Hubungan antara Minat Belajar dengan Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran IPA pada Kelas V SD Negeri Garot Geuceu Aceh Besar

Secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Minat belajar siswa yang termasuk ke dalam salah satu faktor internal juga memiliki hubungan yang erat terhadap hasil belajar siswa, kurangnya minat siswa menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran IPA. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah apakah teradapat hubungan yang positif antara minat belajar dengan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA pada kelas V SD Negeri GarotGeuceu Aceh Besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara minat belajar dengan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA pada kelas V SD Negeri GarotGeuceu Aceh Besar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri GarotGeuceu Aceh Besar. Populasi diambil dari seluruh siswa kelas V dengan sampel berjumlah 22 orang siswa. Instrumen yang digunakan adalah angket tertutup dari minat belajar dengan menggunakan skala likert, untuk hasil belajar diperoleh dari dokumentasi nilai hasil ulangan harian mata pelajaran IPA. Uji validitas, uji reliabilitas dan uji prasyarat analisis menggunakan SPSS 22. Pengujian hipotesis menggunakan uji korelasi ProductMoment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara minat belajar dengan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri GarotGeuceu Aceh Besar. Terbukti dari hasil analisis korelasi antara minat belajar dengan hasil belajar IPA siswa diperoleh nilai korelasi 0,77 > 0,423. Nilai r hitung lebih besar daripada r tabel, maka hipotesis pada penelitian ini diterima yaitu terdapat hubungan yang positif antara minat belajar dengan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA pada kelas V SD Negeri GarotGeuceu Aceh Besar.Secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Minat belajar siswa yang termasuk ke dalam salah satu faktor internal juga memiliki hubungan yang erat terhadap hasil belajar siswa, kurangnya minat siswa menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran IPA. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah apakah teradapat hubungan yang positif antara minat belajar dengan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA pada kelas V SD Negeri GarotGeuceu Aceh Besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara minat belajar dengan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA pada kelas V SD Negeri GarotGeuceu Aceh Besar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri GarotGeuceu Aceh Besar. Populasi diambil dari seluruh siswa kelas V dengan sampel berjumlah 22 orang siswa. Instrumen yang digunakan adalah angket tertutup dari minat belajar dengan menggunakan skala likert, untuk hasil belajar diperoleh dari dokumentasi nilai hasil ulangan harian mata pelajaran IPA. Uji validitas, uji reliabilitas dan uji prasyarat analisis menggunakan SPSS 22. Pengujian hipotesis menggunakan uji korelasi ProductMoment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara minat belajar dengan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri GarotGeuceu Aceh Besar. Terbukti dari hasil analisis korelasi antara minat belajar dengan hasil belajar IPA siswa diperoleh nilai korelasi 0,77 > 0,423. Nilai r hitung lebih besar daripada r tabel, maka hipotesis pada penelitian ini diterima yaitu terdapat hubungan yang positif antara minat belajar dengan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA pada kelas V SD Negeri GarotGeuceu Aceh Besar

PRODUCTIVITY OF HAIRY WATER LILY (Nhymphaea pubescens Will.) SEEDS IN SOUTH KALIMANTAN’S BACKSWAMPS BASED ON LINEAR MODEL

The study on the productivity of water lily seeds in South Kalimantan’s backswamps using Wageningen method and the interview with middle traders could give more information about water lily as food commodity. Rainfall pattern in Tabalong, Hulu Sungai Utara (HSU) and Hulu Sungai Selatan (HSS) regencies is like U letter. U type is sensitive with Monsoon. This Monsoon area is affected by easterly wind and local wind. When the sun is at the south side in October to March, the Monsoon moves from west to south east, and in the other way around in April to September, the wind moves from south east to west. In April, the height of water level in some different areas was the same. The highest water level was in Paharangan subdistrict that could reach more than 100 cm and the lowest was in Hambuku subdistrict, about 80 cm. Based on the interview with middle traders, it was found out that in Hambuku subdistrict and its surrounding area, there was about 1.0 to 1.7 t/ha of water lily seeds each period. In Ampukung, Hambuku and Paharangan subdistricts, the water lily seeds were about 1.121 t/ha, 1.057 t/ha and 0.653 t/ha, respectively. If the paddy fields in Tabalong, HSU and HST regencies are 10,683 ha, 21,2252 ha, and 18,763 ha, respectively, those areas potentially can yield about 11,976.661 t/ha, 224,456.2 t/ha and 12,254.6778 t/ha. Whereas, based on radiation (Rg), the photosynthetically active radiation on very clear days (Ac), in cal cm-2 day-1, and daily gross photosynthesis rate of crop canopies on very clear days (bc) in kg ha-1 day-1 for Pm = 20 kg CH2O ha-1 hr-1, it showed that the yield of hairy water lily seeds in Ampukung, Hambuku and Paharangan subdistricts was 1.1560 t/ha, 1.1425 t/ha and 1.1021 t/ha, respectively. Hairy water lily naturally grows with seeds in soil and water in paddy field, so it can grow, develop, and produce seeds. Therefore, agronomical technique is important for further study

Industri Perunggasan: Memadukan Pertumbuhan Dan Pemerataan

Dalam konteks pembangunan ekonomi berkelanjutan pemerintah mempunyai tiga fungsi sentral yaitu meningkatkan efisiensi guna mempercepat pertumbuhan, menciptakan pemerataan dan keadilan, memacu pertumbumhan ekonomi secara makro dan menjaga stabilitasnya. Suatu sistem perekonomian yang bias ke salah satu tujuan akan menghasilkan kinerja pembangunan ekonomi yang rapuh. Dalam kontek ini, kajian yang memadukan antara pertumbuhan dan pemerataan pada industri Perunggasan di pandang sangat relevan, karena pada bidang USAha ini telah terjadi ketimpangan struktur pasar input, pasar hasil (output), integrasi vertikal dan horisontal, dan tersisihnya peternakan rakyat. Kebijakan pemerintah yang bias ke pemacuan pertumbuhan ekonomi adanya dampak krisis ekonomi berkepanjangan telah berdampak buruk pada kinerja industri Perunggasa

Risk Factors for Increased Urinary Cadmium Levels among a Rural Population Living Near a Dumpsite in the Deli Serdang District of Indonesia

Cadmium (Cd) is a toxic mineral, which occurs naturally in the environment and as a result of agricultural and industrial activities. It is also a carcinogenic heavy metal. After exposure, Cd accumulates in the kidney and is excreted in urine. The urinary Cd level is considered a biomarker of long-term exposure to the mineral. The aim of this study was to analyze the association between urinary Cd levels and sociodemographic characteristics of a rural population living close to Namo Bintang dumpsite. This study used a cross-sectional design and consisted of 99 participants, which were selected using the stratified random sampling method according to the distance from their homes to the dumpsite area. Urinary Cd levels were measured at baseline using agraphite furnace atomic absorption spectrophotometer and normalized by urinary creatinine. Demographic data and exposure to Cd-related risk factors were obtained through a direct interview using a questionnaire. The urinary Cd level of all the participants exceeded guidelines (>5 µg/g creatinine) according to the biologicalexposure indices of The American Conference of Governmental Industrial Hygienists (ACGIH). The presence of a smoking habit was significantly associated with increased urinary Cd levels (p = 0.041). It can be concluded that the community living close to the dumpsite has been exposed to Cd, which was related to urinary Cd levels. Keywords: cadmium; urinary Cd; heavy metal; dumpsit

Urinary Cadmium and Albumin Levels among Residents Living Close to Dumpsite in the Deli Serdang District of Indonesia

Albuminuria is a pathological condition wherein the protein albumin is present in urine. Albumin levels can be used as biomarker of kidney damage caused by cadmium (Cd). Many factors influence albuminuria, including environmental conditions, lifestylerelated factors, and sociodemographic characteristics. This study examined the association of sociodemographic characteristics with both urinary Cd levels and urinary albumin levels among rural residents living close to a dumpsite in Namo Bintang village. This study used a cross-sectional design, and the study population consisted of adult men and women (n = 99) who were selected using the stratified random sampling method based on the distance from their homes to the landfill. Thedata were analyzed using Spearman’s Rho and Mann–Whitney tests. Urinary albumin was determined using the urinary albumin (µg)/creatinine (mg) ratio, and urinary Cd levels were normalized to Cd (µg)/creatinine (g). Urinary albumin was measured by spectrophotometric and enzymatic analyses. Urinary Cd levels were determined using a graphite furnace atomic absorption spectrophotometer in spot urine sampled atbaseline. The characteristics of the participants, such as age, body mass index (BMI), sex, Cd exposure, occupation, and smoking status, were obtained through a direct interview using a questionnaire. The average urinary albumin level was 8.69 ± 14.55 µg/mg creatinine, and the average urinary Cd level was 35.1 ± 32.65 µg/g creatinine. Women had a higher risk than men of having albumin in their urine, pointing to an association between sex and urinary albumin levels (p = 0.041). Based on the findings of this study, local government officials should advise rural residents in dumpsite areas not to use well water for drinking and to check the water quality regularly to prevent urinary disease. Keywords: Albuminuria, Urinary Cadmium, Dumpsit

The Determinant Factors of Acute Respiratory Infections (ARI) among Housewives in Allakuang Village, South Sulawesi, Indonesia

Acute respiratory infection (ARI) ranks first in the ten most frequent diseases occurring in Allakuang Village during the last five years. The physical conditions and the density of pollution inside houses are risk factors that cause ARI. Homemakers are particularly vulnerable to ARI because most of their time is spent inside their houses. The aim of this study is to determine the factors that affect the incidence of ARI among homemakers, including the physical condition of the house (temperature, humidity, lighting, ventilation, ceiling condition, floor, walls, and the location of the kitchen), the pollutants inside the house (PM10, cooking fuel, tobacco smoke, and smoke mosquito coils), and the number of occupants. The sample used in this cross-sectionalstudy comprised 103 homemakers. The analysis was conducted using chi-square and multiple logistic regression tests. The results showed that several factors had significant correlations with ARI, such as PM10 concentration, the type of cooking fuel, and the use of mosquito coils. Furthermore, the results of the multivariate analysis showed that the most influential factor that caused ARI was the type ofcooking fuel. Homemakers who used firewood and kerosene as their cooking fuel were47times more at risk of suffering ARI compared with those who used gas fuel. Hence, people are recommended to reduce the use of cooking fuel that produces smoke, to the kitchen from the family room, and to eliminate the use of mosquito coils. Keywords: PM10, acute respiratory infections, cooking fuels, homemaker

Particulate Matter 10 and the Incidence of Acute Respiratory Infectionsin Children in an Industrial Stone-carving Area in South Sulawesi, Indonesia

Stone carving, which is a common craft industry throughout Allakuang village, has the potential to produce particulate matter 10 (PM10) during the cutting and grinding of stone. This can result in air pollution in the workplace, as well as in the homes of local residents. PM10 is a risk factor for acute respiratory infections (ARIs) in children. This study aimed to determine the association between exposure to dust PM10 inside homes and the incidence of acute respiratory infections (ARI) in children. This was a cross-sectional study conducted in Allakuang village, Maritengngae subdistrict, Sidrap, South Sulawesi, Indonesia and consisted of 101 children. ARI cases were based on a doctor’s diagnosis. The concentration of PM10 in the workplace was assessed usinga Haz-Dust EPAM 5000 monitor. Chi-square analysis and multiple logistic regression tests were conducted. The concentration of PM10 was significantly associated with the incidence of ARIs (2.6; 1.1-6.1). The results of the multivariate analysis showed that children living in homes with PM10 concentrations that exceeded accepted limits had a 3.5 times higher risk of ARIs after adjusting for smoking behavior of family members. The significant association between the PM10 concentration and incidence of ARIs in children found in this study points to the need to control stone dust in the stone carving craft industry to prevent indoor air pollution of homes close to the industrial area. Keywords: PM10, acute respiratory infection, children, craft stone carvin

Perancangan Prototipe Aplikasi SMS Gateway sebagai Sarana Layanan Informasi Pasien Rawat Jalan di RSUD Wates

Latar Belakang: Kunjungan pasien rawat jalan di RSUD Wates rata rata mencapai 546 kunjungan per hari. Sementara itu, ruang tunggu poliklinik yang disediakan tidak cukup untuk menampung jumlah pasien maupun keluarga pasien yang sedang menunggu antrian rawat jalan. Pada jam atau hari yang padat kunjungan, tidak sedikit pasien yang berdiri, duduk “lesehan” di lantai, atau bahkan memadati anak tangga saat menunggu antrian dimana hal ini mengganggu Kenyamanan pasien dan petugas Rumah Sakit. Salah satu strategi berbasis teknologi untuk mengurangi kepadatan antrian di ruang tunggu poliklinik dan mengurangi waktu tunggu pasien adalah dengan memberikan layanan kepada pasien melalui pesan pengingat (reminder) antrian dan pendaftaran dalam bentuk Short Message Service. Saat ini belum ada sistem pengingat antrian dan pendaftaran berbasis SMS di RSUD Wates.Tujuan : Penelitian ini bertujuan merancang prototipe aplikasi berbasis sms sebagai Fasilitas kemudahan dalam memperoleh layanan informasi antrian dan mengurangi kepadatan antrian sehingga menciptakan Kenyamanan dan kepuasan pasien.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian action research. Metode pengembangan sistem yang digunakan adalah prototyping. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara kepada Kepala Rekam Medis, koordinator rawat jalan, dokter, perawat, staf Teknologi Informasi dan pasien rawat jalan.Hasil :. Pengembangan prototype dimulai dari identifikasi kebutuhan, perancangan, sosialisasi dan uji coba dan serta evaluasi terhadap prototipe. Pada evaluasi uji coba kelayakan sistem yang diperoleh dari wawancara pada pengguna bahwa persepsi pasien merasa terbantu dengan adanya Fasilitas pendaftaran melalui sms maupun sms pengingat antrian sehingga pengunjung yang berobat tidak lama menunggu di rumah sakit dan bisa melakukan aktifitas lain sebelum dipanggil antriannya. Namun dalam penelitian ini belum mampu menunjukkan mengurangi kepadatan antrian pasien yang berobat karena evaluasi efektifitas aplikasi ini hanya dilakukan pada saat uji kelayakan sistem dan belum diimplemantasikan di Rumah Sakit sehingga hasil yang diperoleh belum maksimal. Kesimpulan:. Aplikasi sms gateway selama 3 minggu belum mampu optimal menunjukkan mengurangi kepadatan antrian namun membantu pasien memperoleh kemudahan dalam informasi antrian dan mengurangi waktu tunggu. Disarankan sebaiknya prototype disempurnakan sampai tahap implementasi selama 6 bulan untuk menilai efektivitas sistem dalam mengurangi kepadatan antrian