2 research outputs found
Biodiversitas dan Identifikasi Jamur Basidiomycetes di Taman Nasional Sebangau, Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah
Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, pada umumnya sangat bergantung pada hasil hutan, baik itu hasil hutan berupa kayu maupun hasil hutan yang bukan berupa kayu. Kebutuhan masyarakat akan hasil hutan khususnya hasil hutan non kayu seperti damar, kemenyan, jamur, madu hutan serta produk lainnya akan semakin berkurang dengan beralihnya fungsi lahan hutan. Jamur merupakan salah satu produk hasil hutan non kayu yang paling disukai karena dapat dicari dengan mudah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis jamur Basidiomycetes serta untuk mengetahui jenis jamur pangan dan jamur obat yang ada di kawasan penelitian Punggualas Taman Nasional Sebangau. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode eksplorasi dan identifikasi dengan membuat plot ukuran 150 m x 100 m dengan jalur pengamatan jamur sebanyak 5 jalur, jarak antar jalur adalah 5 m dan lebar jalur 20 m. Hasil penelitian ditemukan 15 famili jamur Basidiomycetes, 49 jenis jamur dan jumlah individu jamur sebanyak 789 buah. Berdasarkan jumlah individu maka jamur Aucularia auricula merupakan jamur yang dominan tumbuh di Taman Nasional Sebangau. Indeks keanekaragaman (H´)=2,6260 tergolong sedang. Indeks kekayaan R=7,1956 tergolong tinggi dan indeks kemerataan E1=0,6747 tergolong sedang. Jamur Auricularia auricula (jamur kuping/kulat bitak) dan Pleurotus sp. (jamur tiram/kulat puti) termasuk jamur yang dapat dikonsumsi dan jamur Ganoderma applanatum termasuk jamur yang dapat digunakan sebagai bahan obat. Substrat jamur
Initial Screening of Fast-growing Tree Species Being Tolerant of Dry Tropical Peatlands in Central Kalimantan, Indonesia
An investigation of the recruit, survivorship and growth of naturally regenerating tree species on canal bank was conducted to select tree species which are suitable for preceding planting in drained and burnt peat swamp lands in Central Kalimantan, Indonesia. Top of the canal bank were open, with greater soil moisture deficit and higher soil temperatures than on the next intact forest floor. The abundant trees were asam-asam (Ploiarium alternifolium),garunggang (Cratoxylon arborescens) and tumih (Combretocarpus rotundatus). New regeneration of these trees on the canal bank was confirmed during this investigation and mortality was very low. These results indicated that P. alternifolium,C. arborescens and C. rotundatuswere tolerant of intensive radiation, soil drought and high soil temperatures during germination. The annual height increments were 189-232 cm y-1 (P. alternifolium),118-289 cm y-1 (C. arborescens)and 27-255 cm y-1 (C. rotundatus); thus, these three species could be classified as fast-growing with tolerance to open and dry conditions. Such characteristics were important to avoid competition with herbs, ferns,and/ or climbers. The results·suggest that P.alternifolium,C. arborescens and C. rotundatusare suitable for preceding planting for the rehabilitation of the disturbed peat swamp forests of Central Kalimantan