2S dapat menurunkan tekanan TTM sedangkan C1 danmenambah nilai TTM

    Kajian Metode Buckley Leverett untuk Prediksi Peningkatan Perolehan Minyak di Sumur Mt-02 Lapangan X

    Full text link
    Lapangan X adalah lapangan minyak yang terletak di Blok YZ, Provinsi Jawa Timur. Lapangan inimemiliki 24 sumur minyak, salah satunya adalah sumur minyak MT-02. Puncak produksi Lapangan Xtelah dicapai pada bulan Oktober 2011 dan selanjutnya perolehan minyak terus menurun secaraperlahan. Sumur yang juga ikut menurun perolehan minyaknya adalah sumur minyak MT-02. Dengandemikian injeksi air direncanakan untuk dilakukan di sumur minyak MT-02 dalam rangkameningkatkan perolehan minyak di sumur tersebut. Adapun dalam perencanaan injeksi air tersebutdigunakan sumur MT-06 sebagai sumur injeksi tunggal. Dalam tugas akhir ini, kajian metode Buckley-Leverett yang merupakan metode prediksi yang klasik dipakai untuk memprediksi peningkatanperolehan minyak pada sumur minyak MT-02. Sebelum dilakukan kajian terlebih dahulu dilakukanperhitungan awal untuk menentukkan harga Recovery Factor (RF) sebelum injeksi air, sisa cadanganminyak yang dapat diambil dengan injeksi air (Remaining Reserve atau RR) dan tekanan serta lajuinjeksi air yang akan digunakan. Buckley-Leverett membagi prediksi kinerja injeksi air tersebutmenjadi 2 periode yaitu periode prior hingga breakthrough dan periode after breakthrough. Denganmenghitung beberapa parameter kinerja injeksi air seperti perbandingan mobilitas, efisiensipenyapuan areal, efisiensi pendesakkan, kumulatif air yang diinjeksikan, kumulatif produksi minyak,kumulatif produksi air, laju produksi minyak, laju produksi air dan surface water oil ratio pada keduaperiode tersebut maka dapat diprediksi kinerja injeksi air di sumur minyak MT-02. Selanjutnya denganmenggunakan nilai kumulatif produksi minyak hasil perhitungan Buckley Leverett pada kedua periodeinjeksi maka dapat diprediksikan besarnya peningkatan perolehan minyak dan faktor peningkatanperolehan minyak (Efficiency RF) melalui injeksi air pada sumur minyak MT-02. Berdasarkan hasilperhitungan awal, diperoleh harga RFsebelum injeksi air atau primary RFsebesar 14 % daricadangan awal minyak di tempat dan cadangan minyak sisa yang dapat diambil dengan injeksi airsebesar 592,295 MSTB. Dengan menggunakan laju injeksi air sebesar 220 BBL/hari, maka,diprediksikan waktu breakthrough adalah 3,9 tahun dan total waktu yang diperlukan sampai injeksiberakhir yaitu 12 tahun terhitung sejak injeksi air dimulai. Adapun dengan perencanaan injeksi air disumur minyak MT-02 maka prediksi peningkatan perolehan minyak yang diperoleh adalah senilai278,705 MSTB dengan nilai Efficiency RFmelalui injeksi air di sumur tersebut sebesar 40,47 % daricadangan awal minyak di tempat. Selanjutnya, dengan menjumlahkan harga Primary RF denganEfficiency RF maka didapatkan harga Final RF sebesar 54,47 % yang merupakan keseluruhan faktorperolehan minyak yang diperoleh melalui primary recovery dan injeksi air di sumur minyak MT-02

    Analisa Spektrum Infra Red Pada Proses Sintesa Lignin Ampas Tebu Menjadi Surfaktan Lignosulfonat

    Get PDF
    Secara umum, lignin adalah salah satu komponen penyusun tumbuhan yang biasa terakumulasi pada batang tumbuhan berbentuk pohon dan semak. Ampas tebu adalah salah satu bahan limbah yang di dalamnya masih terdapat lignin. Ampas tebu adalah hasil samping dari proses ekstraksi cairan tebu. Ampas tebu yang dipergunakan adalah ampas tebu setelah proses penggilingan ke lima kali dari proses pembuatan gula. Selama ini ampas tebu digunakan sebagai bahan bakar pabrik gula dan pakan ternak. Dengan proses pemisahan lignin dari ampas tebu dapat memberi nilai tambah pemanfaatan ampas tebu sekaligus sebagai alternatif mendapatkan surfaktan nabati. Surfaktan komersial yang selama ini telah digunakan umumnya berbahan baku minyak bumi. Lignin merupakan bahan baku pembentuk Lignosulfonat sebagai salah satu jenis surfaktan anionik yang digunakan sebagai bahan baku pada Injeksi Surfaktan untuk meningkatkan perolehan produksi minyak. Salah satu metoda sintesa yang digunakan untuk memisahkan lignin dari ampas tebu adalah menggunakan Natrium Hidroksida. Hasil lignin yang terbentuk dikarakterisasi dengan metode spektroskopis Infra Red untuk mengetahui gugus-gugus fungsi khas yang terdapat pada struktur lignin dan dibandingkan dengan spektrum lignin komersial standar . Selanjutkan dilakukan proses sulfonasi untuk membentuk lignosulfonat yang hasilnya juga diuji dengan Infra Red dan dibandingkan dengan spektrum sulfonat komersial standar sehingga dapat diketahui komponen di dalamya

    Evaluasi Kinerja Peralatan Pemboran Berarah di Lapangan Lepas Pantai β€œMln” Laut Jawa

    Full text link
    Pada operasi pemboran selalu diinginkan lubang yang lurus atau vertikal karena operasinya lebihmudah dan lebih murah. Akan tetapi, terkadang dalam Kenyataannya tidak selalu demikian, banyakmasalah yang timbul ketika melakukan pemboran vertikal. Oleh karena itu, diperlukannyapemboran berarah sebagai solusi untuk mengatasi masalah dalam pemboran vertikal. Terdapatbeberapa hal yang patut diperhatikan dalam pemboran berarah, salah satunya ialah pemilihanrangkaian BHA yang tepat. BHA ialah serangkaian kombinasi peralatan bawah permukaan yangdipasang pada rangkaian drill string sehingga diperoleh suatu performa yang baik dalammembentuk kemiringan atau arah dari lintasan lubang bor dalam mencapai target pada pemboranberarah. Terdapat beberapa hal yang patut diperhatikan dalam pengoperasian pemboran berarah,yaitu faktor formasi dan lithology batuan, pemilihan rangkaian BHA, hidrolika pemboran sertaparameter – parameter pemboran untuk menghasilkan ROP (Rate Of Penetration), WOB (WeightOn Bit) dan RPM (Rotation Per Minute) yang maksimal. Pemboran berarah merupakan salah satuaspek penting dalam operasi pemboran, dimana perlu diketahui target permukaan dan dibawahpermukaan agar dapat direncanakan pola lintasan (Trajectory) dari sumur yang akan di bor. DalamTugas Akhir ini akan dilakukan Evaluasi terhadap kinerja peralatan pemboran berarah yangdigunakan yaitu Down Hole Drilling Motor (DHDM) pada sumur S-02 dan Rotary Steerable System(RSS) pada sumur K-02

    Inducing and Aggravating Factors of Gastroesophageal Reflux Symptoms

    Get PDF
    Gastroesophageal reflux disease (subsequently abbreviated as GERD) is a disease commonly found in the community. Several factors have been recognized as inducing and aggravating factors of GERD symptoms such as older age, female gender, obesity, smoking habit, alcohol consumption, certain diet and poor eating habit like eating fatty, spicy, and acid food

    Kejadian Reaksi Obat Yang Tidak Dikehendaki Yang Menyebabkan Pasien Usia Lanjut Dirawat Di Ruang Perawatan Penyakit Dalam Instalasi Rawat Inap B Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo

    Full text link
    Objectives. To determine the prevalence of adverse drug reaction related hospital ad-missions in geriatric patients, to describe the most frequent clinical manifestationsand the drugs responsible to adverse drug reaction related hospital admissions.Design. Observational cross-sectional study.Methods. Naranjo algorithm used to assess the adverse drug reaction causality.Subjects and setting. Geriatric patients admitted to geriatric inpatient installation of Cipto Mangunkusumo general hospital over one month period and assessed for cause of admissions.Results. 14,7% of 102 admissions were identified to be adverse drug reaction related hospital admissions. One adverse drug reaction was categorized as definite and 14 were probable causality. Gastrointestinal bleeding and hypoglicemia were the most common clinical manifestation found. The drugs most frequent responsible for these adverse drug reactions were nonsteroidal antiinflamatory drugs and oral antidiabeticdrugs.Conclusion. Adverse drug reactions are an important cause of hospital admission in geriatric patients

    Total Lymphocyte Count as a Nutritional Parameter in Hospitalized Patients

    Full text link
    Background: Nowadays, there are still many malnourished patients during hospitalization, which comprises around 45-50% patients. Malnutrition is related to increased mortality and morbidity rate; therefore, nutritional state should be assessed in hospitalized patients. Total lymphocyte count (TLC) is related to decreased body function in malnutrition and it is a means of nutritional assessment. Until now, there is no data showing association between malnutrition and TLC in hospitalized patients in Indonesia. The objective of this study was to identify the association between malnutrition and TLC < 1,200 cell/mm3 in hospitalized patients. Method: This study was a cross-sectional study. Subjects were new patients hospitalized at internal medicine ward of Cipto Mangunkusumo Hospital. Patients were collected by consecutive sampling. We conducted the study between April and May 2008. Fifty four patients were assessed for malnutrition by the subjective global assessment (SGA) and they also had undergone complete blood count. TLC was numbered with routine complete blood count test. Patients were classified into malnutrition according to SGA. TLC was classified with cut-off point of 1,200 cell/mm3. Statistical analysis included Chi-square test, which was used to compare proportion. Results: There were 52% malnourished patients, 33% patients with TLC < 1,200 cell/mm3, 57% patients with malnutrition and TLC < 1,200 cell/mm3. This study showed that there was an association between malnutrition and TLC < 1,200 cell/mm3 (p = 0.001). Moreover, there was also significant association between severe malnutrition (SGA C) with TLC < 900 cell/mm3 (p = 0.02). Conclusion: There is an association between malnutrition and TLC < 1,200 cell/mm3

    Plasma Levels of Inter-Ξ± Inhibitor Proteins in Children with Acute Dengue Virus Infection

    Get PDF
    Background: Inter-Ξ± inhibitor proteins (IaIp) belong to a family of protease inhibitors that are involved in the haemostatic and the vascular system. Dengue viruses (DENV) infections are characterized by coagulopathy and increased vascular permeability. In this study we measured the concentration of IaIp during DENV infections and evaluated its potential as a biomarker. Methods and Findings: Concentrations of IaIp were measured in patients with acute DENV infections using a quantitative, competitive enzyme linked immunoassay. Concentrations of IaIp measured in pediatric patients suffering from severe DENV infections were significantly lower than in healthy controls. Conclusions: This is the first report to demonstrate changes in concentration of IaIp during viral infections. The data also highlight the potential of IaIp as a biological marker for severity of DENV infections

    Blood culture utilization and epidemiology of antimicrobial-resistant bloodstream infections before and during the COVID-19 pandemic in the Indonesian national referral hospital.

    Get PDF
    BACKGROUND: There is a paucity of data regarding blood culture utilization and antimicrobial-resistant (AMR) infections in low and middle-income countries (LMICs). In addition, there has been a concern for increasing AMR infections among COVID-19 cases in LMICs. Here, we investigated epidemiology of AMR bloodstream infections (BSI) before and during the COVID-19 pandemic in the Indonesian national referral hospital. METHODS: We evaluated blood culture utilization rate, and proportion and incidence rate of AMR-BSI caused by WHO-defined priority bacteria using routine hospital databases from 2019 to 2020. A patient was classified as a COVID-19 case if their SARS-CoV-2 RT-PCR result was positive. The proportion of resistance was defined as the ratio of the number of patients having a positive blood culture for a WHO global priority resistant pathogen per the total number of patients having a positive blood culture for the given pathogen. Poisson regression models were used to assess changes in rate over time. RESULTS: Of 60,228 in-hospital patients, 8,175 had at least one blood culture taken (total 17,819 blood cultures), giving a blood culture utilization rate of 30.6 per 1,000 patient-days. A total of 1,311 patients were COVID-19 cases. Blood culture utilization rate had been increasing before and during the COVID-19 pandemic (both p  0.10). Incidence rate of hospital-origin AMR-BSI increased from 130.1 cases per 100,000 patient-days in 2019 to 165.5 in 2020 (incidence rate ratio 1.016 per month, 95%CI:1.016-1.017, p < 0.001), and was not associated with COVID-19 (p = 0.96). CONCLUSIONS: In our setting, AMR-BSI incidence and etiology were similar between COVID-19 and non-COVID-19 cases. Incidence rates of hospital-origin AMR-BSI increased in 2020, which was likely due to increased blood culture utilization. We recommend increasing blood culture utilization and generating AMR surveillance reports in LMICs to inform local health care providers and policy makers
    • …
    corecore